Karyawati Kantor Yang Naksir Dengan KU
Karyawati Kantor Yang Naksir Dengan KU |
DominoQQ - Aku
seorang manager di salah satu perusahaan besar di Jakarta. Vivi adalah salah
satu karyawati di tempatku bekerja, sebagai operator. Kujelaskan sekali lagi
bahwa dia bukan perawan, melainkan sudah mempunyai seorang anak yang cukup
besar.
Tetapi
umurnya masih dibawah 30 tahun dan bodinya sangat menggiurkan, kulitnyapuN
putih bersih. Rupanya Vivi ada perasaan lain terhadap diriku, karena setiap
kali aku melintas di depannya, dia selalu memperhatikan. Paling senang apabila
mengantarkan surat-surat ke kamarku, padahal ada office boy dan office girl.
Karyawati Kantor Yang Naksir Dengan KU
Saat
itu aku ingin interlokal, dari ruanganku tidak bisa, yah terpaksa melalui
operator. Aku tidak minta tolong pada dia, lalu aku duduk bersebelahan dengan
dia. Dan tanpa disengaja atau tidak dia berikan pahanya untuk dilihat olehku.
Kubilang,
“Vi, nanti aku pegang lho”, sambil bercanda.
Eh dia malah nantangin, “coba kalau berani”.
Eh dia malah nantangin, “coba kalau berani”.
Perlahan
kuelus mulai dari dengkul ke atas lalu kembali lagi ke dengkul. Timbul akal
bulusku untuk memulai, karena pikiranku sudah tidak benar. Kubilang nanti sore
kamu lembur ya biar aku yang tanda tangani surat perintah lemburnya. Setelah
dengan sabar aku menunggu, akhirnya sampai juga waktu yang kutungu-tunggu.
Office girl kusuruh pulang, office boy kusuruh makan sampai aku memberinya
kabar melalui pager.
“Ok,
Boss”, kata office boy.
Aku
pura-pura minta tolong interlokal ke customer yang di luar kota dan luar
negeri, ternyata orang-orangnya tidak berada di tempat. Vivi menyusulku ke
ruanganku. Harum parfumnya membuatku merangsang. Vivi duduk di sampingku, mulai
ngobrol-ngobrol sekitar kurang lebih 10 menit langsung kupegang tangannya,
ternyata dia diam saja. Terus beralih ke paha, dia juga diam saja.
Ternyata
aku tidak dapat menahan nafsuku, kucium dia mulai dari rambut, pipi, telinga,
leher. Dia hanya melenguh kecil “Ooohh”, sambil tangannya memegang kepalaku.
Ciumankupun disambut dengan gelora yang cukup tinggi. Kuberanikan tangganku
mengusap buah dadanya dari luar baju, ternyata malah dia yang membukakan
kancing baju seragamnya.
Terlihat
BH-nya berwarna lembut, cepat-cepat kucari pengaitnya yang ada di depan.
Kuremas dengan perlahan buah dadanya sambil kuciumi lehernya, “OOhh”, rintihnya
lagi kemudian kuciumi buah dadanya dan kumainkan dengan lidahku serta
kuhisap-hisap dengan perlahan
“OOhh
teruskan, teruskan, jangan berhenti”, tangankupun tak tinggal diam kusergap
selangkannya yang masih dibungkus dengan rok dan celana dalam, kutarik
ritsluitingnya ke bawah dan kuberi perintah supaya membuka roknya.
“Amboi
pikirku sudah punya anak satu tetapi masih ok punya, mungkin karena dia selalu
minum jamu setiap pagi di dapur kantorku”. Akupun semakin bernafsu untuk
membuka CD-nya yang berwarna salem itu kubelai bulu memek rapet-nya yang agak
keriting, ternyata kemaluannya sudah basah. Kusingkirkan pekerjaan yang ada di
atas meja tersebut, karena menghalangi untuk Vivi posisi tidur di atas meja.
Berselang
3 menit, kumainkan kemaluannya dengan mengusap-usap maupun dengan mencolokkan
jariku ke memek rapet-nya. Dia memintaku berhenti, karena akan membuka seluruh
pakaianku mulai dari dasi, kemeja, kaos dalam, celana panjang sampai celana
dalam. Tersembullah penisku yang mencuat ke atas.
Dia
mulai mencium kepala penisku lalu mengulum penisku. Aku menjerit kecil “Oohh Vi..,
nikmat sekali”. Kuangkat kepalanya dari penisku karena aku sudah tidak tahan.
Kubaringkan dia di atas mejaku dan kuciumi vaginanya, kumainkan clitorisnya
dengan lidahku.
“Ohh
teruskan…, teruskan…, jangan berhenti”, sambil tangannya memegang rambutku.
Sialan,
pikirku karena agak sulit untuk bernafas. Sampai akhirnya dia menjambak
rambutku dan berteriak, “Ooohh”, panjang sekali. Rupanya dia sudah mencapai
klimaks. Lalu aku arahkan penisku ke mulut vaginanya dan, “Bleeess”, masuk
sudah seluruh penisku ke lubang vaginanya. Kuayun pantatku sambil memainkan
payudaranya sambil kupuntir-puntir putingnya terus tanpa berhenti, aku mendekat
ke badannya, kubilang,
“Keluarnya
di mana?, di dalam atau di luar”.
“Terserah aja”, katanya.
“Terserah aja”, katanya.
Kucabut
penisku, Vivi heran, “kok dicabut”, katanya.
“Putar badanmu Vi”, pintaku.
“Putar badanmu Vi”, pintaku.
Tanpa
menolak dia membalikkan badannya. Kumulai memasukkan penisku ke lubang
vaginanya dari belakang seperti “doggy style” Terdengar suara angin seperti
orang kentut begitu penisku menerobos vagina Vivi. Kuayunkan terus pantatku
sampai akhirnya aku bosan dan kubalikan lagi badannya. Dengan posisi kaki Vivi
di atas pundakku kuarahkan kembali penisku ke lubang vagina Vivi. “Bless”,
terasa nikmat.
“Ohh…,
nikmat Yan…, terus jangan berhenti.., Yan”.
Tak
terasa sudah 15 menit berlalu kutekan keras-keras penisku ke lubang vaginanya.
Matannya merem melek, kuangkat lagi kutekan lagi, kuangkat lagi sampai akhirnya
aku bilang, “Vi…, ak.., ak ssshh…, shh”, sambil menekan penisku ke dalam lubang
memek rapat-nya.
Akupun
lemas tetapi belum kucabut penisku dari vaginanya. Beberapa saat barulah
kucabut dan kulihat maniku mengalir dari lubang memek rapat-nya.
“Thanks
ya vi”, sambil kukecup bibirnya yang merah merekah.
Dia bilang, “Sama-sama”.
“Kapan-kapan boleh lagi dong”, rayuku.
“Aku sih terserah saja”.
Dia bilang, “Sama-sama”.
“Kapan-kapan boleh lagi dong”, rayuku.
“Aku sih terserah saja”.
Setelah
merapihkan pakaian, Vivi membuatkan kopi untuk berdua.
“Yan
sebetulnya sudah lama lho saya naksir sama kamu”.
Aku bilang, “Lho kamu kan sudah punya suami”.
“Suamiku nggak tentu pulangnya”.
“Emangnya kamu isteri ke 2 atau suami kamu punya isteri lagi”.Dia bilang,
“Nggak dia tinggal di rumah mertuanya, suamiku sibuk dengan pekerjaannya”.
Aku bilang, “Lho kamu kan sudah punya suami”.
“Suamiku nggak tentu pulangnya”.
“Emangnya kamu isteri ke 2 atau suami kamu punya isteri lagi”.Dia bilang,
“Nggak dia tinggal di rumah mertuanya, suamiku sibuk dengan pekerjaannya”.
Dalam
hatiku kenapa tidak dari dulu saja. Sampai sekarang jika ada kesempatan Vivi
menelepon melalui handphone-ku dan kamipun selalu mengulangi kenikmatan yang
pernah kami rasakan.
Post a Comment