Digoda Oleh Tubuh Pengasuhku Yang Topcer
Kisah ini bercerita
tentang aku dan keluargaku yang dulu memiliki pengasuh namun kini telah
resign.Tetapi pada suatu hari, keluarga kami kedatangan tamu dan ternyata dia
adalah bekas pengasuhku dulu. Ia pun telah tumbuh menjadi sorang wanita muda
yang matang dengan postur tubuhnya yang mempesona.
Meskipun wajahnya tidak
begitu cantik, tapi kemulusan dan kehalusan kulitnya dapat menambah nilai
kecantikannya tersebut, maklum saja karena ia berasal dari desa yang berhawa
dingin.
“Permisi.., Bu…”, sapanya kepada ibuku.
“Oh.. kamu.. Sari… Kok sekarang sudah segede ini. mana suami kamu?”, tanya ibuku.
“Sudah pisah kok Bu”.
“Lho, kenapa?”.
“Itu Bu…, dia kawin sama perempuan lain”.
“Oh ya Bu…., mana Den Rully?”.
“Lha itu dia di sebelah kamu….”.
“Oh.. kamu.. Sari… Kok sekarang sudah segede ini. mana suami kamu?”, tanya ibuku.
“Sudah pisah kok Bu”.
“Lho, kenapa?”.
“Itu Bu…, dia kawin sama perempuan lain”.
“Oh ya Bu…., mana Den Rully?”.
“Lha itu dia di sebelah kamu….”.
Memang dari tadi aku terus
memperhatikannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Buah dadanya yang besar
dibalut dengan baju lengan panjang warna biru tua, pinggulnya yang bulat
dibungkus dengan rok warna cream dibawah lutut. Ck…, ck…, bukan main mantan
pengasuhku ini…, pikirku.
“Aduh Deen…., kok sudah besar gini toch, mana ganteng lagi”,
sapanya.
“Lha iya wong diberi makan tiap hari kok”, jawabku.
“Wah kalo gini sich, kalo ketemu di jalan, saya pasti pangling lho”.
“Aku juga gitu.. kok Mbak… pangling sama Mbak. Udah punya anak belum?”.
“Belum Den”.
“Jangan panggil Den ach…, Mas aja gitu lho. Kan Mbak sudah bukan pengasuhku lagi. Jadi hubungan kita seperti temen aja, ya khan”.
“Iya deh Mas”.
“Udah sana istirahat dulu”, kata ibuku menyela.
“Terima kasih…, Bu”.
“Lha iya wong diberi makan tiap hari kok”, jawabku.
“Wah kalo gini sich, kalo ketemu di jalan, saya pasti pangling lho”.
“Aku juga gitu.. kok Mbak… pangling sama Mbak. Udah punya anak belum?”.
“Belum Den”.
“Jangan panggil Den ach…, Mas aja gitu lho. Kan Mbak sudah bukan pengasuhku lagi. Jadi hubungan kita seperti temen aja, ya khan”.
“Iya deh Mas”.
“Udah sana istirahat dulu”, kata ibuku menyela.
“Terima kasih…, Bu”.
Kemudian Sari pergi ke
belakang mencari kamarnya yang dulu untuk tidur. Sejak kepergian Sari dulu,
kamar tersebut hanya dijadikan tempat untuk menyeterika pakaian. Dan sejak aku
dan saudaraku sudah berangkat remaja, Ibu tidak lagi mempekerjakan pembantu,
sehingga kamar tersebut dapat digunakan lagi oleh Sari.
Pada suatu hari, Ibu sedang ke pasar, saudaraku sedang kuliah, dan karena aku perlu pakaian untuk pergi ke rumah teman, maka aku menyeterika baju di ruang seterika. Di situ kebetulan tidak ada Sari, entah kemana. Tetapi tiba-tiba Sari masuk kamar dengan rambut yang masih basah. Kelihatannya dia baru saja selesai mandi dan keramas.
Pada suatu hari, Ibu sedang ke pasar, saudaraku sedang kuliah, dan karena aku perlu pakaian untuk pergi ke rumah teman, maka aku menyeterika baju di ruang seterika. Di situ kebetulan tidak ada Sari, entah kemana. Tetapi tiba-tiba Sari masuk kamar dengan rambut yang masih basah. Kelihatannya dia baru saja selesai mandi dan keramas.
“Oh ada mas Rully toch”.
“Maaf ya Mbak ngganggu, sebentar kok, cuman satu baju”.
“Kalo boleh saya bantu Mas…, biar cepat selesai”.
“Ah.. nggak usah. Makin lama di sini makin seneng kok..”, godaku.
“Ah.. Mas bisa aja”.
“Maaf ya Mbak ngganggu, sebentar kok, cuman satu baju”.
“Kalo boleh saya bantu Mas…, biar cepat selesai”.
“Ah.. nggak usah. Makin lama di sini makin seneng kok..”, godaku.
“Ah.. Mas bisa aja”.
“Mbak sekarang kerjanya di
mana?”.
“Nggak ada Mas, makanya saya mau minta tolong sama Ibu”.
“Aku dukung dech Mbak, biar nanti bisa mandiin aku lagi”, godaku lagi.
“Kan udah nggak bisa lagi”.
“Kenapa? Apa karena saya sudah besar?”, suaraku sudah mulai terbata-bata menahan nafsu yang sudah mulai datang. Kulihat mukanya memerah. Dadanya turun naik, sehingga semakin terlihat menonjol di balik blusnya yang agak tipis.
“Kan malu Mas..”.
“Ya kalo dilihat orang sich malu, tapi kalo cuma berdua kan enggak”, pancingku.
“Nggak ada Mas, makanya saya mau minta tolong sama Ibu”.
“Aku dukung dech Mbak, biar nanti bisa mandiin aku lagi”, godaku lagi.
“Kan udah nggak bisa lagi”.
“Kenapa? Apa karena saya sudah besar?”, suaraku sudah mulai terbata-bata menahan nafsu yang sudah mulai datang. Kulihat mukanya memerah. Dadanya turun naik, sehingga semakin terlihat menonjol di balik blusnya yang agak tipis.
“Kan malu Mas..”.
“Ya kalo dilihat orang sich malu, tapi kalo cuma berdua kan enggak”, pancingku.
Tanganku mulai mencoba memegang tangan kirinya. Ia diam saja.
Tangan kiriku menarik bahunya yang kanan untuk mendekatkannya ke tubuhku.
“Jangan Mas…, nanti dilihat orang… nanti Ibu datang”, katanya bergetar.
Tampaknya ia juga sudah mulai merasakan rangsanganku.
Aku sudah tidak peduli, kutarik dengan perlahan-lahan wajahnya ke wajahku, dan dengan lembut kucium bibirnya…., “Uuch…, ehm…., ja…, ngan.., Maass…, ach..”, dan dengan perlahan-lahan lidahku kumasukkan ke mulutnya dan kumainkan, “Aach…, saya mohon Mas…, jangan….”, dengan lemah lembut didorongnya tubuhku untuk menjauhi dirinya.
Aku sudah tidak peduli, kutarik dengan perlahan-lahan wajahnya ke wajahku, dan dengan lembut kucium bibirnya…., “Uuch…, ehm…., ja…, ngan.., Maass…, ach..”, dan dengan perlahan-lahan lidahku kumasukkan ke mulutnya dan kumainkan, “Aach…, saya mohon Mas…, jangan….”, dengan lemah lembut didorongnya tubuhku untuk menjauhi dirinya.
Tapi nafsuku pada saat itu
seakan-akan sudah tidak mau diajak kompromi lagi. Kutarik lagi dengan agak
memaksa tubuhnya kedalam pelukanku, dan kucium lehernya yang mulus…, kubuka
kancing blusnya yang paling atas, sehingga tonjolan buah dadanya yang besar
sedikit terlihat sehingga membuatku semakin benafsu…, “Aduh.., Mas…, jangan
Mas…”, pintanya.
Namun tiba-tiba pintu diketuk dari luar…, “Tok…, tok…, Rully.., tolong bukain pintunya..”, Ibu datang…, waduh.., aku menggumam dalam hati… “Mas, itu ibu datang…”, kata Sari si pengasuh binal sambil membenahi dirinya yang agak kusut karena ulahku tadi.
Namun tiba-tiba pintu diketuk dari luar…, “Tok…, tok…, Rully.., tolong bukain pintunya..”, Ibu datang…, waduh.., aku menggumam dalam hati… “Mas, itu ibu datang…”, kata Sari si pengasuh binal sambil membenahi dirinya yang agak kusut karena ulahku tadi.
Siang itu nafsuku belum tercapai. Baru pertama kali itu aku
melakukan hal-hal seperti di atas dengan seorang wanita. Selama seharian aku
tidak dapat memejamkan mata. Pikiranku terus melayang-layang sampai beberapa
hari. Kupikir betapa nikmatnya apabila aku dapat menyelesaikan permainan diatas
sampai tuntas. Kesempatan lain ternyata masih ada, ketika itu seisi rumah
sedang keluar dan cuaca di luar agak dingin, karena hari menjelang sore. Saat
itu Sari sedang menyapu ruang tengah.
Dengan hanya mengenakan kaos
oblong berwarna putih agak longgar, bercelana pendek jeans, Sari si pengasuh
montok tampak seperti bukan bekas seorang pengasuh. Kulitnya yang putih bersih,
dengan rambut tergerai sebahu dan buah dada yang besar membuat jantungku berdegup
tidak karuan.
Aku sudah tidak tahan lagi, kutubruk tubuh Sari, kupeluk, kucium
bibir, leher dan kembali lagi ke bibirnya. Kulumat bibirnya, meskipun dia
sedikit agak meronta, tetapi tidak sekeras pada saat sebelumnya. Tanganku mulai
beraksi, meraba pinggangnya, kemudian menyibakkan kaos oblongnya ke atas
sehingga sampailah pada kaitan tali BH yang berada di belakangnya.
Kubuka kaitannya, kemudian tanganku merayap ke depan hingga
tersentuhlah buah dadanya yang masih padat, meskipun agak turun sedikit saking
besarnya. Kuremas dengan perlahan sekali…, kupilin putingnya yang sudah berdiri
tegak. “Ach…, ach…”, desah Sari. Sekarang dia sudah tidak meronta lagi, tetapi
bahkan terlihat menikmati apa yang kulakukan.
Kusibak lebih keatas lagi kaosnya dan kuturunkan mulutku ke putingnya, kucium…, kemudian kusedot dengan perlahan sekali…., “Ach…, aduh mas…., aduh Mas…, Maas… Kepalanya menengadah seakan-akan menyodorkan buah dadanya untuk lebih dimainkan olehku.
Kusibak lebih keatas lagi kaosnya dan kuturunkan mulutku ke putingnya, kucium…, kemudian kusedot dengan perlahan sekali…., “Ach…, aduh mas…., aduh Mas…, Maas… Kepalanya menengadah seakan-akan menyodorkan buah dadanya untuk lebih dimainkan olehku.
Lama mulutku bermain di buah
dadanya sampai akhirnya tangannya memegang tanganku dan membimbingnya ke bawah
untuk menjamah kewanitaannya. Aku turuti keinginannya dan kugosok vaginanya
dari luar celananya…., “Auh.., auh… nikmat.. Mas”. Sekarang posisi tangan
kananku sedang menggosok kemaluannya dan mulutku terus mempermainkan buah
dadanya.
Kemudian tanganku masuk ke dalam celana jeansnya, dan…., aduh mak…, tersentuhlah rambut halus yang telah lembab. “Uuch.., uch…”, dia mendesah. Sambil terpejam menikmati apa yang kulakukan, tanganku mulai menyibak rambut kemaluannya tadi dan tersentuhlah olehku klitnya… dan “Aauch…, auch… Mas.. nikmat sekali”.
Kemudian tanganku masuk ke dalam celana jeansnya, dan…., aduh mak…, tersentuhlah rambut halus yang telah lembab. “Uuch.., uch…”, dia mendesah. Sambil terpejam menikmati apa yang kulakukan, tanganku mulai menyibak rambut kemaluannya tadi dan tersentuhlah olehku klitnya… dan “Aauch…, auch… Mas.. nikmat sekali”.
Beberapa saat lamanya ia si
pengasuh seksi jadi pasrah dan diam tanpa reaksi. Lama kelamaan, mungkin ia sendiri
tidak tahan, hingga ia pun mulai menggerakkan tangannya mula-mula membelai
dadaku kemudian turun ke perut dan akhirnya ke celana dalamku. pada saat itu
aku mengenakan celana pendek olah raga, dengan kaus singlet diatasnya.
Dia menyentuh penisku, diremasnya
dengan lembut, dikocoknya dari luar… “Uugh.., ugh…”, aku merintih kenikmatan
“Aadduhh Mbak…, Mbak pintar deh…”, “Ah, Mas juga pintar kok…, malah terlalu
pintar dibandingkan usia Mas sendiri…”, desahnya. Kemudian kuseret dia masuk ke
dalam kamarku, dan kurebahkan di atas dipanku. Dia kemudian membalikkan
tubuhnya sehingga berada diatasku.. aduh mak, buah dadanya betul-betul indah
menggantung di atas hidungku.
Kucium dengan gemas dan
kumainkan putingnya dengan mulutku, “Aaacchh…, auch Mas…, auch.., auch..”,
sementara itu kulepaskan celana jeans dan celana dalamnya, sambil tangan kiriku
terus memeluk pinggangnya dan tangan kananku meremas pantatnya yang masih bulat
segar, dan mulutku tetap berada di putingnya. Sementara itu tangannya meremas
penisku dengan sedikit mengocok.
Tiba-tiba dia membalikkan tubuhnya sehingga kami berada pada posisi 69. Dengan nafsu dimasukkannya penisku ke dalam mulutnya “Aach…, ach..”, bandel juga Mbak ini batinku, tapi tentu saja aku juga menikmatinya. Dikocoknya penisku dengan mulutnya. Tampaknya ia sudah berpengalaman dengan gaya-gaya yang aduhai.
Tiba-tiba dia membalikkan tubuhnya sehingga kami berada pada posisi 69. Dengan nafsu dimasukkannya penisku ke dalam mulutnya “Aach…, ach..”, bandel juga Mbak ini batinku, tapi tentu saja aku juga menikmatinya. Dikocoknya penisku dengan mulutnya. Tampaknya ia sudah berpengalaman dengan gaya-gaya yang aduhai.
Aku tidak mau kalah, kubuka kewanitaannya dengan tangan,
kemudian kujulurkan lidahku dan mulailah aku menjilati bagian yang paling
terlarang itu, “Uuch…, uch…”. Kami berpagut lama sekali hingga rasa-rasanya aku
ingin segera memasukkan alatku ke liang surgawinya.
Digoda Oleh Tubuh Pengasuhku Yang Topcer |
DominoQQ - “Maaas…”. “Ya, Mbak…”.
“Tolong dong dimasukin…, saya udah nggak tahan nih…. udah lama saya nggak
disentuh, tolong dong mas….”. Aku berpikir sejenak…, bagaimana kalau nanti dia
hamil, bagaimana nanti kalau ketahuan oleh Ibu, dll. Tapi aku sendiri
sebetulnya juga sudah tidak tahan…, dan akhirnya, “Baik Mbak, ta.. pi…, kalau
Mbak hamil gimana dong…” “Saya pakai KB kok mas….”, katanya.
“Baik Mbak…”, kemudian tubuhnya membalik kembali, tetapi posisinya masih di atas. Ia pegang penisku dengan lembut dan menuntunnya memasuki liang surgawinya, dan., “Aachhh.., sshhh…, sshh..”. Penisku serasa dijepit oleh sesuatu yang berdenyut-denyut lembut, dan itu adalah kewanitaannya.
“Baik Mbak…”, kemudian tubuhnya membalik kembali, tetapi posisinya masih di atas. Ia pegang penisku dengan lembut dan menuntunnya memasuki liang surgawinya, dan., “Aachhh.., sshhh…, sshh..”. Penisku serasa dijepit oleh sesuatu yang berdenyut-denyut lembut, dan itu adalah kewanitaannya.
Digoda Oleh Tubuh Pengasuhku Yang Topcer
Dia memompa dari atas naik
turun beberapa kali, kemudian akhirnya dia merebahkan dirinya ke samping saya,
dan meminta saya untuk menyetubuhinya dari atas. Aku naik ke tubuhnya dan
memasukkan penisku ke dalam vaginanya dan mulailah aku memompa dari atas,
“Aauch…, auucchhh, Mass.., saya mau pipiss…, aachh…, aachhhh…”, dijepitnya
pinggangku dengan kedua kakinya.
Penisku
serasa akan pecah disedot oleh vaginanya yang bersamaan dengan keluarnya
“pipis”nya dan akhirnya akupun tidak tahan, dan, “Aach..”, maniku muncrat di
dalam kewanitaannya, “Heh.., heh.”, kamipun lunglai ngos-ngosan. Sambil saling
tersenyum, kucium bibirnya, kupeluk, dan sambil berkata, “Terima kasih ya Mbak
pengasuh..”, “Malah aku yang harus berterima kasih sama Mas, karena Mas telah
memberi saya kenikmatan yang sudah lama tidak saya peroleh”.
Pada hari-hari selanjutnya, aku dan mantan pengasuh ku itu bersikap biasa saja seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.
Pada hari-hari selanjutnya, aku dan mantan pengasuh ku itu bersikap biasa saja seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.
Post a Comment