Home
>
Cerita Dewasa
>
Cerita Hot
>
Cerita Panas
>
Cerita Seks
>
Goyangan Nikmat Yang Kudapat Dari Keponakan
Goyangan Nikmat Yang Kudapat Dari Keponakan
DOMINOQQ - Aku seorang wanita karir yang cukup mapan, boleh dibilang
karirku sudah mencapai tingkat tertinggi dari yang pernah kuimpikan. Tahun lalu
aku memutuskan keluar dari pekerjaanku yang sangat baik itu, aku ingin
memperbaiki rumah tanggaku yang berantakan karena selama 5 tahun ini aku dan
suami tidak pernah berkomunikasi dengan baik sehingga kami masing-masing
memiliki kegiatan di luar rumah sendiri-sendiri.
Anak kami satu-satunya sekolah di luar negeri, kesempatan untuk
berkomunikasi makin sedikit sampai akhirnya kuputuskan untuk memulai lagi
hubungan dengan suamiku dari bawah. Tapi apa boleh buat semua malah berantakan,
suamiku memilih cerai ketika aku sudah keluar dari karirku selama 3 bulan. Aku
tak dapat menyalahkannya karena akupun tidak begitu antusias lagi setelah
mengetahui dia mempunyai wanita simpanan, dan itu juga bukan salahnya maupun
salahku. Kupikir itu adalah takdir yang harus kujalani.
Sekarang
usiaku sudah 39 tahun dan aku tidak pernah bermimpi untuk menikah lagi,
sehari-hari aku lebih banyak berjalan-jalan dengan teman, kadang-kadamg kami
traveling untuk membunuh waktu belaka. Sejak 3 bulan yang lalu aku membiarkan
salah seorang keponakanku untuk tinggal di rumahku, aku tergerak menolong orang
tuanya yang mempunyai ekonomi pas-pasan sehingga untuk kost tentu memerlukan
biaya yang mahal, sedangkan untuk bayar kuliah saja mereka sudah bekerja
mati-matian. Keponakanku bernama Revan, usianya sekitar 22 tahun, kubiarkan ia
tinggal di salah satu kamar di lantai 2. Revan sangat sopan dan tahu diri, jadi
kupikir sangat menguntungkan ada seseorang yang dapat menjaga rumahku sewaktu
aku dan teman-teman traveling. Tapi ternyata Revan membawa berkah yang lain.
Goyangan Nikmat Yang Kudapat Dari Keponakan
Pagi
itu aku segan sekali bangun dari ranjang, baru kemarin malam aku kembali dari
Thailand dan kebetulan hari itu adalah hari minggu, sehingga aku memutuskan
akan tidur sepuas mungkin, semua pembatu libur pada hari minggu, mereka boleh
kemana saja, aku tidak peduli asal jangan menganggu tidurku. Aku tergolek saja
di ranjang, baju tidurku terbuat dari sutera tipis berwarna putih, kupandangi
tubuhku yang mulai gempal, kupikir aku harus mulai senam lagi. Kulihat jam
menunjukkan angka 10. Ah biarlah aku ingin tidur lagi, jadi aku mulai
terkantuk-kantuk lagi. Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki di depan
pintu, lalu terdengar ketukan, aku diam saja, mungkin salah seorang pembantu
ingin mengacau tidurku.
“Tante…, Tante…”, ooh ternyata suara Revan. Mau apa dia? Aku masih diam tak menjawab, kubalikkan badanku sehingga aku tidur telentang, kupejamkan mataku, kedua tangan kumasukkan ke bawah bantal. Ketukan di pintu berulang lagi disertai panggilan.
“Persetan!”, pikirku sambil terus memejamkan mata. Tak lama kemudian aku kaget sendiri mendengar pegangan pintu diputar, kulirik sedikit melalui sudut mataku, kulihat pintu bergerak membuka pelan, lalu muncul kepala Revan memandang ke arahku, aku pura-pura tidur, aku tak mau diganggu.
“Tante…?”, Suaranya berbisik, aku diam saja. Kupejamkan mataku makin erat.
“Tante…, Tante…”, ooh ternyata suara Revan. Mau apa dia? Aku masih diam tak menjawab, kubalikkan badanku sehingga aku tidur telentang, kupejamkan mataku, kedua tangan kumasukkan ke bawah bantal. Ketukan di pintu berulang lagi disertai panggilan.
“Persetan!”, pikirku sambil terus memejamkan mata. Tak lama kemudian aku kaget sendiri mendengar pegangan pintu diputar, kulirik sedikit melalui sudut mataku, kulihat pintu bergerak membuka pelan, lalu muncul kepala Revan memandang ke arahku, aku pura-pura tidur, aku tak mau diganggu.
“Tante…?”, Suaranya berbisik, aku diam saja. Kupejamkan mataku makin erat.
Beberapa
saat aku tidak mendengar apapun, tapi tiba-tiba aku tercekat ketika merasakan
sesuatu di pahaku. Kuintip melalui sudut mata, astaga ternyata Revan sudah
berdiri di samping ranjangku, dan matanya sedang tertuju menatap tubuhku,
tangannya memegang bagian bawah gaun tidurku, aku lupa sedang mengenakan baju
tidur yang tipis apalagi dengan tidur telentang pula. Hatiku jadi
berdebar-debar, kulihat Revan menelan ludah, pelan-pelan tangannya menyingkap
gaunku, hatiku makin berdebar tak karuan. Mau apa dia? Tapi aku terus pura-pura
tidur.
“Tante…”, Suara Revan terdengar keras, kupikir ia sedang ingin memastikan apakah tidurku betul-betul nyenyak atau tidak. Kuputuskan untuk terus pura-pura tidur. Kemudian kurasakan gaun tidurku tersingkap semua sampai leher, lalu kurasakan tangan Revan mengelus bibirku, jantungku seperti melompat, aku mencoba tenang agar pemuda itu tidak curiga.
“Tante…”, Suara Revan terdengar keras, kupikir ia sedang ingin memastikan apakah tidurku betul-betul nyenyak atau tidak. Kuputuskan untuk terus pura-pura tidur. Kemudian kurasakan gaun tidurku tersingkap semua sampai leher, lalu kurasakan tangan Revan mengelus bibirku, jantungku seperti melompat, aku mencoba tenang agar pemuda itu tidak curiga.
Kurasakan
lagi tangan itu mengelus-elus ketiakku, karena tangan kumasukkan bawah bantal
jadi otomatis ketiakku terlihat. Kuintip lagi…, buseet wajah pemuda itu dekat
sekali dengan wajahku, tapi aku yakin dia masih belum tahu aku pura-pura tidur,
kuatur napas selembut mungkin. Lalu kurasakan tangannya menelusuri leherku,
bulu kudukku meremang geli, aku mencoba bertahan, aku ingin tahu apa yang akan
dilakukannya terhadap tubuhku. Tak lama kemudian kurasakan tangannya meraba
buah dadaku yang masih tertutup BH, mula-mula ia cuma mengelus-elus, aku tetap
diam sambil menikmati elusannya, lalu kurasakan buah dadaku mulai
diremas-remas, aku merasakan seperti ada yg sedang bergolak di dalam tubuhku,
sudah lama aku tidak merasakan sentuhan laki-laki. Sekarang aku sangat
merindukan kekasaran seorang pria, aku memutuskan terus diam sampai saatnya
tiba.
Sekarang
tangan Revan sedang berusaha membuka kancing BH-ku dari depan, tak lama
kemudian kurasakan tangan dingin pemuda itu meremas dan memilin puting susuku.
Aku ingin merintih nikmat tapi nanti malah membuatnya takut, jadi kurasakan
remasannya dalam diam. Kurasakan tangannya gemetar ketika memencet puting
susuku, kulirik pelan, kulihat Revan mendekatkan wajahnya kearah buah dadaku,
lalu ia menjilat-jilat puting susuku, tubuhku ingin menggeliat merasakan
kenikmatan isapannya, aku terus bertahan. Kulirik puting susuku yang berwarna
merah tua sudah berkilat oleh air liurnya, perasaanku campur aduk tidak karuan,
nikmat sekali. Mulutnya terus menyedot puting susuku disertai dengan
gigitan-gigitan kecil, tangan kanan Revan mulai menelusuri selangkanganku, lalu
kurasakan jarinya meraba vaginaku yg masih tertutup CD, aku tak tahu apakah
vaginaku sudah basah atau belum, yang jelas jari-jari Revan menekan-nekan
lubang vaginaku dari luar CD, lalu kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam
CD-ku, jantungku berdebar keras sekali, kurasakan kenikmatan menjalari tubuhku.
Jari-jari Revan sedang berusaha memasuki lubang vaginaku, lalu kurasakan
jarinya amblas masuk ke dalam, wah nikmat sekali. Aku harus mengakhiri
sandiwaraku, aku sudah tak tahan lagi, kubuka mataku sambil menyentakkan tubuhku.
“Revan!!!
Ngapain kamu?”, Aku berusaha bangun duduk, tapi kedua tangan Revan menekan
pundakku dengan keras. Tiba-tiba Revan mencium mulutku secepat kilat, aku
berusaha memberontak, kukerahkan seluruh tenagaku, tapi Revan makin keras
menekan pundakku, malah pemuda itu sekarang menindih tubuhku, aku kesulitan
bernapas ditekan oleh tubuhnya yang besar. Kurasakan mulutnya kembali melumat
mulutku, lidahnya masuk ke dalam mulutku, aku pura-pura menolak.
“Tante…, maafkan saya. Sudah lama saya ingin merasakan ini, maafkan saya tante” Revan melepaskan ciumannya lalu memandangku dengan pandangan meminta.
“Kamu kan bisa dengan teman-teman kamu yang masih muda. Tante kan sudah tua” Ujarku lembut.
“Tapi saya sudah tergila-gila dengan tante…, saya akan memuaskan tante sepuas-puasnya”, Jawab Revan.
“Ah kamu…, ya sudahlah terserah kamu sajalah”, Aku pura-pura menghela napas panjang, padahal tubuhku sudah tak tahan ingin dijamah olehnya. Kemudian Revan melepaskan gaun tidurku, sehingga aku cuma memakai celana dalam saja. Lalu Revan melepaskan pakaiannya, sehingga aku bisa melihat penisnya yang besar sekali, penis itu sudah menegang keras. Revan mendekat ke arahku.
“Tante diam saja ya”, Kata Revan. Aku diam sambil berbaring telentang, kemudian Revan mulai menciumi wajahku, telingaku dijilatinya, aku mengerang-erang, kemudian leherku dijilat juga, sementara tangannya meremas buah dadaku dengan lembut. Tak lama kemudian Revan merenggangkan kedua pahaku, lalu kepalanya menyusup ke selangkanganku. vaginaku yang masih tertutup CD dijilat dan dihisap-hisapnya, aku menggeliat-geliat menahan rasa nikmat yang luar biasa. Lalu Revan menarik CD-ku sampai copot, kedua kakiku diangkatnya sampai pinggulku juga terangkat, sehingga tubuhku menekuk, kulihat vaginaku yang berbulu sangat lebat itu mengarah ke wajahku, punggungku agak sakit, tapi kutahan, aku ingin tahu apa yang akan dilakukannya. Kemudian Revan mulai menjilati vaginaku, kulihat lidahnya terjulur menyibak bulu vaginaku, lalu menyusup ke belahan bibir vaginaku, aku merintih keras, nikmat sekali, clitorisku dihisap-hisapnya, kurasakan lidahnya menjulur masuk ke dalam lubang vaginaku, mulutnya sudah bergelimang lendirku, aku terangsang sekali melihat kelahapan pemuda itu menikmati vaginaku, padahal kupikir vaginaku sudah tidak menarik lagi.
“Enak Revan? Bau kan?”, Bisikku sambil terus melihatnya melahap lubangku.
“Enak sekali tante, saya suka sekali baunya”, Jawab Revan, aku makin terangsang. Tak lama aku merasakan puncaknya ketika Revan makin dalam memasukkan lidahnya ke dalam vaginaku.
“Revane…, aa…, enaakk” Kurasakan tubuhku ngilu semua ketika mencapai orgasme, Revan terus menyusupkan lidahnya keluar masuk vaginaku. Kuremas-remas dan kugaruk-garuk rambut Revan. Kemudian kulihat Revan mulai menjilat lubang pantatku, aku kegelian, tapi Revan tidak peduli, ia berusaha membuka lubang pantatku, aku mengerahkan tenaga seperti sedang buang air sehingga kulihat lidah Revan berhasil menyusup kesela lubang pantatku, aku mulai merasakan kenikmatan bercampur geli.
“Terus Jie…, aduh nikmat banget, geli…, teruss…, hh…”, Aku mengerang-erang, Revan terus menusukkan lidahnya ke dalam lubang pantatku, kadang-kadang jarinya dimasukkan ke dalam lalu dikeluarkan lagi untuk dijilat sambil memandangku.
“Enak? Jorok kan?”.
“Enak tante…, nikmat kok”, Jawab Revan, tak lama kemudian aku kembali orgasme, aku tahu lendir vaginaku sudah membanjir. Kucoba meraih penis Revan, tapi sulit sekali. Aku merasa kebelet ingin pipis, tiba-tiba tanpa dapat kutahan air kencingku memancar sedikit, aku mencoba menahannya.
“Aduh sorry Jie…, nggak tahan mau pipis dulu” Aku ingin bangun tapi kulihat Revan langsung menjilat air kencingku yang berwarna agak kuning. Gila! Aku berusaha menghindar, tapi ia malah menyurukkan seluruh mulutnya ke dalam vaginaku.
“aa…, jangan Revan…, jangan dijilat, itu kan pipis Tante”, Aku bangun berjalan ke kamar mandi, kulihat Revan mengikutiku.
“Tante pipis dulu, Revan jangan ikut ah…, malu”, Kataku sambil menutup pintu kamar mandi, tapi Revan menahan dan ikut masuk.
“Saya ingin lihat Tante”.
“Terserah deh”.
“Saya ingin merasakan air pipis tante”, Aku tersentak.
“Gila kamu? Masak air pipis mau…”, Belum habis ucapanku, Revan sudah telentang di atas lantai kamar mandiku.
“Please tante…”, Hatiku berdebar, aku belum pernah merasakan bagaimana mengencingi orang, siapa yang mau? Eh sekarang ada yang memohon untuk dikencingi. Akhirnya kuputuskan untuk mencoba.
“Terserah deh…” Jawabku, lalu aku berdiri diantara kepalanya, kemudian pelan-pelan aku jongkok di atas wajahnya, kurasakan vaginaku menyentuh hidungnya. Revan menekan pinggulku sehingga hidungnya amblas ke dalam vaginaku, aku tak peduli, kugosok-gosok vaginaku di sana, dan sensasinya luar biasa, kemudian lidahnya mulai menjulur lalu menjilati lubang pantatku lagi, sementara aku sudah tidak tahan.
“Awas…, mau keluar” Revan memejamkan matanya. Kuarahkan lubang vaginaku ke mulutnya, kukuakkan bibir vaginaku supaya air kencingku tidak memencar, kulihat Revan menjulurkan lidahnya menjilati bibir vaginaku, lalu memancarlah air kencingku dengan sangat deras, semuanya masuk ke dalam mulut Revan, sebagian besar keluar lagi.
“Tante…, maafkan saya. Sudah lama saya ingin merasakan ini, maafkan saya tante” Revan melepaskan ciumannya lalu memandangku dengan pandangan meminta.
“Kamu kan bisa dengan teman-teman kamu yang masih muda. Tante kan sudah tua” Ujarku lembut.
“Tapi saya sudah tergila-gila dengan tante…, saya akan memuaskan tante sepuas-puasnya”, Jawab Revan.
“Ah kamu…, ya sudahlah terserah kamu sajalah”, Aku pura-pura menghela napas panjang, padahal tubuhku sudah tak tahan ingin dijamah olehnya. Kemudian Revan melepaskan gaun tidurku, sehingga aku cuma memakai celana dalam saja. Lalu Revan melepaskan pakaiannya, sehingga aku bisa melihat penisnya yang besar sekali, penis itu sudah menegang keras. Revan mendekat ke arahku.
“Tante diam saja ya”, Kata Revan. Aku diam sambil berbaring telentang, kemudian Revan mulai menciumi wajahku, telingaku dijilatinya, aku mengerang-erang, kemudian leherku dijilat juga, sementara tangannya meremas buah dadaku dengan lembut. Tak lama kemudian Revan merenggangkan kedua pahaku, lalu kepalanya menyusup ke selangkanganku. vaginaku yang masih tertutup CD dijilat dan dihisap-hisapnya, aku menggeliat-geliat menahan rasa nikmat yang luar biasa. Lalu Revan menarik CD-ku sampai copot, kedua kakiku diangkatnya sampai pinggulku juga terangkat, sehingga tubuhku menekuk, kulihat vaginaku yang berbulu sangat lebat itu mengarah ke wajahku, punggungku agak sakit, tapi kutahan, aku ingin tahu apa yang akan dilakukannya. Kemudian Revan mulai menjilati vaginaku, kulihat lidahnya terjulur menyibak bulu vaginaku, lalu menyusup ke belahan bibir vaginaku, aku merintih keras, nikmat sekali, clitorisku dihisap-hisapnya, kurasakan lidahnya menjulur masuk ke dalam lubang vaginaku, mulutnya sudah bergelimang lendirku, aku terangsang sekali melihat kelahapan pemuda itu menikmati vaginaku, padahal kupikir vaginaku sudah tidak menarik lagi.
“Enak Revan? Bau kan?”, Bisikku sambil terus melihatnya melahap lubangku.
“Enak sekali tante, saya suka sekali baunya”, Jawab Revan, aku makin terangsang. Tak lama aku merasakan puncaknya ketika Revan makin dalam memasukkan lidahnya ke dalam vaginaku.
“Revane…, aa…, enaakk” Kurasakan tubuhku ngilu semua ketika mencapai orgasme, Revan terus menyusupkan lidahnya keluar masuk vaginaku. Kuremas-remas dan kugaruk-garuk rambut Revan. Kemudian kulihat Revan mulai menjilat lubang pantatku, aku kegelian, tapi Revan tidak peduli, ia berusaha membuka lubang pantatku, aku mengerahkan tenaga seperti sedang buang air sehingga kulihat lidah Revan berhasil menyusup kesela lubang pantatku, aku mulai merasakan kenikmatan bercampur geli.
“Terus Jie…, aduh nikmat banget, geli…, teruss…, hh…”, Aku mengerang-erang, Revan terus menusukkan lidahnya ke dalam lubang pantatku, kadang-kadang jarinya dimasukkan ke dalam lalu dikeluarkan lagi untuk dijilat sambil memandangku.
“Enak? Jorok kan?”.
“Enak tante…, nikmat kok”, Jawab Revan, tak lama kemudian aku kembali orgasme, aku tahu lendir vaginaku sudah membanjir. Kucoba meraih penis Revan, tapi sulit sekali. Aku merasa kebelet ingin pipis, tiba-tiba tanpa dapat kutahan air kencingku memancar sedikit, aku mencoba menahannya.
“Aduh sorry Jie…, nggak tahan mau pipis dulu” Aku ingin bangun tapi kulihat Revan langsung menjilat air kencingku yang berwarna agak kuning. Gila! Aku berusaha menghindar, tapi ia malah menyurukkan seluruh mulutnya ke dalam vaginaku.
“aa…, jangan Revan…, jangan dijilat, itu kan pipis Tante”, Aku bangun berjalan ke kamar mandi, kulihat Revan mengikutiku.
“Tante pipis dulu, Revan jangan ikut ah…, malu”, Kataku sambil menutup pintu kamar mandi, tapi Revan menahan dan ikut masuk.
“Saya ingin lihat Tante”.
“Terserah deh”.
“Saya ingin merasakan air pipis tante”, Aku tersentak.
“Gila kamu? Masak air pipis mau…”, Belum habis ucapanku, Revan sudah telentang di atas lantai kamar mandiku.
“Please tante…”, Hatiku berdebar, aku belum pernah merasakan bagaimana mengencingi orang, siapa yang mau? Eh sekarang ada yang memohon untuk dikencingi. Akhirnya kuputuskan untuk mencoba.
“Terserah deh…” Jawabku, lalu aku berdiri diantara kepalanya, kemudian pelan-pelan aku jongkok di atas wajahnya, kurasakan vaginaku menyentuh hidungnya. Revan menekan pinggulku sehingga hidungnya amblas ke dalam vaginaku, aku tak peduli, kugosok-gosok vaginaku di sana, dan sensasinya luar biasa, kemudian lidahnya mulai menjulur lalu menjilati lubang pantatku lagi, sementara aku sudah tidak tahan.
“Awas…, mau keluar” Revan memejamkan matanya. Kuarahkan lubang vaginaku ke mulutnya, kukuakkan bibir vaginaku supaya air kencingku tidak memencar, kulihat Revan menjulurkan lidahnya menjilati bibir vaginaku, lalu memancarlah air kencingku dengan sangat deras, semuanya masuk ke dalam mulut Revan, sebagian besar keluar lagi.
Tiba-tiba
Revan menusuk vaginaku dengan jarinya sehingga kencingku tertahan seketika,
kenikmatan yang luar biasa kurasakan ketika kencingku tertahan, lalu vaginaku
ditusuk terus keluar masuk dengan jarinya. Kira-kira 1 menit kurasakan
kencingku kembali memancar dashyat, sambil pipis sambil kugosok-gosokkan
vaginaku ke seluruh wajah Revan. Pemuda itu masih memejamkan matanya. Akhirnya
kulihat kencingku habis, yang keluar cuma tetes tersisa disertai lendir bening
keputihan menjuntai masuk ke dalam mulut pemuda itu, dan Revan menjilat serta
menghisap habis. Aku juga tak tahan, kucium mulut Revan dengan lahap, kurasakan
lendirku sedikit asin, kuraih penis Revan, kukocok-kocok, kemudian kuselomoti
penis yang besar itu. Kusuruh Revan nungging diatas wajahku, lalu kusedot
penisnya yang sudah basah sekali oleh lendir bening yang terus-menerus menetes
dari lubang kencingnya. Revan mulai memompa penisnya di dalam mulutku, keluar
masuk seolah-olah mulutku adalah vagina, aku tidak peduli, kurasakan Revan
sedang mencelucupi vaginaku sambil mengocok lubang pantatku.
Kuberanikan
mencoba menjilat lubang pantat Revan yang sedikit berbulu dan berwarna
kehitam-hitaman. Tidak ada rasanya, kuteruskan menjilat lubang pantatnya,
kadang-kadang kusedot bijinya, kadang-kadang penisnya kembali masuk ke mulutku.
Tak lama kemudian kurasakan tubuh Revan menegang lalu ia menjerit keras.
penisnya menyemburkan air mani panas yang banyak sekali di dalam mulutku.
Kuhisap terus, kucoba untuk menelan semua air mani yang rada asin itu, sebagian
menyembur ke wajahku, ku kocok penisnya, Revan seperti meregang nyawa, tubuhnya
berliuk-liuk disertai erangan-erangan keras. Setelah beberapa lama, akhirnya
penis itu agak melemas, tapi terus kuhisap.
“Tante mau coba pipis Revan nggak?” Aku ingin menolak, tapi kupikir itu tidak fair.
“Ya deh… Tapi sedikit aja” Jawabku. Kemudian Revan berlutut di atas wajahku, lalu kedua tangannya mengangkat kepalaku sehingga penisnya tepat mengarah kemulutku. Kujilat-jilat kepala penisnya yang masih berlendir. Tak lama kemudian air pipis Revan menyembur masuk ke dalam mulutku, terasa panas dan asin, sedikit pahit. Kupejamkan mataku, yang kurasakan kemudian air pipis Revan terus menyembur ke seluruh wajahku, sebagian kuminum. Revan memukul-mukulkan penisnya ke wajah dan mulutku. Setelah habis kencingnya, aku kembali menyedot penisnya sambil mengocok juga. Kira-kira 2 menit penis Revan mulai tegang kembali, keras seperti kayu. Revan lalu mengarahkan penisnya ke vaginaku, kutuntun penis itu masuk ke dalam vaginaku. Kemudian pemuda itu mulai memompa penis besarnya ke dalam vaginaku. Aku merasakan kenikmatan yang bukan main setiap penis itu dicabut lalu ditusuk lagi. Kadang Revan mencabut penisnya lalu memasukkannya ke dalam mulutku, kemudian kurasakan pemuda itu berusaha menusuk masuk ke dalam lubang pantatku.
“Tante mau coba pipis Revan nggak?” Aku ingin menolak, tapi kupikir itu tidak fair.
“Ya deh… Tapi sedikit aja” Jawabku. Kemudian Revan berlutut di atas wajahku, lalu kedua tangannya mengangkat kepalaku sehingga penisnya tepat mengarah kemulutku. Kujilat-jilat kepala penisnya yang masih berlendir. Tak lama kemudian air pipis Revan menyembur masuk ke dalam mulutku, terasa panas dan asin, sedikit pahit. Kupejamkan mataku, yang kurasakan kemudian air pipis Revan terus menyembur ke seluruh wajahku, sebagian kuminum. Revan memukul-mukulkan penisnya ke wajah dan mulutku. Setelah habis kencingnya, aku kembali menyedot penisnya sambil mengocok juga. Kira-kira 2 menit penis Revan mulai tegang kembali, keras seperti kayu. Revan lalu mengarahkan penisnya ke vaginaku, kutuntun penis itu masuk ke dalam vaginaku. Kemudian pemuda itu mulai memompa penis besarnya ke dalam vaginaku. Aku merasakan kenikmatan yang bukan main setiap penis itu dicabut lalu ditusuk lagi. Kadang Revan mencabut penisnya lalu memasukkannya ke dalam mulutku, kemudian kurasakan pemuda itu berusaha menusuk masuk ke dalam lubang pantatku.
“Pelan-pelan…,
sakit” Kataku, kemudian kurasakan penis itu menerobos pelan masuk ke dalam
lubang pantatku, sakit sekali, tapi diantara rasa sakit itu ada rasa nikmatnya.
Kucoba menikmati, lama-lama aku yang keenakan, sudah 3 kali aku mencapai
orgasme, sedangkan Revan masih terus bergantian menusuk vagina atau pantatku.
Tubuh kami sudah berkubang keringat dan air pipis, kulihat lantai kamar mandiku
yang tadinya kering, sekarang basah semua.
“aakkhh…, tante, tante…, aa” Revan merengek-rengek sambil memompa terus penisnya di dalam lubang pantatku. Dengan sigap aku bangun lalu secepat kilat kumasukkan penisnya ke dalam mulutku, kuselomoti penis itu sampai akhirnya menyemburlah cairan kenikmatan dari penis Revan disertai jeritan panjang, untung tidak ada orang dirumah. Air maninya menyembur banyak sekali, sebagian kutelan sebagian lagi kuarahkan ke wajahku sehingga seluruh wajahku berlumuran air mani pemuda itu.
“aakkhh…, tante, tante…, aa” Revan merengek-rengek sambil memompa terus penisnya di dalam lubang pantatku. Dengan sigap aku bangun lalu secepat kilat kumasukkan penisnya ke dalam mulutku, kuselomoti penis itu sampai akhirnya menyemburlah cairan kenikmatan dari penis Revan disertai jeritan panjang, untung tidak ada orang dirumah. Air maninya menyembur banyak sekali, sebagian kutelan sebagian lagi kuarahkan ke wajahku sehingga seluruh wajahku berlumuran air mani pemuda itu.
Kemudian
Revan menggosok penisnya ke seluruh wajahku, lalu kami berpelukan erat sambil
bergulingan di lantai kamar mandi. Kepuasan yang kudapat hari itu benar-benar
sangat berarti. Aku makin sayang dengan Revan. Ada saja sensasi dan cara baru
setiap kali kami bercinta.
Post a Comment