Home
>
Cerita Dewasa
>
Cerita Hot
>
Cerita Panas
>
Cerita Seks
>
Kenikmatan Yang Diperoleh Ini Berawal Dari Penjual Roti Bakar
Kenikmatan Yang Diperoleh Ini Berawal Dari Penjual Roti Bakar
Kenikmatan Yang Diperoleh Ini Berawal Dari Penjual Roti Bakar |
DOMINOQQ - Mungkin para pembaca sudah tahu sifatku dalam cerita sebelumnya
yang berjudul ibu Rini adalah mengencani wanita yang lebih tua dariku.
Minggu
kemarin aku ditugaskan oleh kantorku ke kantor cabang di Bandung. Memang aku
sudah ada rumah yang sudah disiapkan oleh kantor pusat, jadi tidak perlu lagi
untuk menginap di hotel, yang tentu akan lebih besar pengeluarannya
Sudah tujuh hari ini aku selalu makan malam keluar rumah, karena
rumah tempat tinggalku hanya ada pembantu pria yang hanya membersihkan rumah
serta mencuci pakaian dan pulang pada sore hari setelah aku pulang dari kantor
cabang di Bandung.
Memang
sudah dua hari ini aku bila tidak ingin makan malam yang harus naik angkot, aku
suka makan roti bakar dan bubur kacang ijo yang berada di depan kantor
cabangku. Itupun tidak boleh lebih dari jam sembilan malam, karena lebih dari
jam tersebut warung tersebut sudah tutup. Aku kaget juga saat makan diwarung
tersebut yang biasa melayani Pak tua, kok tiba-tiba yang melayani seorang ibu
yang berwajah lumayan manis, dengan tubuh sintal, umur kira-kira 45 tahun, dan
berkulit kuning langsat seperti ciri-ciri khas orang Jawa Barat.
“Bu,
bapak yang biasa melayani disini, kemana bu?” sapaku.
“Och Mang Didin, sedang sakit Mas.” jawabnya.
“Lalu ibu siapa?” tanyaku penasaran.
“Och Mang Didin, sedang sakit Mas.” jawabnya.
“Lalu ibu siapa?” tanyaku penasaran.
Dia
hanya tersenyum manis saja.
“Wach
ini ibu bikin penasaran aja nich” pikirku dalam hati.
Memang
sich dia balik bertanya, aku ini siapa, dan setelah aku jelaskan, dia memang
memperkenalkan diri bahwa dia ibu Lina. Dia jelaskan bahwa dia tinggal persis
dibelakang kantorku saat ini, tetapi masuk gang kecil. Aku duduk sambil makan
roti tidak biasanya hingga sampai warung tersebut tutup. Cukup jelas bahwa Bu Lina
hanya tinggal bersama seorang anaknya laki-laki yang sudah berkeluarga. Lalu
dari informasi pembantu di kantor cabangku, bahwa Bu Lina tersebut ditinggal
cerai oleh suaminya setahun yang lalu, dan dikatakan bahwa Bu Lina sebelum
cerai termasuk orang yang berada, meskipun tidak terlalu kaya sekali. Pastas
pikirku, dari dandanannya, Bu Lina tidak terlalu seperti ibu-ibu yang lain,
dalam arti tidak memakai kebaya, melainkan memakai baju terusan hingga
dengkulnya.
Kenikmatan Yang Diperoleh Ini Berawal Dari Penjual Roti Bakar
“Bapak
kapan ngobrol dengan Bu Lina? tanya pembatuku.
“Tadi malam.” jawabku singkat.
“Wach bapak pulang kantor suka malam sich, Bu Lina kalau siang atau sore kira-kira jam lima suka ngobrol disini dengan saya lho.” jawab pembantuku lagi.
“Tadi malam.” jawabku singkat.
“Wach bapak pulang kantor suka malam sich, Bu Lina kalau siang atau sore kira-kira jam lima suka ngobrol disini dengan saya lho.” jawab pembantuku lagi.
Och
ternyata Bu Lina suka ambil air ledeng dari kantorku, untuk air termos
diwarungnya. Hm.. Kesempatan pikirku.
Singkat
cerita, aku sengaja pulang agak sore, dan memang benar Bu Lina sedang ngobrol
dengan si Dadang pembantuku. Lalu aku ditegurnya sambil berkata.
“Maaf
nich Mas, ketahuan dech, sering minta air nich.”
“Nach yach.. Ketahuan, kalau begitu harus bayar nich, dengan roti bakar.” candaku.
“Nach yach.. Ketahuan, kalau begitu harus bayar nich, dengan roti bakar.” candaku.
Tapi
tiba-tiba si Dadang mau izin pulang cepat karena adiknya mau kedokter,
kebetulan pikirku he he he.
“Iya
dech nanti aku bilang sama Mang Didin menyiapkan roti bakar untuk Mas”
Lalu aku coba untuk menggodanya “Ech enggak bisa, yang ambil air khan ibu, yang membuatkan roti bakar juga harus Bu Lina dong.”
Lalu aku coba untuk menggodanya “Ech enggak bisa, yang ambil air khan ibu, yang membuatkan roti bakar juga harus Bu Lina dong.”
Dia
menatapku tajam sambil menggigit bibirnya yang sangat indah dilihat, aku sudah
dapat membaca pikirannya, bahwa dia sudah mengerti maksudku. Lalu aku balas
tersenyum kepadanya, diapun tersenyum kembali sambil permisi untuk ke
warungnya.
Akhirnya
aku paling sering pulang sore-sore hingga suatu waktu saat si Dadang hendak
izin tidak bisa masuk, akupun izin ke kantor untuk istirahat dirumah, padahal
ada niat untuk mengencani Bu Lina, karena memang aku sudah ada sinyal dari
pandangan matanya beberapa hari yang lalu.
Siang
hari seperti biasa Bu Lina datang untuk minta air, lalu aku pura-pura menjawab
meringis sambil memegang pinggangku. Dan memang benar Bu Lina datang menyambut.
“Kenapa
Mas pinggangnya”
“Enggak tahu nich, tadi pagi bangun tidur langsung pinggang saya terasa mau patah.”
“Mau ibu pijitin” tantangnya. Wach kebetulan nich pikirku.
“Enggak tahu nich, tadi pagi bangun tidur langsung pinggang saya terasa mau patah.”
“Mau ibu pijitin” tantangnya. Wach kebetulan nich pikirku.
Singkat
cerita aku sudah tiduran dibangku panjang diruang tamuku tanpa baju, lalu Bu Lina
memijit pinggangku. Setelah lima menit aku bangkit berdiri, lalu aku tawarkan
ide gilaku untuk memijitnya.
“Ach
memang Mas bisa mijit, kalau bisa kebetulan nich betis ibu suka pegal-pegal”
Aku
tidak banyak bicara aku suruh Bu Lina tiduran untuk memijit betis bagian
belakang. Memang seperti kebiasaan Bu Lina hanya memakai baju daster bercorak
kembang hingga batas dengkulnya. Lalu aku mengambil body oil dari kamarku. Aku
urut betis Bu Lina lalu pelan-pelan pijitanku aku naikkan hingga pahanya. Dia
ternyata hanya diam saja. Karena sudah ada sinyal pikirku, aku singkapkan
dasternya hingga kedua belah pantatnya yang sangat menantang terlihat jelas di
depan mataku. Aku pijat pahanya sambil kedua jempolku aku masukan ke dalam
celana dalamnya. Dia hanya mendesah.
“Och..”
Hm..
Kesempatan nich, aku tidak buang-buang waktu lagi, aku turunkan celana dalam Bu
Lina hingga batas dengkulnya, lalu aku masukan tangan kananku ke dalam celah
kedua belah pahanya, sambil memasukan jari tengahku ke dalam lubang kemaluan Bu
Lina.
“Och..
Och..” desah Bu Lina sambil mengangkat pantatnya agak ke atas, hingga makin
jelas terlihat kemaluan Bu Lina yang sudah berwarna coklat tua. Lalu aku
lumurkan body oil persis dilubang anus Bu Lina, hingga meleleh hingga ke lubang
kemaluannya. Aku gosok-gosok lubang kemaluan Bu Lina bagian luarnya, sedangkan
jempolku aku gesek-gesek secara perlahan dilubang anusnya. Rupanya Bu Lina
tidak kuat lagi menahan gejolak napsu birahinya. Langsung dia berdiri sambil
menarik celana dalamnya ke atas kembali, dan mencium bibirku lalu berkata
pelan.
“Mas
masih siang enggak enak nanti ada yang datang lagi, nanti sore pasti saya akan
ambil air lagi dech” Bu Lina seakan mengisyaratkan aku bahwa nanti sore saja
setelah hari agak gelap.
Benar
saja masih seperti tadi Bu Lina berpakaian, dia datang berpura-pura untuk minta
air, kulihat mang Didin sedang sibuk melayani tamu yang memesan roti bakar diwarung
Bu Lina. Aku menyuruh Bu Lina masuk kembali, tapi sekarang aku ajak dia kekamar
tengah tempat aku nonton TV, aku langsung mendekapnya, dia menyambut dengan
ciuman sambil melumat lidahku. Lalu aku suruh Bu Lina membuka dasternya. Hingga
dia telanjang bulat, lalu aku suruh dia nungging diatas bangku, secara
pelan-pelan aku selusuri pahanya dengan lidahku, hingga sampai ke lubang
kemaluannya. Tampak memang Bu Lina rajin merawat tubuhnya.
Tanpa
buang waktu aku buka celanaku lalu aku masukan penisku ke dalam lubang
kemaluannya dari belakang, aku genjot Bu Lina dari belakang hingga cairan putih
menetes dari lubang kemaluannya. Sedangkan dia hanya menunduk sambil mendekap
senderan bangku tamuku, sambil memejamkan matanya menahan rasa nikmat.
Aku
balikkan tubuh Bu Lina lalu aku jilat teteknya yang sudah mulai mengendor, aku
buat beberapa sedotan keras dari bibirku dibagian pinggir teteknya hingga
membekas berwarna merah kehitam-hitaman. Dia hanya mendesah terus menerus. Aku
bisikan perlahan.
“Ibu
isep saya punya yach”
Tanpa
disuruh lagi Bu Lina langsung duduk di bangku sambil mengulum penisku, dan
tampaknya beliau tahu persis cara mengulum yang benar. Diputar-putarnya penisku
dengan lidah serta air liurnya, hingga penisku makin tegang dan keras. Lalu aku
pegang kepalanya dengan kedua tanganku dan langsung kugoyangkan penisku keluar
masuk ke dalam mulutnya. Lalu dijilatnya pinggiran penisku hingga bagian paling
bawah mendekati lubang anusku. Wow memang ibu yang satu ini sangat lihai cara
memberikan kenikmatan pada pria.
Lalu
aku tarik bangku tamuku, aku sandarkan tubuh Bu Lina di sandaran bangku hingga
kepalanya menyentuh tempat duduk, sedangkan pinggangnya terganjal disandaran
bangku, lalu aku renggangkan kedua belah paha Bu Lina dan kumasukan penisku ke
lubang kemaluannya mulai dari perlahan hingga kugenjot kencang.
Tampak
Bu Lina hendak berteriak, tapi karena takut terdengar tetangga, ia hanya
mendesah.
“Och..
Och.. Och.. Teruskan Mas, teruskan..”
Kami
berdua hingga berkeringat, karena memang sengaja aku menahan pejuku untuk tidak
muncrat dahulu. Karena aku memang benar-benar terangsang dengan putihnya body
Bu Lina, buah dadanya yang masih bulat menantang, meskipun agak turun sedikit,
serta pinggulnya sangat menantang bila dia memakai rok maupun celana ketat.
Aku
cabut penisku sambil membersihkan lubang kemaluan Bu Lina dengan tissue, karena
tampaknya Bu Lina telah mencapai puncak kenikmatannya, sehingga tampak cairan
pejunya meleleh. Akhirnya aku angkat Bu Lina ke dalam kamar tidurku, aku
rebahkan dia, aku kecup bibirnya sambil tanganku memelintir puting susunya,
kadang-kadang aku ramas buah dadanya. Lalu ciumanku dibibirnya aku pindahkan
kekedua buah dadanya, aku jilat secara bergantian puting susu Bu Lina. Dia
tampak gelisah karena mulai terangsang kembali sambil kadang-kadang mengangkat
pinggulnya supaya vaginanya bergesekan dengan penisku, mulai dari buah dadanya
jilatanku turun ke arah pusar serta perut bagian sisi kanan dan kirinya.
“Och..!!”
tampak Bu Lina tak kuat lagi menahan rangsangan yang aku berikan lewat jilatan
lidahku. Ia pun langsung membalikkan badanku hingga terlentang lalu diapun
mulai membalas dengan menjilat kedua puting tetekku, lalu mengangkat kedua
pahaku hingga ke atas, hingga pinggangku agak terangkat, lalu ia mulai menjilat
kedua bijiku lalu lebih turun kembali disekitar pinggiran lubang anusku,
kadang-kadang ujung lidah Bu Lina menyentuh pas ditengah lubang anusku, dan
memang kenikmatan yang luar biasa yang saya dapatkan pada sore hari ini. Karena
memang service dari Bu Lina secara bertubi-tubi tanpa henti, langsung membuat
aku tidak dapat lagi menahan pejuku untuk keluar.
Lalu
aku angkat Bu Lina untuk posisi menduduki penisku, secara perlahan dia masukan
penisku ke dalam lubang kemaluannya. Langsung tanpa diberi komando Bu Lina
memacu diriku seperti kuda liar, terus dia menggoyangkan pinggulnya maju
mundur. Kejadian ini berlangsung selama duapuluh menit dan tampak keringat
mulai menetes dari tubuh Bu Lina, langsung dia mendekap diriku, sambil
berbisik.
“Keluarkan
yach Mas.. aku sudah tak kuat lagi..”
Sambil
mengangguk aku cium bibirnya yang mungil. Lalu Bu Lina kembali pada posisi
menduduki aku sambil memacu goyangan pinggulnya lebih kencang lagi, terus.. Dia
memacu, akupun tak dapat menahan kenikmatan yang sudah memuncak diubun-ubun
kepalaku. Lalu aku lepaskan pejuku didalam lubang kemaluan Bu Lina, dan
tampaknya ini juga diimbangi dengan goyangan Bu Lina yang makin lama makin
melemah sambil kadang-kadang dia menghentakkan pinggulnya, yang rupanya dia
mengeluarkan pejunya untuk yang kedua kalinya. Lalu dia tersungkur merebahkan
badannya diatas tubuhku, sambil memeluk erat tubuhku.
Setelah
sepuluh menit, aku bisikan ditelinga Bu Lina.
“Bu
yuck pake baju, nanti mang Didin nyariin lho..”
Lalu
Bu Lina bangun dan membersihkan dirinya didalam kamar mandiku, demikian juga
aku. Setelah rapih Bu Lina berkata.
“Mas
aku kedepan yach” Lalu aku menjawab.
“Terima kasih, ‘roti bakarnya’ yach bu”
“Terima kasih, ‘roti bakarnya’ yach bu”
Lalu
dia berbalik memandangku tajam sambil tersenyum dan berkata, “Awas kamu yach.
Post a Comment