Home
>
Cerita Dewasa
>
Cerita Hot
>
Cerita Panas
>
Cerita Seks
>
Kutaklukan Pacar Ku Dengan Goyangan Maut
Kutaklukan Pacar Ku Dengan Goyangan Maut
Kutaklukan Pacar Ku Dengan Goyangan Maut |
DominoQQ - Cerita ini terjadi
beberapa waktu yang lalu. Semuanya bermula ketika penerimaan mahasiswa baru di
kampusku. O iya, aku adalah salah satu mahasiswa di salah satu perguruan tinggi
ternama di kotaku. Saat itu, maklumlah namanya juga senior, maka semua
mahasiswa baru baik itu mahasiswa baru cowok maupun cewek tunduk atas semua
perintahku.
Pada hari kedua orientasi pengenalan kampus, aku berkenalan
dengan seorang mahasiswa baru yang bernama Vina dan berasal dari luar pulau.
Anaknya imut-imut, manis dan lucu, membuatku sangat tertarik kepadanya.
Berbagai cara pun kucoba untuk melakukan pendekatan, sehingga berhasil
menjadikannya pacar.
Singkat
cerita, setelah dua bulan pacaran aku mengajak dia jalan-jalan ke rumahku yang
kebetulan lagi kosong. Setelah sampai di rumah, kami bercerita sebentar, mulai
dari hal-hal yang berbau kampus hingga menyentuh masalah seks. Ternyata ia
melayaniku dengan semangat, sampai pikiranku pun melayang ke hal-hal yang
tidak-tidak. Aku berusaha memancingnya terus dengan menambah bumbu-bumbu
cerita, dan dia pun terangsang. Perlahan-lahan kudekatkan tubuhku padanya
dengan hati-hati, takut siapa tahu dia menolak. Diluar dugaan, dia tidak menghindar,
maka kucoba lebih jauh lagi dengan cara menciumnya. Ternyata dia membalas
kecupanku dengan penuh nafsu. Aku menjadi lebih berani lagi.
Cewek Kuliah Bispak Yang Akhirnya Bisa Kutaklukan
Aku
berusaha untuk membuka baju dan celana panjang yang ia pakai. Ohh betapa
indahnya bentuk tubuhnya ketika kulihat hanya menggunakan penutup buah dada dan
celana dalam putihnya. Aku pun tidak tahan lagi, sambil mengulum bibirnya yang
basah, aku pun membuka seluruh pakaianku. Dia terkejut dan takjub ketika
melihat batang kemaluanku yang besar telah tegang.
Dia membuka penutup dada dan celana dalamnya dan memegang batang kemaluanku sambil berkata, “Kak, besar sekali punyamu, aku kok ingin mencobanya..!”
Sambil menahan nafsu, aku membaringkan Vina ke lantai.
Dia membuka penutup dada dan celana dalamnya dan memegang batang kemaluanku sambil berkata, “Kak, besar sekali punyamu, aku kok ingin mencobanya..!”
Sambil menahan nafsu, aku membaringkan Vina ke lantai.
Awalnya
kami hanya bergelut dengan saling berpelukan saja, tetapi keinginan untuk
melakukan yang lebih dari itu pun tidak dapat kami bendung lagi. Hingga pikiran
sehat dan rasa ingin memeperlakukan Vina selayaknya wanita yang baik pun sirna
saat itu. Kami saat itu sudah dilingkupi oleh keinginan birahi yang sangat tinggi.
“Ren.., aku ingin mencium milikmu, boleh kan..?” tanyaku merayunya.
“Oh.., Kak.. Lakukan saja, aku sudah tidak tahan lagi..!” jawabnya sambil tangannya mencoba memegang batang kemaluanku yang sudah berdiri tegak itu.
“Ren.., aku ingin mencium milikmu, boleh kan..?” tanyaku merayunya.
“Oh.., Kak.. Lakukan saja, aku sudah tidak tahan lagi..!” jawabnya sambil tangannya mencoba memegang batang kemaluanku yang sudah berdiri tegak itu.
Kami
saling melakukan oral seks dengan posisi 69. Kegiatan kami yang satu itu
berlangsung hingga 10 menit, dan kami pun terhenti bersamaan karena rupanya
sama-sama menginginkan hal yang lebih lagi.
Setelah
itu aku mulai memasukkan batang kemaluanku ke dalam liang keperawanannya secara
perlahan-lahan. Dia meringis menahan sakit yang teramat sangat, tapi tidak
berusaha untuk menolakku. Aku pun bertambah semangat untuk mengocok liang
keperawanannya dengan cepat sambil menggoyangkan pinggulku.
Setelah
15 menit kami bermain cinta, aku mengajaknya terbang ke alam nikmat.
Aku mendengarnya mendesis, “Ssshh.. ahh.. Kak.., nikmat sekali.., teruuss.. Kaak.. sepertinya ada yang mau keluaarr..”
Aku berpikir bahwa dia sudah mencapai orgasme yang pertama, terus saja aku mengocoknya dan tiba-tiba, “Kakk.. aku keluar..!” dan memuncratlah cairan kental berwarna putih kemerah-merahan, tanda bahwa keperawanannya telah kutembus.
Aku mendengarnya mendesis, “Ssshh.. ahh.. Kak.., nikmat sekali.., teruuss.. Kaak.. sepertinya ada yang mau keluaarr..”
Aku berpikir bahwa dia sudah mencapai orgasme yang pertama, terus saja aku mengocoknya dan tiba-tiba, “Kakk.. aku keluar..!” dan memuncratlah cairan kental berwarna putih kemerah-merahan, tanda bahwa keperawanannya telah kutembus.
Sampai
empat kali dia mengalami orgasme. Dia kulihat mengalami lemas lunglai,
sedangkan aku sendiri belum. Lama-kelamaan daya tahanku mulai berkurang juga.
Sambil menahan rintihan kenikamatan, aku merasa spermaku sudah saatnya
dikeluarkan. Aku pun mengeluarkan batang kemaluanku dari dalam liang
kewanitaannya sambil mengerang.
“Aaahh.. Vina.. kamu betul-betul hebat sayang..!” dan cairan putih kental dari dalam batang kemaluanku tertumpah di wajahnya.
Dia kemudian menjilati batang kemaluanku yang besar itu sambil tersenyum puas.
“Aaahh.. Vina.. kamu betul-betul hebat sayang..!” dan cairan putih kental dari dalam batang kemaluanku tertumpah di wajahnya.
Dia kemudian menjilati batang kemaluanku yang besar itu sambil tersenyum puas.
Setelah
bersih dari cairan sperma dan cairan kewanitaannya, aku pun mengecup bibirnya
dengan hangat. Kami kembali melakukan percintaan sambil berpelukan di bawah
lantai. Tidak terasa kami pun tertidur pulas.
Setelah
terbangun, aku melihat Vina masih tertidur pulas di lantai. Aku duduk sebentar
di sofa. Tiba-tiba aku teringat pengalaman masa lalu saat aku berumur 15 tahun.
Aku mempunyai seorang tante yang bernama persis dengan nama pacarku ini. Ya,
nama tanteku juga Vina. Waktu itu aku dan tante tinggal serumah, karena ayah
dan ibuku lagi keluar kota untuk mengurus pernikahanpamanku.
Karena
takut tidur sendiri, maka tanteku minta tolong agar aku menemaninya di
kamarnya, kebetulan di kamar tanteku ada dua buah tempat tidur yang letaknya
bersampingan. Malam itu entah karena kelelahan, aku dan tanteku lupa memasang
anti nyamuk elektrik, dan bisa ditebak seluruh badanku diserbu nyamuk yang
memang tidak tahu diri.
Tengah
malam aku terbangun karena tidak tahan akan serangan nyamuk yang tidak tahu
diri itu. Aku berbalik ke arah tanteku dan melihat dia tertidur pulas sekali.
Karena kamar itu hanya diterangi lampu pijar 10 watt, maka samar-samar aku
dapat melihat tubuh molek tanteku yang terbaring merangsang. O ya, walaupun
sudah berumur 26 tahun, tanteku mempunyai wajah yang masih sangat muda dan
cantik. Entah karena nafsu, aku memberanikan diri menghampiri tanteku. Kulihat
daster yang dipakainya tersibak di bagian selangkangannya.
Aku
mencoba mengintip dan melihat gundukan kecil dari balik celana dalamnya. Ah,
betapa aku ingin melihat yang ada di balik celana dalam itu.
Tiba-tiba tanteku terbangun, “Hei.., apa yang kamu lakukan..?”
Karena terkejut, aku pun menjawab asal-asalan, “Tadi aku melihat tikus tante..”
Tante Vina menjerit sambil memelukku, “Ahh.., dimana tikusnya..?”
Sambil terbata-bata karena gugup, aku menjawab bahwa tikusnya sudah lari. Aku pun kembali ke tempat tidur dan akhirnya tertidur pulas hingga pagi hari.
Tiba-tiba tanteku terbangun, “Hei.., apa yang kamu lakukan..?”
Karena terkejut, aku pun menjawab asal-asalan, “Tadi aku melihat tikus tante..”
Tante Vina menjerit sambil memelukku, “Ahh.., dimana tikusnya..?”
Sambil terbata-bata karena gugup, aku menjawab bahwa tikusnya sudah lari. Aku pun kembali ke tempat tidur dan akhirnya tertidur pulas hingga pagi hari.
Keesokan
harinya, saat sarapan aku lihat tanteku tersenyum-senyum sendiri, tapi aku
takut untukmenanyakannya. Aku merasa, kalau tanteku itu sepertinya mengetahui
kelakuanku tadi malam, tapi karena memang aku masih merasa tidak enak dengan
tanteku, maka aku pun diam saja.
Malam
harinya aku sengaja tidak tidur agar bisa mengambil kesempatan seperti malam
sebelumnya. Dan saat itu pun tiba. Tepat tengah malam, saat kulihat tanteku
tertidur pulas, aku mengendap ke tempat tidurnya dan mencoba mengintip. Astaga,
yang kulihat bukan lagi celana dalam putih yang biasa dipakainya, melainkan
gundukan kecil yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Sambil membayangkan yang
tidak-tidak, aku tidak menyadari bahwa celanaku sudah merosot turun. Ya,
tanteku ternyata tidak tidur.
“Masih belum tidur, De..?” tanyanya.
Aku pun sadar karena tenyata tante Vina memegang batang kemaluanku dan berkata, “Wah.., sudah besar yaa..?”
“Ihh.., geli tante..!” jawabku mencoba menghindari pegangan tangannya di kemaluanku.
“Masih belum tidur, De..?” tanyanya.
Aku pun sadar karena tenyata tante Vina memegang batang kemaluanku dan berkata, “Wah.., sudah besar yaa..?”
“Ihh.., geli tante..!” jawabku mencoba menghindari pegangan tangannya di kemaluanku.
Tidak
hanya itu saja, karena kemudian tanteku bagun dari tempat tidurnya dan langsung
mengulum kemaluanku yang sudah jelas berdiri dengan tegaknya. Dia mengulum,
hingga aku meringis menahan rasa nikmat dan sedikit kesakitan, karena memang
tanteku terlalu bernafsu mengulum kemaluaku, hingga sempat giginya menyentuh
batang rudalku. Tante Vina kemudian membuka seluruh pakaiannya dan menyuruhku
untuk naik ke atas. Dia membimbingku untuk menindihnya.
“De..,
ayo naik..! Tante tahu kok kamu juga ingin kan..?” katanya manis mencoba
membujukku.
Aku pun naik dan tanteku membimbing batang kemaluanku yang saat itu masih belum terlalu besar masuk ke dalam liang kewanitaannya sambil mengerang.
“Ayo.. De.., kamu pasti bisa. Jangan diam begitu dong..! Gerakkan maju mundur. Ayoo, yahh.. begitu.., ahh enak De..!” katanya kesetanan.
Benar-benar aku mencoba mengerahkan segala kekuatan dan keahlian yang kudapat dari beberapa kali menonton film porno untuk menerapkannya pada perbuatan kami itu.
Aku pun naik dan tanteku membimbing batang kemaluanku yang saat itu masih belum terlalu besar masuk ke dalam liang kewanitaannya sambil mengerang.
“Ayo.. De.., kamu pasti bisa. Jangan diam begitu dong..! Gerakkan maju mundur. Ayoo, yahh.. begitu.., ahh enak De..!” katanya kesetanan.
Benar-benar aku mencoba mengerahkan segala kekuatan dan keahlian yang kudapat dari beberapa kali menonton film porno untuk menerapkannya pada perbuatan kami itu.
“Terus
De.., terus.., tante merasa enak..!” katanya memuji goyangan tubuhku dan
rudalku yang mencoba memuaskan gairah kenikmatan tanteku.
Aku pun merasa keenakan dan akhirnya, “Crutt.. crutt.. crutt..!” air maniku pun keluar.
“Wah.., belum apa-apa sudah keluar. Tapi tidak apa-apa.., wajar kok bagi pemula..”
“O ya.. tante.., normalnya berapa lama baru air mani keluar..?” tanyaku tanpa malu-malu lagi.
“Satu jam..” katanya sambil tersenyum simpul.
Aku pun merasa keenakan dan akhirnya, “Crutt.. crutt.. crutt..!” air maniku pun keluar.
“Wah.., belum apa-apa sudah keluar. Tapi tidak apa-apa.., wajar kok bagi pemula..”
“O ya.. tante.., normalnya berapa lama baru air mani keluar..?” tanyaku tanpa malu-malu lagi.
“Satu jam..” katanya sambil tersenyum simpul.
Kami
terus saja melakukan hal itu dalam berbagai macam gaya. Aku tentu saja
menikmatinya, karena itu merupakan pengalaman seks pertamaku.
Setelah
malam itu, kami beberapa kali melakukan hubungan seks sampai daya tahanku
betul-betul teruji. Kami melakukan diantaranya di kamar mandi, sofa dan tentu
saja kamar tanteku. Memang saat-saat bersama tanteku dulu, merupakan kenangan
yang indah untuk kehidupan seksku.
Aku
terus saja melamun sampai kudengar suara Vina menegurku, ” Kak.., antarkan aku
pulang..!” katanya sambil merangkul diriku.
“Eh, Vina.., kamu sudah bangun..?” tanyaku terbata-bata karena kaget.
“Kak.., lain kali kita bikin lagi yaa..?” pintanya manja.
“Iyalah.., nanti. Enakkan..?” tanyaku lagi.
“Iya.. Kakak hebat mainnya, Vina sampai ketagihan..!” katanya sambil merangkul tubuhku dengan erat dan kemudian mencium pipi kananku.
“Iya dong.., siapa dulu..!” balasku juga sambil mencim keningnya.
Hanya sebentar setelah percumbuan kami yang indah itu, kami berpakaian kembali dan membersihkan ruangan itu yang sempat agak berantakan. Kemudian aku pun mengantar Vina pulang dan tersenyum puas.
“Eh, Vina.., kamu sudah bangun..?” tanyaku terbata-bata karena kaget.
“Kak.., lain kali kita bikin lagi yaa..?” pintanya manja.
“Iyalah.., nanti. Enakkan..?” tanyaku lagi.
“Iya.. Kakak hebat mainnya, Vina sampai ketagihan..!” katanya sambil merangkul tubuhku dengan erat dan kemudian mencium pipi kananku.
“Iya dong.., siapa dulu..!” balasku juga sambil mencim keningnya.
Hanya sebentar setelah percumbuan kami yang indah itu, kami berpakaian kembali dan membersihkan ruangan itu yang sempat agak berantakan. Kemudian aku pun mengantar Vina pulang dan tersenyum puas.
Post a Comment