Bercinta Mahasiswi Berawal Dari Meminjam Laptop Dirumah

Bercinta Mahasiswi Berawal Dari Meminjam Laptop Dirumah
Bercinta Mahasiswi Berawal Dari Meminjam Laptop Dirumah
BeritaUmum - Tolong ke ruangan saya sebentar” sebuah pesan singkat dari dosen sekaligus pembimbing gw dulu. Dari ruang kerja kecil di sudut gedung dosen, gw beranjak ke sekretariat jurusan, menemui Bu Vina di ruangannya. “kamu, masih sibuk penelitian? Kelas banyak?” hardik bu Vina ketika gw sedang menutup pintu ruang sekre. “enggak sih bu, kenapa ya?” gw masih bingung dengan situasi ini. “saya boleh minta tolong, ambil alih kelas saya. Saya harus ke aussie” pinta beliau kemudian. ya, setahun setelah lulus gw masih mengabdi di kampus, membantu dosen penelitian dan mengajar di mata kuliah dasar. Bu Vina adalah satu dosen senior di jurusan gw, idealisme membuatnya dimusuhi jurusan. Dan gw bisa dibilang mahasiswa kesayangannya. Ia sendiri bukan hanya mengajar di kampus ini, namun juga memiliki status dosen di salah satu universitas di Adelaide.

Bercinta Mahasiswi Berawal Dari Meminjam Laptop Dirumah


Pembicaraan memakan waktu hingga 3 jam, karena gw harus mengajar di fakultas sebelah, dan bukan mata kuliah dasar, melainkan mata kuliah tingkat 3 dan menjadi bahan skripsi gw dulu. Bu Vina menunjuk gw sebagai penggantinya karena beliau menganggap gw kompeten untuk mengajar ini. perkuliahan baru dimulai minggu depan. Jatah 2 kelas tambahan diberikan, membuat waktu istirahat dan penelitian gw berkurang, walau pundi keuangan bertambah. Mungkin di kampus ini gw terbilang satu dari beberapa dosen muda yang bengal (ga nurut peraturan). Mengajar dengan gaya urakan macam mahasiswa. Beliau sendiri yang pernah bilang kalo dosen dilihat dari otaknya, bukan gayanya. Nah, mata kuliah yang beliau berikan ini ada di fakultas sebelah, yang aturannya lebih ketat. Mengharuskan gw berpakaian lebih sopan (sedikit).
Selasa, 9.30

Gw telat di hari pertama gw masuk. Kemeja pendek dilapis blazer untuk menutupi tattoo di tangan kiri gw menjadi style andalan. Masih stereotip kalo orang bertattoo itu urakan, walau di fakultas asal, gw bisa seenaknya ngajar make lengan pendek. Pintu gw buka, gw duduk di meja dosen sambil mengeluarkan daftar kehadiran. Beberapa mahasiswi agak tercengang, melihat dosen dengan jenggot tebal, rambut sebahu dan diikat.
“selamat siang, bu Vina ga bisa menghadiri kuliah ini karena harus penelitian, sy wapol akan menggantikan beliau” kata gw membuka kelas. Dari total 23 orang di kelas, mayoritas adalah pria, sial. Namun ada satu mahasiswi yang mencuri perhatian gw, dari daftar kehadiran gw tau namanya Tiffany.

Duduk di baris tengah, dengan rambut sebahu yang digerai, perawakan tinggi padat. Mengenakan kemeja merah tipis dengan jeans. kulit kuning langsat cenderung putih dengan wajah khas metropolitan (muka anak gaul)
Suasana hening perlahan cair ketika gw mulai materi. Gw bukan tipikal dosen serius karena selama kuliah gw belajar kalo dosen terlalu serius Cuma bikin setres. Mahasiswa juga menyadari kalo gw ga seseram penampakannya. Kelas ini termasuk kelas yang kooperatif. Saling lempar pertanyaan yang kadang berbalut canda.

Minggu kedua

Seperti biasa gw masuk dan menyampaikan materi. 15 menit berlalu dan pintu tetiba diketuk. Tiffany masuk dengan muka agak panik, “maaf mas telat, boleh masuk?” ya menjadi aturan kelas kalo haram hukumnya manggil gw pak. Sekilas gw melihat jam tangan, telatnya belum terlalu jauh mengingat kelas memiliki durasi 3 jam, jadi gw persilahkan dia masuk tapi duduk di row paling depan. Tiffany duduk tepat berseberangan dengan gw.

1 jam berlalu, materi hampir selesai, gw memberikan beberapa soal latihan untuk dikerjakan, kemudian duduk kembali di meja dosen. Saat itu Tiffany menggunakan kemeja biru muda berbahan semacam satin yang cukup menerawang, ditambah keringat yang masih bercucuran dan membuat kemejanya sedikit basah. Sambil sesekali menjawab pertanyaan dari mahasiswa lain, gw mencuri pandang ke arah Tiffany. Gw baru menyadari di balik kemejanya ia hanya mengenakan bra, ketika ia menoleh ke belakang dan terpampang jelas garis bra dari balik kemejanya.
15 menit berselang, ia tetiba membuka kancing paling atas kemejanya dan mengipas-kipaskan kerah kemejanya. “panas banget ih” gerutunya. Gw berusaha mencuri pandang ke balik kemejanya. Belahan dada yang sekilas terlihat, mencilat di karena keringat yang masih membasahi tubuhnya. Berharap kelas lebih lama berlangsung agar gw lebih lama memperhatikan tubuh Tiffany.
Kelas ini agak unik, walau setelah jam selesai, banyak yang belum membubarkan diri. Dan pada akhrinya gw mulai menyatu. Di kelas profesional, di luar kelas ngerokok bareng. Rian, salah satu mahasiswa bilang sangat jarang dosen di fakultas ini ga ngasih jark ke mahasiswanya ampe mau ngerokok bareng. Menurut gw sih yang penting di kelas profesional, di luar kita teman.

Minggu ke-5

Minggu ini presentasi beberapa kelompok. Tiffany menggunakan kaos putih berbalut kardigan biru tua. Sambil menunggu kelompoknya maju, ia duduk di baris depan. Setelah gw suruh ia duduk di baris depan, ia cenderung memilih baris depan bersama dua temannya. Kaos yang ia pakai memiliki belahan rendah dan cukup menerawang. Samar terlihat bra berwarna hitam dari balik kaosnya. Ukuran font presentasi yang kecil membuat Tiffany harus memicingkan matanya dan sedikit condong ke depan. Gw yang duduk di meja depan mendapat suguhan belahan dada yang cukup terlihat dari balik kaosnya yang memang kendor. Satu momen ketika ia bertanya dan kardigannya agak turun, gw baru menyadari bahwa bukan kaos yang ia pakai, tapi tanktop dengan belahan samping yang lebih rendah dari belahan depannya. Membuat bra hitamnya terlihat jelas. Ditambah gumpalan dada yang mencuat seperti bra tidak mampu menahannya.

Tiffany seperti sadar kalo gw lihat, tapi gw Sengaja ga mengalihkan pandangan gw dan tetap memandang belahan dadanya. Ia sedikit melihat ke bawah, ke arah dadanya dan sadar kalo agak sedikit terbuka, namun bukannya menarik ke atas tanktopnya, ia malah membiarkannya dan berlaga seperti ga ada yang terjadi. Untuk beberapa menit sampai presentasi selesai gw bebas untuk terus melihat dadanya. Satu momen ia bahkan sengaja menekan dadanya ke tengah dengan merapatkan kedua tangannya.

“iya kan mas?… mas?” pertanyaan dari seorang mahasiswa yang lagi presentasi seperti membangunkan gw. “ah, iya kurang lebih seperti itu” jawab gw sekenanya sambil melihat ppt dan mencoba mengikut apa yang sedang dipertanyakan. Sekilas gw melihat ke arah Tiffany, iya tertawa kecil sambil menutup mulutnya dengan tangannya. “jadi, dia sengaja?” pikir gw.
Minggu ke 7
Seminggu sebelum UTS, hubungan gw dan kelas ini semakin dekat. Beberapa anak ada yang menghubungi gw, mulai dari nanya materi, sampai nanya mata kuliah lain. Hari ini, seperti berbeda, Tiffany menggunakan rok sepan pendek hitam, dengan kemeja merah (berbeda dengan beberapa minggu lalu), dan blazer. “mau lamaran kerja?” canda gw ke Tiffany. Gw sadari beberapa anak juga berpakaian lebih rapi dari biasanya. “ada presentasi buat UTS mas abis ini, harus rapi” jawab Tiffany. Make sense.

Seperti biasa, Tiffany duduk di row depan, berhadapan dengan meja gw. berhubung ini hampir materi terakhir sebelum UTS, gw merekap beberapa materi yang gw ajarkan. Posisi Tiffany yang berada di pojok, membuatnya harus duduk agak menyamping agar melihat papan tulis. Awalnya biasa, namun tetiba Tiffany melebarkan kakinya. gw masih berpikir positif bahwa itu hanya kebiasaan duduknya. Namun beberpa lama ia tidak merubah posissinya. Gw yang berdiri di sisi papan tulis yang dekat meja gw, menjadi dekat dengan Tiffany. Penasaran gw ngetes apa Tiffany benar-benar pamer buat gw, gw menulis lagi beberapa poin materi. Ketika membalikan badan seperti ingin menjelaskan, dengan sengaja gw menjatuhkan spidol gw. gw kemudian jongkok mengambil spidol sambil melihat ke arah Tiffany, lebih tepatnya ke arah roknya. Keadaan ini harusnya Tiffany segera merapatkan kakinya, tapi ia tetap membuka lebar kakinya sehingga gw melihat bagian dalam paha mulusnya.

Kalo gw lebih jongkok atau melihat lebih lama harusnya gw bisa melihat celana dalamnya, tapi suasana ga memungkinkan.Sambil menjelaskan mata gw memandang seluruh mahasiswa, dan sampai akhirnya melihat Tiffany. Ia tersenyum sebentar, senyuman penuh kode, kemudian baru merapatkan kakinya. apa artinya ini? Kelas selesai dengan kepala gw penuh pertanyaan apa maksud Tiffany. tapi gw gak berusaha untuk memikirkannya terlalu dalam, mungkin ia Cuma menggoda.

Siang menuju sore itu gw kembali ke sekre untuk mengambil beberapa data. Daripada mengerjakan di kantin atau di kosan, gw lebih milih ngerjain di kantin sebelah. Sekitar jam 5 tetiba ada yang dateng nyapa gw “mas, ngapain?” Tiffany tetiba duduk di samping gw, dengan dua orang temannya. “ah ini, nugas” jawab gw sekenanya. Ia memperhatikan laptop dan setumpuk kertas di samping gw, “banyak ya?” tanyanya penasaran. “yah lumayan, namanya juga kerja” jawab gw sambil menghisap rokok gw kembali. Gw menutup laptop dan merapikan dokumen yang menumpuk. Kerjaan ini bisa nanti lagi, toh deadline masih jauh. “yaah kok dimatiin? Ganggu ya mas?” tanya Tiffany, “enggak kok, emang udah selesai” jawab gw. Tiffany kemudian mengajak gw ngobrol, mulai dari hal-hal sepele, sampai ke materi kuliah. Setengah jam berlalu, langit mulai gelap. Pembicaraan lagi menyenangkan, Tiffany menanyakan banyak hal tentang gw, dan tentang bu Vina.

Ia penasaran seperti apa bu Vina, karena beliau terkenal di fakultasnya sebagai dosen yang menyeramkan.
“Tiff, balik yuk” bisik temannya namun cukup keras sampai gw denger. “lo duluan dah, gw ntar aja” tolak Tiffany halus. Temannya pergi, Tiffany mulai menanyakan gw lagi. Gw gabisa kabur dari matanya, dan setiap ia tersenyum mata gw seperti ditarik paksa untuk terus melihatnya. Dan akhirnya langit berubah gelap. “laper ga? Makan yuk” tanya gw yang mulai berasa laper. “mau siih… tapi boseen mas di sini mulu” jawab Tiffany dengan muka manja. “ah saya 6 tahun di sebelah ga ada bosennya”. Pernyataan ini memicu rasa penasaran Tiffany, “kok ga bosen? Bukannya kantinnya gitu-gitu aja ya?” tanya dia kemudian, “suasananya enak, jawab gw”. ia memutar matanya, agak bingung mungkin. “mau nyoba makan di sana?” tawar gw kemudian. “boleh boleh, yuuk!” Tiffany bersemangat sambil menarik tangan gw. kemudian ia sadar, melepaskan tangan gw, agak tertunduk malu, “eh, maaf mas”. Gw mengenakan tas gw, dan memegang jemari Tiffany, “yuk, santai aja kali”. Tiffany menyambut dengan menggenggam tangan gw.

Ga lama emang kami bergandengan, gw langsung melepas tangannya karena takut dengan regulasi kampus dan masalah profesionalitas. 10 menit berjalan akhirnya kami sampai ke kantin fakultas gw. suasana masih sama, banyak anak yang main gitar sambil nyanyi ga jelas. Kami duduk di pojok, agak jauh dari keramaian. Sambil mengunyah makanan masing-masing, Tiffany nampak bersenandung mengikuti lagu. “enak ya ampe malem masih rame, pantes betah” celetuknya di tengah makan. “ya gtulah makanya betah”.

Kami selesai makan dan melanjutkan obrolan. “mas, kenapa make blazer terus dah?” tanya Tiffany tetiba. Sebenarnya gw males buka-bukaan, tapi yaudalah. Gw ga menjawab tapi malah membuka blazer gw. “ini kan ngelanggar aturan” jawab gw kemudian sambil menunjukan tattoo di pergelangan tangan kiri gw. “cool!” Tiffany nampak antusias sambil memegangi kedua tangan gw. “arti gambarnya apa mas?” tanya Tiffany yang gw jawab dengan arti tattoo pohon yggdrasil di tangan kiri gw. ia masih antusias dan menanyakan tentang tattoo, ia juga menceritakan beberapa temannya yag memiliki tattoo.

Perbincangan kami makin seru. Dan tetiba, “panas ya” seru Tiffany kemudian sambil mengibas-kibaskan blazernya. “buka aja sih, ya panas lah, kantin” jawab gw sekenanya. Awalnya Tiffany nampak menolak, ia sedikit berpikir kemudian membuka blazernya, ternyata kemeja yang dipakainya adalah kemeja tanpa lengan. Lengan putih mulus dan siluet bagian samping dadanya yang bulat membusung terlihat jelas. Mata gw gabisa lepas dari dua bukit yang menjulang dan terlihat jelas. Ga terasa waktu menunjukan jam 9. Tiffany mengajak gw pulang. Gw menawari dia untuk diantar pulang.

Gantian ia bangkit, menjulurkan tangannya, “yuk” ajak Tiffany sambil tersenyum. Gw bangkit dan meraih tangannya. Berbeda dari gw tadi, ia tidak melepaskan pegangan tangannya. Kami berjalan bergandengan hingga sampai ke parkiran dosen. sebenarnya,dari kata-kata Tiffany, jarak kosannya dari kampus Cuma sebatas tembok kampus, tapi harus muter karena make mobil. Di jalan tetiba Tiffany merangkul tangan kiri gw yang emang steady di tuas gigi, “dingin banget sih mas mobilnya” kata Tiffany manja.

Gw bisa merasakan dadanya menempel di lengan gw, tepat di atas sikut. “ya mau gimana, malem, buka jendela aja?” tanya gw kemudian dijawab dengan gelengan manja Tiffany. sepintas gw rasakan bra yang ia gunakan bukan tipe bra yang bergabus tebal, jadi bisa terasa empuk-empuk dadanya. Sengaja gw naik turunin gigi, biar lengan gw bergerak menyenggol-nyenggol dada Tiffany. gw berpikir awalnya ga sengaja ia menyentuhkan dadanya, tapi beberapa senggolan hingga yang sengaja gw bergerak buat nyenggol, Tiffany ga mengubah posisinya. 15 menit dan kami sampai di depan kosan Tiffany yang ternyata Cuma berjarak 4 rumah dari kosan gw. Malam itu gw kepikiran, sebenarnya kenapa Tiffany? apa dia suka ama gw? atau ini kisah lain mahasiswa menjilat dosen demi nilai? Entahlah.
Kamis malam, 2 hari setelahnya

Sekitar jam 10 malam di kosan, gw baru menyelesaikan beberapa input data, dan bersiap streaming anime. Tetiba hape gw berbunyi, telpon dari Tiffany ternyata. “mas, maaf mengganggu, lagi di kosan ga?” tanyanya dengan suara yang agak bergetar seperti habis nangis. “iya di kosan ni, kenapa ya?” balas gw agak bingung. “Tiffany boleh ke sana ga? Plis banget mas plis, nanti Tiffany jelasin” gw gak tega dengan suara bergetarnya, pun karena kosan gw bebas campur jadi ga masalah. Akhirnya gw iyain permintaan dia. Bakar rokok sebatang dan gw turun (kamar gw di lantai 3). Baru gw sampai pagar, terlihat sesosok gadis berjalan cukup cepat. Menggunakan Celana pendek kain sepaha, kaos bali gombrong, dan jaket yang ga diresleting, dengan tas ransel di punggungnya. Tiffany berjalan tergopoh, gw langsung mengajaknya masuk ke kamar gw.

“laptop Tiffany tetiba mati mas, ga mau nyala lagi, padahal ada UTS dikumpulin besok pagi, boleh pinjem laptop mas ga? Plis, Tiffany kerjainnya di sini deh” begitu masuk kamar, Tiffany langsung menjelaskan maksudnya. Gw langsung mempersilahkannya make laptop gw. perlu dijelaskan, kosan gw emang agak gede, kasur single di pojok, laptop gw taro di lantai, nyangkut ke speaker luar karena speaker laptop udah mati, dan Cuma dengan kipas laptop sebagai alasnya, praktis kalo mau ngerjain sesuatu ya tiduran, atau dipangku laptopnya.

“emang warnet seberang kosan mu penuh?” tanya gw membuka perbincangan saat Tiffany sibuk ngeluarin buku catetannya. “ga ada aplikasi statistik mas, Tiffany panik banget. Pinjem ya” balas Tiffany dengan nada masih panik. Awalnya Tiffany mengerjakan dengan memangku laptop, karena emang gw larang untuk narik ke manapun, lagi nyetel lagu. Ia nampak sedikit kesulitan mencocokan data di catatannya dengan yang dimasukan ke laptop, jdi gw ambil inisiatif ngebantu. Gw langsung pasang mode kerja, tengkurep menghadap layar.

“mas, agak panas ya?” tanya Tiffany tetiba sambil mengibas-kibaskan jaketnya. “yah emang kosanmu ada AC-nya, di sini mah makenya kipas” jawab gw seadanya. “boleh Tiffany lepas jaket?” ia meminta izin kemudian, gw hanya menjawab anggukan. Tiffany menaruh laptop di lantai, bangkit dan melepas jaketnya. Lengan putih itu nampak lagi. Baju yang ia kenakan ternyata hampir tanpa lengan. Tiffany kemudian malah tengkurap di samping gw, “pegel mas lehernya nunduk mlu, sambil tiduran gapapa ya?” tanyanya yang seperti ga butuh jawaban gw.

Gw seperti mendengar beberapa kali samberan petir, yang kemudian disertai guyuran hujan yang cukup deras. Tapi keseriusan kami ga terganggu karena deadline semakin dekat. Jam setengah 12, akhirnya Tiffany selesai mengerjakan UTSnya dan mengirimkannya ke email dosen. “yah ujan mas?” tanyanya baru sadar kalo udah setengah jam lebih hujan deras. “kamu kemana aja? Fokus banget” jawab gw sambil noyor kepalanya. “yaah gimana dong, punya payung mas?” tanyanya agak cemas. “gapunya, lagian kosan kamu kan deket, ujan-ujanan dikit gapapa” jawab gw sekenanya. “Tiffany sih gapapa, datanya basah gimana, masih buat uas ini” serunya sambil menunjuk setumpukan kertas yang daritadi kami pelototin angka-angka di dalamnya. “yaudah tunggu reda aja dulu, ngapain kek” jawab gw sambil bangkit duduk. Tiffany masih asyik tengkurap. Tekanan dari badannya membuat dadanya mencuat ke samping tertahan bra, bokongnya membusung berani, bulat dan seperti minta dicubit. Dalam hati uda muncul pikiran selama ini Tiffany memamerkan badannya, boleh gw jamah nih. Tapi gw buang jauh-jauh pikiran itu,gw Cuma dosen pengganti, kalo sampe Tiffany ngadu ke bu Vina selesai semua karir nama baik gw.

“mas punya film ga? Nonton aja yuk” tanyanya tetiba. “film apa? bokep?” tanya gw mencoba mancing. “yee jangan, kalo itu entar Tiffany ga pulang”. Jawaban itu aneh, apa itu berarti kalo gw buat dia terangsang dia rela gw tiduri? Ah setan makin merasuk. “tadi lagi mau nonton anime sih, tuh liat aja di tab” jawab gw kemudian. “wah mas ngikutin ini juga? Ih episode baru uda keluar ya? Mau dong mau dong” jawab Tiffany antusias ketika melihat tab anime yang lagi gw streaming. Akhirnya kami tonton lah itu film. “mas kok duduk?

Tiffany tiduran aja gapapa kan?” tanyanya tetiba di setelah memulai film. “pegel, sakit keteken gaenak” jawaban gw masih terus memancing. Pikiran gw udah mulai kotor terus ngeliat bokong dan dada yang terjepit itu. “hah sakit? Ooh dedeknya yaa… ahahaha” Tiffany seperti paham dan malah bercanda. Kenapa pancingan gw terus-terusan disambut, hmmm. “iya lah, gede sih jadi ketindihan kan sakit,hahaha” jawab gw terus memancing. “hmmm sombongnya, segede apa sih?” tanya Tiffany nantang. Gw udah mulai frontal dan menjurus. “gede deh, masuk mulut kamu mah ga muat” jawab gw sekaligus menantang. “dih, iya deh, mulut Tiffany yang kecil mas itu sih” jawabannya ternyata ga seperti yang gw harapkan. Gw kira dia bakal nantangin. Gw patah akal, gw kembali nanya ke Tiffany, “kamu sendiri tengkurep gitu ga sesek?” gw nanya sekaligus tangan gw nunjuk ke arah dadanya. “hah?ini? engga sih, ga sesek Cuma ngganjel ajah” kata Tiffany sambil tangannya memegang dada bagian sampingnya.

Tiffany kemudian bangkit, duduk di sebelah kanan gw. katanya sesek lama-lama tiduran. Ya okelah, kami kemudian mulai menonton episode baru anime tersebut. Baru berlalu 15 menit tetiba petir menyambar keras, dan listrik langsung padam. “hiyaaaah gelap mas” sontak Tiffany tetiba. “trafo kesamber petir kali” jawab gw santai. “mas kok suaranya ilang juga? Speaker laptopnya kemana?” tanya Tiffany yang menyadari film yang kami tonton tetiba mute. “rusak speakernya, makanya make speaker luar” jawab gw. “oh” Tiffany menjawab seperti kehabisan stok pertanyaan. Ruang gelap gulita, cahaya Cuma dari layar laptop. Kami berdua diam menyisakan berisik guyuran hujan menghujam talang air dan atap mobil.

Gw memandang Tiffany, ya hanya wajahnya yang terlihat jelas disinari layar laptop. Tiffany seperti sadar pandangan gw ga bergerak dari wajahnya, “kenapa mas? Liatin aja” tanyanya. “cakep juga kamu ya” jawab gw sambil memandang lurus matanya. “dih kemana aja sebulan lebih tiap selasa ngeliat?” candanya sambil sedikit tertawa. “selama ini ada pengalih terus kan, sekarang Cuma kamu yang keliatan, ternyata cantik” jawaban gw bernada serius, meredakan tawa kecil Tiffany. ia juga memandang lurus mata gw. perlahan tangan gw merangkul Tiffany, tak ada perlawanan.
Kami berdua diam saling berpandangan. Tangan gw naik hingga ke belakang kepalanya, sedikit membelai rambutnya dan perlahan menarik kepalanya mendekati gw. sementara tangan kiri gw perlahan menutup layar laptop.

 Cahaya semakin meredup karena mengarah makin ke bawah, temaram gw bisa melihat mata Tiffany perlahan tertutup ketika kepalanya semakin mendekati kepala gw. tak ada perlawanan sama sekali. Dan layar laptop sudah sepenuhnya tertutup, ruangan ini gelap gulita tepat ketika bibir gw menyentuh bibir Tiffany. tarikan napas cukup panjang sayup terdengar di antara guyuran hujan ketika bibir kami bersentuhan. Tak ada penolakan, gw mulai melumat bibir Tiffany. bibir mungil tersebut sedikit terbuka, memberi ruang untuk lidah gw bergerilya masuk, yang langsung disambut oleh lidahnya yang seperti sudah tidak sabar.

Di tengah silat lidah ini, tangan Tiffany perlahan merangkul gw. tangan kanan gw masih menahan kepalanya untuk ga berhenti berciuman. Napasnya terdengar makin cepat. Tangan kiri gw yang sudah bebas tugas perlahan membelai perutnya, sangat perlahan naik hingga bagian bawah dadanya. Mencari lampu hijau, gw colek-colek sedikit dadanya. Bukan penolakan yang gw dapat, tapi tarikan napas cepat ketika gw menyentuh dadanya. Ini pertanda yang gw cari. Jemari gw langsung terbuka lebar, gw angkat sedikit dan langsung meremas dada kanan Tiffany. “mmmmhhhhhh” Tiffany melenguh di tengah ciuman kami yang semakin intim. Gw menyedot paksa lidah Tiffany masuk ke rongga mulut gw.

“ngghh nghhh nghhh” Tiffany mendesah teratur ketika gw meremas dadanya dari luar kaos. Tangan kiri gw berhenti meremas dada Tiffany dan mulai bergerilya ke balik kaos. Perlahan gw sentuh perutnya, terus naik ke atas. Niat gw mau masuk langsung ke balik bra, ternyata sempit banget, sangat sulit untuk dijamah. Tiffany tetiba sedikit mendorong gw, hingga melepaskan ciuman kami. “susah ya?” tanyanya sambil sekelebat gw melihat tangannya mengarah ke punggungnya.

 Ia kemudian menurunkan tali bra dari lengannya. setelah melepaskan kedua sisi tali bra dari tangannya, Tiffany langsung merangkul gw dan melumat liar bibir gw. tangan kanan gw merangkul punggung Tiffany, dan tangan kiri gw kembali bergerilya masuk ke balik kaosnya. Ketika gw mendapati bra Tiffany sudah turun, langsung gw tarik keluar dan gw lempar sembarangan. Tangan kiri gw langsung bergerilya masuk kembali dan meremas dadanya. “aaaaahhhhhh” seketika Tiffany melepas ciumannya untuk melenguh panjang. Kemudian ia kembali melumat bibir gw, lidahnya liar menari di dalam mulut gw ketika tangan kiri gw bermain di dadanya, meremasnya hingga mencubit putingnya. Tiffany merangkul gw erat, membuat tangan kiri gw terjepit di antara dadanya, gabisa berbuat apa-apa kecuali meremasi kedua dadanya. Sementara mulut kami terkunci dalam satu ciuman yang kian memanas.

Perlahan gw melepaskan ciuman kami, kepala gw turun. Tiffany melepaskan rangkulannya. Kedua tangan gw meremas dada Tiffany sambil menampik kaosnya ke atas. Kepala gw perlahan mengarah ke dada kirinya. Tiffany nampak paham, ia langsung menaikan kaosnya melewati kepalanya dan membuangnya entah kemana. Gw gigit kecil puting kirinya sambil gw remas dada kanannya. Bergantian perlakuan ini ke dua dadanya sambil sesekali gw isap putingnya kuat-kuat. “aahhh maaaas, enak banget siih…aaaaahh” Tiffany melenguh, meracau sejadinya ketika putingnya gw isap kuat-kuat. Di tengah permainan ini, tetiba listrik kembali menyala. Mata gw seperti kena blitz, terang sesaat baru kemudian jelas gw lihat puting pink yang sudah mencuat dari dada putih bulat membusung. Gw kemudian menyelesaikan permainan, hendak melihat ekspresi Tiffany.

Tiffany nampak agak malu, mungkin listrik yang menyala seperti menyadarkan dia sesaat, namun libidonya sudah sangat tinggi, wajahnya sayu. “kenapa mas?” hardik Tiffany ketika gw melihat wajah cantiknya dalam suasana terang benderang. Semua terlihat jelas, bra putih dan kaosnya yang bergeletakan juga kembali terlihat. “ga Cuma mukanya cantik, dadanya juga bagus banget sih kamu” puji gw. Tiffany sedikit tersipu, “ah bisa aja mas”. Beberapa detik kami kembali saling diam, agak kikuk harus melanjutkan permainan atau bagaimana. Hingga tetiba tangan Tiffany mengarah ke selangkangan gw, dan langsung mengusap-usap penis gw dari luar celana. “mana yang katanya ga muat di mulut, Tiffany mau coba dong” goda Tiffany sambil tangannya mengusap-usap penis gw. matanya sangat sayu, ia kemudian juga menggigit bibir bawahnya setelah bicara. Libidonya jelas sudah sangat tinggi.

Gw langsung melempar badan gw telentang di lantai, memberi kebebasan pada Tiffany untuk ngapa-ngapain gw. ia kemudian duduk di samping gw, tangannya mengelus-elus penis gw dari luar celana. Ia kemudian menurunkan sedikit celana dan cd gw, membut kepala penis gw muncul dan batang penis terjepit celana. Kemudian menjilati perlahan kepala penis gw. sesekali Tiffany ngeliat gw sambil tersenyum menggoda. Seperti puas ngebuat gw kentang, baru ia kemudian menurunkan celana gw, dan melemparkannya sembarangan. Ia juga menaikan sedikit baju gw biar ga menghalangi penis. Penis gw tegak berdiri, dan Tiffany agak terbelalak. “gede ya, muat ga nih” entah ini ekspresi kaget asli atau semacam lip service. Ia kemudian beranjak duduk di antara paha gw.

Tangannya mengocok pelan penis gw sambil perlahan Tiffany mendekatkan wajahnya. Kembali ia menjilati kepala penis gw. baru kemudian mulutnya terbuka lebar dan perlahan memasukan penis gw ke mulutnya sambil tangannya tetap mengocok pelan batang penis gw. Tiffany mengulum perlahan, kepalanya naik turun. Ketika kulumannya kian dalam, tangannya beranjak turun dan mengaduk-aduk kedua biji gw. 3 menit berlalu, kepalanya makin cepat bergerak naik turun. Tangannya bertopang di panggul gw. penis gw berasa hangat walau sesekali terantuk gigi. sekeras apapun Tiffany berusaha, kapasitas mulutnya hanya sampai ¾ penis gw. “phuaaaahh, susaaah” seru Tiffany sambil melepaskan kulumannya. gw tersenyum ngocol, “ga muat kan”. Tiffany nampak sedikit cemberut, merasa dirinya gagal menerima tantangan. Rautnya tetiba berubah tersenyum, “Tiffany tau caranya, pasti muat ampe ujung”. “gimana?” tanya gw sekaligus nantang. “mas tutup mata dulu, rahasia ini, pokoknya ampe ujung” pinta Tiffany sambil menaikan kaos gw. tepat ketika leher kaos melewati hidung ia berhenti.

Membuat mata gw ketutup dan kedua tangan gw mengarah ke atas. “janji gaboleh liat, pokoknya Tiffany marah kalo mas liat” rajuknya. “iya, coba mana trik rahasianya” tantang gw. emang mata gw ketutup sama sekali, gw gabisa ngeliat apa-apa seperti saat gelap tadi. Gw bisa ngerasain tangan Tiffany mengocok perlahan penis gw. kemudian melepasnya. Kok gw jadi ga diapa-apain gini? “Tiffany mana triknya?” tanya gw sambil memastikan Tiffany ga pergi. “sebentar mas” jawab Tiffany sambil gw rasakan tangannya kembali mengocok penis gw tapi dengan posisi yang aneh. Gw merasakan genggamannya aneh.

Tetiba bleeesss…”hhhhaaaaahhhh”Tiffany melenguh kencang bersamaan dengan gw merasakan penis gw masuk ke sebuah goa yang sangat sempit, hangat, berlendir dan berdenyut di seluruh sisinya. Gw langsung menaikan kaos gw dan membuangnya, sedikit bangkit dan gw lihat Tiffany berjongkok menghadap gw, telanjang bulat tanpa apapun menutupinya lagi. nampak vagina berwarna coklat muda yang dipenuhi bulu-bulu halus. Penis gw sepenuhnya tertanam ke dalam vagina Tiffany. ia kemudian tersenyum puas dengan wajah yang sudah sangat sange. “muat kan mas ampe ujung” katanya sambil perlahan bergoyang naik turun. “iya muat ampe ujung, tapi curang, itu bibir bawah, bukan bibir atas” gw masih berusaha bicara di tengah kenikmatan luar biasa ini. “sshhh…ahhh… gapapahhhh…lebih enak juga kan, ahhhh” Tiffany berusaha menggoda gw sambil bergoyang naik turun. “ahhh, iya enaak” gw udah gabisa nahan lagi, dinding vagina Tiffany terus menekan penis gw, membuat sensasi yang sangat nikmat.

Setiap kali Tiffany bergerak turun, gw hentakkan bokong gw ke atas, menjadikan gerakan gw dan Tiffany saling berlawanan. Setiap hentakkan yang terjadi Tiffany selalu melenguh kencang. “aaahh…uuhhh… mhhh…enaak maaas”. Kedua tangan gw juga meremas dada Tiffany yang berguncang liar, sambil sesekali mencubit putingnya. 10 menit berlalu, “ahh maasss keluaaar” Tiffany melenguh kencang, dan satu hentakkan keras terakhir membuat tubuhnya membusung dan bergetar. penis gw berasa dimandikan oleh cairah hangat yang mengguyur di dalam vagina Tiffany. Tiffany langsung tumbang ke depan, gw menahannya dan langsung memeluknya. “enaak banget mas…enak banget” bisik Tiffany. gw peluk dia dan membalik posisi, ia kini di bawah. Kakinya gw topang di bahu gw. perlahan gw pompa Tiffany. “ahh iya mas teruss…ahhh” Tiffany meracau sejadinya ketika gw mempercepat gerakan gw. bermain di rpm tinggi membuat Tiffany meracau semakin aneh, “ahhh teruss… fuck..yess..ahhh…” lengkingan, racauan, dan lenguhan menyatu dengan napas yang kian cepat dan hujan yang masih deras.

Sekitar 10 menit sampai gw merasakan gw hampir keluar. “ahhh mas mau keluar lagi” Tiffany bersiap untuk orgasme keduanya, pun gw merasakan udah di ujung. Kaki Tiffany tetiba turun dan menyilangkannya di punggung gw, mengunci posisi gw sekarang. “terus maas Tiffany mau keluaar” Tiffany meracau makin liar ampe gw harus nyium dia untuk menutup mulutnya. Kakinya mengunci di punggung gw, tangannya mengikat leher gw untuk ga melepaskan ciuman, dan tubuhnya bergetar hebat. Gw merasakan penis gw seperti dipijat, seluruh dinding vaginanya berdenyut, membuat vaginanya makin sempit dan memberi pijatan hebat ke seluruh penis gw.

“sssshhhaaaaaahhhh”Tiffany mendesah lemas disertai dengan guyuran cairan hangat. Dan gw mencapai ujungnya, “ra, mau keluaar” gw memperlambat gerakan gw, bersiap mencabut penis gw. tapi kaki Tiffany mengikat gw makin kuat, bokongnya bergoyang seperti minta untuk gw pompa lebih cepat. Tangannya mengunci di tengkuk gw. ia melepaskan ciumannya, berbisik di telinga kiri gw “ga mau,ahhh… ga boleeeh,ahh… entot teruus…jangan dilepas…ahhh” gw hilang akal, gw pompa Tiffany secepat dan sekeras yang gw bisa. “aaahhhh iyaaaahhhh…teruuus” Tiffany kian meracau. Gw gabisa nahan muatan penis gw lagi. Satu hentakan terakhir penis gw masuk sedalam mungkin ke vagina Tiffany, dan langsung memuntahkan lava putih hangat di liang rahim Tiffany. tubuh gw bergidik, 7 semprotan bersarang dalam vaginanya. “aaaaaahhhh enaaaaak” Tiffany mendesah dan meracau ketika ia gw rangkul erat sambil penis gw memuntahkan seluruh muatannya.
Setelah yakin semua muatannya keluar,Tiffany baru melepas seluruh kunciannya dan baru gw cabut penis gw. gw duduk di antara paha Tiffany, melihat lava putih perlahan meleleh keluar bercampur cairan hangat dari vagina yang menganga. Tangan Tiffany menengadah ke atas minta gw memeluknya. Gw tidur di sampingnya dan memeluk Tiffany erat.

Kami kembali berciuman sebentar. “enak banget mas, sumpah demi apapun enak” puji Tiffany. gw hanya menjawab dengan senyuman. Beberapa menit mengisi tenaga, Tiffany kemudian bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan vaginanya. gw pindah tiduran di kasur. Pikiran gw baru agak jernih, inget kalo gw buang muatan di dalam. Deg-degan juga sih. Tiffany keluar dari kamar mandi, gw masih ga berani bilang apa-apa. ia kemudian duduk di bibir ranjang. Melihat gw dengan mata penuh kepuasan, kemudian pandangannya perlahan turun ke penis gw yang sudah menyusut. Ia kemudian membelai penis gw. “ntar kalo udah gede, ngentot lagi ya… Tiffany ketagihan” goda Tiffany. “itu, peju, gapapa?” gw panik sampe gabisa ngomong kalimat lengkap. Tiffany tersenyum, “kondom itu proteksi lemah, sering sobek, kalo KB 99% aman”. Dan gw bisa napas lega atas jawaban itu, pantas Tiffany pede banget untuk gw keluar di dalam.

Hujan masih mengguyur deras, dan waktu sudah menunjukan tengah malam. Tiffany merebahkan dirinya di samping gw, di kasur yang sempit ini sehingga kami harus tidur miring agar muat. Tiffany tiduran membelakangi gw. “mas, Tiffany boleh nginep aja ga? Udah tengah malem” ujarnya tetiba. Gw merangkul perutnya sambil membalas, “baru mau minta kamu nginep aja daripada tengah malem pulang, hahaha”. Tiffany tetiba membalikan tubuhnya sehingga tidur miring menghadap gw. “iya mas boleh? Asyik” serunya kemudian mengecup bibir gw, lalu tersenyum manja. Tangan gw beranjak naik dan mengusap rambutnya. Gw kemudian tidur telentang, tangan kiri gw menjadi bantal Tiffany, ia tidur sambil memeluk gw. tangan kiri gw mengusap-usap rambutnya. Malam kian larut, kami tidur tanpa mengenakan apapun yang menutupi tubuh kami. ga butuh waktu lama hingga Tiffany terlelap, mungkin ia sudah kelelahan.

Pagi menjelang, gw bangun dan melihat jam, baru jam 6. Tiffany sudah tidur berubah posisi, miring membelakangi gw. perlahan gw rangkul perutnya, berbisik di telinganya. “Tiffany, udah pagi, bangun”. Ia masih pulas tertidur. Beberapa kali gw membangunkannya dan tidak ada respon. Perlahan gw berbisik, kemudin iseng gw mengendus di lehernya. Tiffany bergidik namun masih pulas. Tangan kanan gw naik perlahan dari perutnya, menuju dadanya yang tumpah ruah. Gw elus perlahan, masih ga ada respon. Gw kemudian cubit pelan putingnya. “mmhh…” Tiffany bergidik sambil sedikit mendesah. Beberapa kali gw cubit perlahan putingnya, kemudian gw remas pelan dadanya, kiri kanan bergantian. “mhhh, aaahhhh” Tiffany mendesah sambil masih terlelap, jadi seperti mengigau. Gw mainkan kedua putingnya, sambil gw jilati lehernya.

Tiffany semakin mendesah, namun belum ada tanda ia bangun. Tangan gw turun dari dadanya menuju bokongnya. Gw cubit bokongnya, dan ia masih juga belum bangun. Kemudian tangan gw turun sedikit ke selangkangannya, gw elus vagina yang mengintip di antara kedua belah bokongnya. “ahhhh…ahhh” Tiffany mendesah, bokongnya bergoyang mengikuti pola elusan jari gw di bibir vaginanya. gw kemudian memainkan Clitorisnya yang terjepit di antara bibir vagina dan pahanya. “aaahhhh…mmmmm” desahan Tiffany makin mejadi, tubuhnya bergoyang, namun masih seperti orang mengigau. Vaginanya perlahan basah, dan bahkan sudah hampir banjir.
Penis gw udah berdiri tegak, antara sange dan berdiri ketika pagi. Gw selesaikan gesekan jemari gw di vagina Tiffany. gw kemudian memegang penis gw, mengarahkannya ke antara dua bokong Tiffany. gw gesekan perlahan penis gw di bibir vagina yang mengintip tersebut. “mmhhh” Tiffany mendesah kembali, disertai bokongnya yang bergoyang perlahan.

Gw mengira-ngira di mana letak lobang vaginanya, gw arahkan kepala penis gw tepat di depan lobang vaginanya, dan perlahan gw memasukan penis gw ke dalam vagina Tiffany. kepala penis gw kini sudah masuk, menyisakan batang penis yang sudah keras di luar. Tangan kanan gw kemudian meremas melebarkan bokong Tiffany dan dengan kekuatan penuh gw benamkan seluruh penis gw ke dalam vagina Tiffany. “huaaaaahhh” Tiffany sedikit berteriak ketika sodokkan gw langsung membenamkan seluruh penis gw ke dalam vaginanya yang sudah basah. Langsung gw sodok cepat Tiffany. posisi ini membuat vaginanya terasa lebih sempit. Penis gw seperti dijepit oleh ruang hangat yang telah basah. Tangan kanan gw naik dan langsung meremas dada Tiffany.

Beberapa lama gw menggoyang Tiffany barulah ia bangun, “mmhhh aaahhh maas enaaaak, teruuus” Tiffany bangun langsung meracau. Tangannya langsung merangkul kepala gw. tangan gw kemudian mengangkat kaki kanan Tiffany, membukanya lebar, kemudian tangan gw langsung menyusup ke perutnya dan turun ke vaginanya. di balik rambut-rambut halus vagina itu gw mainkan Clitoris Tiffany sambil masih memompanya. Kepala Tiffany menengadah sambil terus meracau “hhhaaaahhh teruus… teruus mas teruus, Tiffany mau pipis”. Beberapa sodokan kencang membuat tubuh Tiffany membusung, tangannya kencang merangkul kepala gw, tubuhnya bergetar, sesaat kemudian gw merasakan penis gw diguyur cairan hangat yang begitu deras disertai lenguhan panjang Tiffany.

Memastikan ia selesai orgasme baru gw cabut penis gw, dan cairan putih mengalir keluar vaginanya, membasahi bulu-bulu halus yang sudah lembab. Gw kemudian membalik tubuh Tiffany, memeluknya erat dan mencium bibirnya mesra, “selamat pagi Tiffany”. Tiffany tersenyum manja, ia memeluk gw erat sehingga penis gw yang masih berdiri tegak menempel di perutnya. “pagi mas, pagi-pagi Tiffany udah dientot aja mas” timpalnya sambil tersenyum manja. “ya kamu dibangunin ga bisa, memek udah basah, tusuk aja lah, hehehe. Marah ya?” balas gw kemudian. Tiffany menggeleng, “enggak, alarmnya enak banget mas.

Tiffany biasa bangun sebel kalo bunyi alarm, kalo ini enak”. Jawaban diiringi dengan tawa kami pagi itu. “kamu enak, mas kentang nih” timpal gw. “uuu kaciaan dedeknya belum keluar yaa” canda Tiffany sambil tangannya perlahan mengocok penis gw yang masih berdiri tegak. “masukin lagi ya?” tanya gw minta ijin. Tiffany bangkit duduk sambil tangannya masih memegang penis gw. “bukan ga mau mas, Tiffany lemes entar gabisa kuliah, disepong aja yaa?” jawabnya. Yang tanpa menunggu balasan gw, wajahnya mengarah ke penis gw dan langsung menjilati kepala penis gw. perlahan Tiffany mengulum penis gw sambil tangannya mengocok batang penis gw. kuluman yang penuh gairah disertai lenguhan-lenguhan yang bisa gw dengar di sela-sela kulumannya.

Tiffany kemudian memposisikan tubuhnya berlutut di antara paha gw. ia melepas kulumannya, menegakkan penis gw, kemudian menjepitnya di antara kedua dadanya. Ya, dada Tiffany cukup besar untuk bisa benar-benar menjepit penis gw dan mengocoknya. Namun posisi ini keliatan susah buat dia. Jadi gw minta ia berhenti dan tidur telentang di tempat gw. kemudian gw berlutut di atas perutnya, ia kembali menjepitkan dadanya di penis gw. gw bergerak maju mundur beraturan dengan pola Tiffany mengocokkan dadanya. Sesekali kepalanya berusaha menjangkau kepala penis gw. agak susah keliatannya tapi ia berhasil mengulum kepala penis gw sambil dadanya mengocok penis gw. sensasi unik ini membuat gw sangat bergairah. Dan tak perlu waktu lama untuk gw sampai ke puncaknya. “ahhh mau keluaar” dan *crot crot crot crot* empat semburan bersarang ke wajah cantik Tiffany. ia menjilati sperma gw yang mendarat di sekitar mulutnya. Tiffany tersenyum puas dengan wajah belepotan sperma.

Rehat sejenak baru kami kemudian mandi. Jujur kamar mandi gw ga cukup lebar untuk bisa dipakai berdua. Sehingga tak banyak yang bisa kami lakukan. Setelah Tiffany membersihkan sperma gw yang mulai mengering di wajahnya, kami mengguyur badan masing-masing. Tiffany menuangkan sabun di dadanya, dan menggunakan dadanya untuk menyabuni gw. ia menempelkan dadanya di seluruh tubuh gw, kemudian berlutut dan membenamkan penis gw yang masih tertidur di dadanya. “dedek bangun dedek” candanya sambil menggosok-gosokan dadanya yang penuh sabun di penis gw. “jangan ganggu dedek tidur, ntar kalo bangun kamu lemes” balas gw disertai tawa Tiffany. selesai menyabuni gw. Setelah sedikit membilasnya, gantian gw menuangkan sabun di telapak tangan gw dan mulai menyabuni tubuh Tiffany. ia berdiri membelakangi gw. gw oleskan ke seluruh tubuhnya, dan terakhir dadanya. Gw mengolesi sambil meremas-remas dadanya.

Tubuhnya mencilat, air bercampur sabun diterpa cahaya. Membuat perlahan penis gw bangkit kembali. Gw kemudian mencoba mengambil sikat gigi, namun sengaja menjatuhkannya. “yah ambilin dong tolong” pinta gw. Tiffany membungkuk berusaha mengambil sikat gigi yang terjatuh, dengan cepat gw arahkan penis gw yang sudah meninggi ke vagina Tiffany, “aaaaahhhhhhh” Tiffany melenguh kencang ketika penis gw menyeruak masuk ke dalam vaginanya. tangannya yang semula ingin mengambil sikat gigi langsung bertopang ke tembok.

Gw memegang panggul Tiffany sebagai tumpuan dan langsung memompanya perlahan. “sshhh aahhh alibi banget ngambil sikat gigi maas…ahhh” Racau Tiffany menyadari permintaan gw Cuma alibi. “ahh mas, enak…ahhh, udah jam segini mas…ahh” Tiffany meracau keenakan namun juga menyadari jam kuliahnya hampir tiba. Baru sekitar 3 menit gw cabut penis gw. ga enak juga kalo dia ampe ga masuk kuliah, kentang sebenernya sih, tapi mau gimana lagi. Tiffany bangkit, membilas tubuhnya. Kemudian berbalik dan langsung mencium gw. lidahnya langsung liar menyeruak. Gw membalas pelukannya, sambil meremas bokongnya. Cukup lama kami berciuman, hingga Tiffany yang melepaskan ciuman kami. ia kemudian menggenggam penis gw, “sabar ya dedek, nanti Tiffany puasin kamu deh” ujar Tiffany. “janji?” tanya gw kemudian. Tiffany membalasnya dengan senyuman nakal, lalu memeluk gw.

Selesai mandi kami bergantian handukan. Keluar kamar mandi gw duduk di bibir ranjang. Gw memandanginya yang sedang mengeringkan tubuhnya. Ia sadar kalo pandangan gw tertuju padanya ketika ia akan memakai celana dalamnya, “kenapa mas?” tanyanya. “yah kamu make baju, mau liat kamu telanjang lebih lama” jawab gw sambil terus memandangi dadanya yang berguncang liar. “iya mas entar kita main lagi, puasin deh liat Tiffany telanjang” jawabnya sambil berpakaian. “masih lama ya? Pengen terus liat kamu telanjang aja boleh?” tanya gw diselingi sedikit tawa. “yeeh masuk angin dong Tiffany kalo telanjang terus” jawab Tiffany setengah bercanda. Selesai berpakaian, kami kemudian turun. Gw mengantar Tiffany ke kosannya, untuk berganti baju dan menyiapkan bawaan kuliahnya. Kemudian berangkat menuju kampus.

cerita ini berpotensi menjadi kisah seri karena gw dan Tiffany menjadi semakin intim, tergantung respon trit dan ingetan gw tentang cerita yang berkesan dengan Tiffany.

2 comments:

  1. MASIH BINGUNG CARI WEBSITE YANG BISA MENGHASILKAN JUTAAN RUPIAH ?
    BURUAN GABUNG DAN DAFTARKAN DIRI ANDA BERSAMA KAMI DI LASKARINO .COM
    DENGAN MEJA MEWAH DAN KARTU HOKI SETIAP HARINYA !
    HANYA DENGAN MINIMAL DEPOSIT 20.000
    ANDA BISA WUJUDAN MIMPI ANDAR SEKARANG !

    BBM : 33427CD2
    LINE: LaskarQQ
    WA : +6281802567636
    WECHAT : LASKARQQ

    BUKTIKAN ANDA PEMENANG DAN JUARA DI SINI !

    ReplyDelete
  2. Jual obat cytotec pfizer asli
    💊obat telat bulan
    💊obat pelancar haid
    💊obat aborsi
    💊obat penggugur kandungan

    👉 pemesanan hubungi 👈

    📲 WA: 0857 4149 6066
    📲 BBM: DB4FCB33

    Dalam waktu 1x24 jam di jamin langsung keluar.
    👉 KAMI MEMBERIKAN BUKTI BUKAN JANJI 👈

    ReplyDelete

Powered by Blogger.