Sungguh Nikmat Liburan Dengan Gadis Yang Maniak Seks
Sungguh Nikmat Liburan Dengan Gadis Yang Maniak Seks |
BeritaUmum - Minggu
yang lalu, berdua dengan teman baikku, Tommy, kita ber-weekend di Anyer. Kita
tinggal di sebuah hotel di tepi pantai. Ketika kita berdua datang, tak banyak
pengunjung yang ada, hanya dua orang turis bule. Sabtu pagi itu, aku berniat
jogging di pantai dan ketika aku berada di lobby, aku berpapasan dengan empat
orang perempuan nakal yang hendak pergi berenang.
Dalam
hati, aku berkata akhirnya ada pemandangan bagus juga untuk week-end ini. Salah
satu perempuan nakal itu, benar-benar membangkitkan nafsu seksku dan aku merasa
dia tahu kalau aku tertarik padanya. Tingginya tak lebih dari 160 cm tetapi
proporsi badannya sungguh bagus, payudaranya menantang demikian juga
pinggangnya yang ramping dan pantatnya yang padat.
Sungguh Nikmat Liburan Dengan Gadis Yang Maniak Seks
Dengan
baju renangnya itu, kakinya terlihat jenjang dengan betis yang aduhai.
Perempuan nakal itu berambut sebahu dengan sedikit cat berwarna pirang, kulitnya
yang putih makin membangkitkan nafsu laki-lakiku. Ketika aku selesai jogging,
dengan sengaja aku melintas di kolam renang.
Gadis
itu duduk di pinggir kolam renang dengan kaca hitamnya, sementara
teman-temannya berenang kesana kemari, dia hanya memainkan air dengan kakinya.
Aku duduk di bar kolam renang dan memMinggu yang lalu, berdua dengan teman
baikku, Tommy, kita ber-weekend di Anyer. Kita tinggal di sebuah hotel di tepi
pantai. Ketika kita berdua datang, tak banyak pengunjung yang ada, hanya dua orang
turis bule. Sabtu pagi itu, aku berniat jogging di pantai dan ketika aku berada
di lobby, aku berpapasan dengan empat orang perempuan nakal yang hendak pergi
berenang.
Dalam
hati, aku berkata akhirnya ada pemandangan bagus juga untuk week-end ini. Salah
satu perempuan nakal itu, benar-benar membangkitkan nafsu seksku dan aku merasa
dia tahu kalau aku tertarik padanya. Tingginya tak lebih dari 160 cm tetapi
proporsi badannya sungguh bagus, payudaranya menantang demikian juga
pinggangnya yang ramping dan pantatnya yang padat.
Dengan
baju renangnya itu, kakinya terlihat jenjang dengan betis yang aduhai.
Perempuan nakal itu berambut sebahu dengan sedikit cat berwarna pirang,
kulitnya yang putih makin membangkitkan nafsu laki-lakiku. Ketika aku selesai
jogging, dengan sengaja aku melintas di kolam renang.
Gadis
itu duduk di pinggir kolam renang dengan kaca hitamnya, sementara
teman-temannya berenang kesana kemari, dia hanya memainkan air dengan kakinya.
Aku duduk di bar kolam renang dan memesan segelas es teh manis dan sandwich. Ketika
aku memandang ke arahnya, dia secara sengaja menggosok-gosokkan telapak
tangannya di kemaluannya, seolah menantang aku dan aku cuma bisa tersenyum
kecil.
Dengan
rasa penasaran, akhirnya aku memutuskan untuk menikmati sarapan sandwichku
saja. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba seseorang berdiri di sebelahku dan
ketika aku menoleh, ternyata perempuan nakal itu sedang tersenyum manis dan
berkata, “Haii… boleh saya ikutan nongkrong?”. Aku menyahut dengan sedikit
gugup, “Oo.. boleh, dengan senang hati”.
Akhirnya
kami berkenalan, perempuan nakal itu bernama Tiara dan dia bekerja di sebuah
perusahaan penyedia jasa telekomunikasi di Jakarta. Sarapanku telah habis tapi
kami masih ngobrol kesana kemari dan akhirnya ketiga temannya ikut bergabung.
Karena hari makin siang dan aku belum mandi pagi, aku pamit untuk kembali ke
kamarku dahulu dan sebelumnya kuberikan nomer kamarku ke Tiara karena kami
janji ketemu untuk makan siang.
Aku
pergi ke kamarku dan mandi. Sebuah ketukan di pintu terdengar dan kupikir
temanku Tommy yang baru bangun mengajakku sarapan, dengan badan yang masih
basah dan handuk terlilit di pinggang serta menggerutu kubukakan pintu.
Ternyata bukan Tommy yang ada di depan pintu, tetapi Tiara… dengan cepat aku
meminta maaf karena menggerutu dan dia tersenyum dan berkata,
“Nggak
apa-apa koq… Bob, aku cuma mau numpang mandi soalnya si Dini temanku itu kalau
mandi lamanya bukan main, boleh kan?”. Aku persilakan Tiara masuk dan dengan
bercanda aku menyahut, “Boleh ajaa… kalau perlu aku mandiin sekalian”, Tiara cuma
tertawa dan mencubit bahuku.
Aku
masuk lagi ke kamar mandi, tetapi tiba-tiba saja Tiara menerobos masuk, “Tiara
mau lho dimandiin” serunya. Kemudian dia membuka handuk yang melilit di
pinggangnya, sementara itu penisku mulai ereksi. Aku sudah tak tahan lagi
melihat perempuan nakal yang seksi ini, segera saja kupegang tengkuknya dan
kucium bibirnya yang menantang itu. Tiara tidak melawan, malah dia membalas
ciumanku dengan memainkan lidahnya dimulutku, tangannya melepaskan handuk di
pinggangku dan segera meremas-remas penisku, akibatnya penisku makin mengeras
dengan cepat.
Dengan
tetap berciuman kulepaskan pakaian renangnya dan sekarang payudaranya yang
menantang itu bebas untuk diremas. Tiara menggerakkan badannya untuk berjongkok
dan aku kemudian mendudukkan badanku di closet. Dengan gerakan lidah yang ahli,
Tiara menjilati batang kemaluanku, sementara jari jari tangannya bermain di
rambut dan biji kemaluanku.
Jilatannya
makin menggila dan akhirnya batang kemaluanku masuk ke dalam mulutnya, Tiara
menghisap penisku seperti anak kecil mengisap es mambo. Ketika dia menghisap
kepala penisku, jari-jarinya menggosok-gosok batang kemaluanku. Aku merasakan
kenikmatan yang luar biasa dan aku hanya bisa menggeliat dan meremas-remas
rambutnya.
Beberapa
saat kemudian, aku berkata, “Tiara, aku klimaks… aahh” dan Tiara melepaskan
mulutnya dari penisku tetapi tangannya tetap bergerak mengocok penisku,
akhirnya air maniku muncrat keluar. Aku merasakan sensasi dan kenikmatan yang
hebat.
Tiara
berdiri di depanku dan melepaskan baju renangnya yang masih melekat di
pinggangnya, sekarang aku benar-benar dapat melihat badannya yang putih mulus
telanjang bulat di depanku. Dengan beralaskan handuk, Tiara merebahkan tubuhnya
di lantai dan aku segera berjongkok diatasnya.
Payudaranya
menjadi sasaran pertama kecupan bibirku, putingnya yang berwarna coklat tua
kuhisap dan kumainkan dengan lidahku, sementara itu tanganku memainkan
payudaranya yang lain secara bergantian. Kadang-kadang kupindahkan kecupanku ke
lehernya yang putih jenjang, Tiara hanya menggeliat-geliat dan mendesah
sensual. Kemudian tanganku mulai mencari sasaran lain, kuelus-elus dengan
lembut liang kewanitaannya yang tertutup rambut yang tipis.
Jari
tengahku mulai memasuki lubang kenikmatannya dan aku merasakan lubang yang
mulai basah lembab, kudorong terus masuk jariku dan akhirnya kutemukan
clitorisnya. Ketika kumainkan clitorisnya itu, Tiara menggelinjang dan menjerit
kecil, “Uuhhg.. oohh.. oohh”, sementara bibir dan lidahku masih bermain di
payudaranya yang makin mengeras.
Kubuka
selangkangannya lebih lebar dan mulai kuciumi bibir kemaluannya sementara
tanganku masih bermain dengan clitorisnya. Sesekali kutarik keluar jariku dan
kujilati serta kuhisap liang kewanitaannya itu. Ketika kumasukkan jariku lagi,
aku merasakan ada cairan meleleh dari dalam liang kewanitaannya.
Tiara
makin menggelinjang dan kulihat dia mulai meremas payudaranya sendiri,
erangannya makin keras terdengar, “Ouughh.. oughh.. aahh”. Kemudian kurubah
posisiku menjadi 69, kuangkat pantatnya sedikit dengan kedua tanganku dan aku
mulai memainkan lidahku di liang kewanitaannya. Tiara mengelus-elus penisku
yang mulai ereksi lagi dan sekali-sekali aku merasakan lidahnya bermain di
penisku.
Ketika
lidahku mulai memasuki sisi dalam bibir kemaluannya, Tiara makin menggelinjang
dan kadang-kadang kurasakan badannya menegang. Aku tidak mendengar erangannya
lagi karena penisku yang telah tegang telah berada di mulutnya lagi. Kutekan
lidahku di antara bibir kemaluannya dan aku merasakan badannya menegang,
setelah itu aku merasakan penisku tidak lagi dihisapnya. Diantara desahannya, Tiara
meminta aku segera menyetubuhinya, “Ouuhh… eemhh, Bob… ayo setubuhi aku, ouhh…
“
Kurubah
posisiku menjadi posisi push-up, selangkangan Tiara telah terbuka lebar dan
dari liang kewanitaannya mengalir cairan yang hangat. Kuarahkan penisku ke
liang senggamanya, dan kemudian kumasukkan penisku. Diperlukan sedikit usaha
keras untuk memasukkan penisku ke liang senggamanya, setelah itu penisku
merasakan sebuah liang yang halus, hangat, basah dan menjepit erat batang
penisku. Kutekan masuk terus batang penisku sehingga biji pelirku beradu dengan
bibir kemaluannya.
Kusetubuhi
Tiara dengan gerakan yang stabil, penisku keluar masuk liang senggamanya yang
makin membuat kita berdua tenggelam dalam kenikmatan. Bibirku bermain di
payudaranya dan kadang-kadang bertautan dengan bibirnya. Penisku dilapisi
cairan kenikmatannya dan ketika kutarik keluar, penisku terlihat mengkilap,
bulu dan pangkal penisku juga dibasahi oleh cairan yang keluar dari liang
kenikmatan Tiara.
Akhirnya
kurebahkan tubuhku menindih tubuh Tiara, gerakan penisku keluar masuk liang
senggamanya makin kupercepat dan tubuh kita makin keras bertaut. Aku mulai
merasakan akan datangnya orgasme, kuperlambat sedikit tempo persetubuhan dan
aku juga merasakan tubuh Tiara makin menegang, erangan dan lenguhannya makin
keras saja. Beberapa kata-kata keluar dari mulutnya, “Terus dong masukin yang
dalam… lagi, ouughh… tekan yang dalem Bobe… uuhhg… lagii… ooughh… genjot Bobe…”.
Sementara
bibir kita berciuman, aku tetap menyetubuhinya dengan bertenaga, penisku keluar
masuk liang kewanitaannya yang masih menjepit erat batang penisku. Tak lama
kemudian, Tiara menjerit, “Bobe…” dan aku merasakan tubuhnya menegang dan Tiara
menjepit penisku semakin keras yang membuatku makin sulit menggerakkan penisku
keluar masuk liang senggamanya, dan akibatnya gerakan penisku makin lambat.
Jepitan
memek Tiara yang makin keras itu disebabkan dia mulai mencapai klimaks dan
membuatku makin terangsang. Kugerakkan penisku dengan lambat-lambat tapi
bertenaga, sehingga Tiara benar-benar merasakan clitorisnya bergesekan dengan
penisku.
Aku
merasakan sensasi yang hebat ketika tubuh kita berdua sama-sama menegang
mencapai klimaks, kita berdua saling memeluk dengan erat. Aku merasakan
payudaranya yang berisi terhimpit oleh dadaku, sementara penisku tertancap
dalam-dalam di liang senggamanya yang menjepit keras.
Setelah
beberapa detik tubuh kita menegang, penisku menumpahkan muatannya dan sesaat
kemudian kita berdua terkulai lemas tetapi dengan kepuasan yang sangat hebat.
Kemudian karena penisku masih tegang, kugerakkan lagi keluar masuk liang
kemaluan Tiara dengan pelan dan lembut dan akhirnya kutarik keluar setelah
melemas.
Kita
berdua saling berciuman dan berpelukan, saling mengelus-elus tubuh yang berkeringat
ini. Setelah itu aku membantunya membersihkan badan, menyabuni tubuh yang putih
mulus itu dan membilasnya dengan air hangat. Kemudian setelah mengeringkan
badan, kami berdua tidur dengan tubuh telanjang
esan
segelas es teh manis dan sandwich. Ketika aku memandang ke arahnya, dia secara
sengaja menggosok-gosokkan telapak tangannya di kemaluannya, seolah menantang
aku dan aku cuma bisa tersenyum kecil.
Dengan
rasa penasaran, akhirnya aku memutuskan untuk menikmati sarapan sandwichku
saja. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba seseorang berdiri di sebelahku dan
ketika aku menoleh, ternyata perempuan nakal itu sedang tersenyum manis dan
berkata, “Haii… boleh saya ikutan nongkrong?”. Aku menyahut dengan sedikit
gugup, “Oo.. boleh, dengan senang hati”.
Akhirnya
kami berkenalan, perempuan nakal itu bernama Tiara dan dia bekerja di sebuah
perusahaan penyedia jasa telekomunikasi di Jakarta. Sarapanku telah habis tapi
kami masih ngobrol kesana kemari dan akhirnya ketiga temannya ikut bergabung.
Karena hari makin siang dan aku belum mandi pagi, aku pamit untuk kembali ke
kamarku dahulu dan sebelumnya kuberikan nomer kamarku ke Tiara karena kami
janji ketemu untuk makan siang.
Aku
pergi ke kamarku dan mandi. Sebuah ketukan di pintu terdengar dan kupikir
temanku Tommy yang baru bangun mengajakku sarapan, dengan badan yang masih
basah dan handuk terlilit di pinggang serta menggerutu kubukakan pintu.
Ternyata bukan Tommy yang ada di depan pintu, tetapi Tiara… dengan cepat aku
meminta maaf karena menggerutu dan dia tersenyum dan berkata,
“Nggak
apa-apa koq… Bob, aku cuma mau numpang mandi soalnya si Dini temanku itu kalau
mandi lamanya bukan main, boleh kan?”. Aku persilakan Tiara masuk dan dengan
bercanda aku menyahut, “Boleh ajaa… kalau perlu aku mandiin sekalian”, Tiara
cuma tertawa dan mencubit bahuku.
Aku
masuk lagi ke kamar mandi, tetapi tiba-tiba saja Tiara menerobos masuk, “Tiara
mau lho dimandiin” serunya. Kemudian dia membuka handuk yang melilit di
pinggangnya, sementara itu penisku mulai ereksi. Aku sudah tak tahan lagi
melihat perempuan nakal yang seksi ini, segera saja kupegang tengkuknya dan
kucium bibirnya yang menantang itu. Tiara tidak melawan, malah dia membalas
ciumanku dengan memainkan lidahnya dimulutku, tangannya melepaskan handuk di
pinggangku dan segera meremas-remas penisku, akibatnya penisku makin mengeras
dengan cepat.
Dengan
tetap berciuman kulepaskan pakaian renangnya dan sekarang payudaranya yang menantang
itu bebas untuk diremas. Tiara menggerakkan badannya untuk berjongkok dan aku
kemudian mendudukkan badanku di closet. Dengan gerakan lidah yang ahli, Tiara
menjilati batang kemaluanku, sementara jari jari tangannya bermain di rambut
dan biji kemaluanku.
Jilatannya
makin menggila dan akhirnya batang kemaluanku masuk ke dalam mulutnya, Tiara
menghisap penisku seperti anak kecil mengisap es mambo. Ketika dia menghisap
kepala penisku, jari-jarinya menggosok-gosok batang kemaluanku. Aku merasakan
kenikmatan yang luar biasa dan aku hanya bisa menggeliat dan meremas-remas
rambutnya.
Beberapa
saat kemudian, aku berkata, “Tiara, aku klimaks… aahh” dan Tiara melepaskan
mulutnya dari penisku tetapi tangannya tetap bergerak mengocok penisku,
akhirnya air maniku muncrat keluar. Aku merasakan sensasi dan kenikmatan yang
hebat.
Tiara
berdiri di depanku dan melepaskan baju renangnya yang masih melekat di
pinggangnya, sekarang aku benar-benar dapat melihat badannya yang putih mulus
telanjang bulat di depanku. Dengan beralaskan handuk, Tiara merebahkan tubuhnya
di lantai dan aku segera berjongkok diatasnya.
Payudaranya
menjadi sasaran pertama kecupan bibirku, putingnya yang berwarna coklat tua
kuhisap dan kumainkan dengan lidahku, sementara itu tanganku memainkan
payudaranya yang lain secara bergantian. Kadang-kadang kupindahkan kecupanku ke
lehernya yang putih jenjang, Tiara hanya menggeliat-geliat dan mendesah
sensual. Kemudian tanganku mulai mencari sasaran lain, kuelus-elus dengan
lembut liang kewanitaannya yang tertutup rambut yang tipis.
Jari
tengahku mulai memasuki lubang kenikmatannya dan aku merasakan lubang yang
mulai basah lembab, kudorong terus masuk jariku dan akhirnya kutemukan
clitorisnya. Ketika kumainkan clitorisnya itu, Tiara menggelinjang dan menjerit
kecil, “Uuhhg.. oohh.. oohh”, sementara bibir dan lidahku masih bermain di
payudaranya yang makin mengeras.
Kubuka
selangkangannya lebih lebar dan mulai kuciumi bibir kemaluannya sementara
tanganku masih bermain dengan clitorisnya. Sesekali kutarik keluar jariku dan
kujilati serta kuhisap liang kewanitaannya itu. Ketika kumasukkan jariku lagi,
aku merasakan ada cairan meleleh dari dalam liang kewanitaannya.
Tiara
makin menggelinjang dan kulihat dia mulai meremas payudaranya sendiri,
erangannya makin keras terdengar, “Ouughh.. oughh.. aahh”. Kemudian kurubah
posisiku menjadi 69, kuangkat pantatnya sedikit dengan kedua tanganku dan aku
mulai memainkan lidahku di liang kewanitaannya. Tiara mengelus-elus penisku
yang mulai ereksi lagi dan sekali-sekali aku merasakan lidahnya bermain di
penisku.
Ketika
lidahku mulai memasuki sisi dalam bibir kemaluannya, Tiara makin menggelinjang
dan kadang-kadang kurasakan badannya menegang. Aku tidak mendengar erangannya
lagi karena penisku yang telah tegang telah berada di mulutnya lagi. Kutekan
lidahku di antara bibir kemaluannya dan aku merasakan badannya menegang,
setelah itu aku merasakan penisku tidak lagi dihisapnya. Diantara desahannya, Tiara
meminta aku segera menyetubuhinya, “Ouuhh… eemhh, Bob… ayo setubuhi aku, ouhh…
“
Kurubah
posisiku menjadi posisi push-up, selangkangan Tiara telah terbuka lebar dan
dari liang kewanitaannya mengalir cairan yang hangat. Kuarahkan penisku ke
liang senggamanya, dan kemudian kumasukkan penisku. Diperlukan sedikit usaha
keras untuk memasukkan penisku ke liang senggamanya, setelah itu penisku
merasakan sebuah liang yang halus, hangat, basah dan menjepit erat batang
penisku. Kutekan masuk terus batang penisku sehingga biji pelirku beradu dengan
bibir kemaluannya.
Kusetubuhi
Tiara dengan gerakan yang stabil, penisku keluar masuk liang senggamanya yang
makin membuat kita berdua tenggelam dalam kenikmatan. Bibirku bermain di
payudaranya dan kadang-kadang bertautan dengan bibirnya. Penisku dilapisi
cairan kenikmatannya dan ketika kutarik keluar, penisku terlihat mengkilap,
bulu dan pangkal penisku juga dibasahi oleh cairan yang keluar dari liang
kenikmatan Tiara.
Akhirnya
kurebahkan tubuhku menindih tubuh Tiara, gerakan penisku keluar masuk liang
senggamanya makin kupercepat dan tubuh kita makin keras bertaut. Aku mulai
merasakan akan datangnya orgasme, kuperlambat sedikit tempo persetubuhan dan
aku juga merasakan tubuh Tiara makin menegang, erangan dan lenguhannya makin
keras saja. Beberapa kata-kata keluar dari mulutnya, “Terus dong masukin yang
dalam… lagi, ouughh… tekan yang dalem Bobe… uuhhg… lagii… ooughh… genjot Bobe…”.
Sementara
bibir kita berciuman, aku tetap menyetubuhinya dengan bertenaga, penisku keluar
masuk liang kewanitaannya yang masih menjepit erat batang penisku. Tak lama
kemudian, Tiara menjerit, “Bobe…” dan aku merasakan tubuhnya menegang dan Tiara
menjepit penisku semakin keras yang membuatku makin sulit menggerakkan penisku
keluar masuk liang senggamanya, dan akibatnya gerakan penisku makin lambat.
Jepitan
memek Tiara yang makin keras itu disebabkan dia mulai mencapai klimaks dan
membuatku makin terangsang. Kugerakkan penisku dengan lambat-lambat tapi
bertenaga, sehingga Tiara benar-benar merasakan clitorisnya bergesekan dengan
penisku.
Aku
merasakan sensasi yang hebat ketika tubuh kita berdua sama-sama menegang
mencapai klimaks, kita berdua saling memeluk dengan erat. Aku merasakan
payudaranya yang berisi terhimpit oleh dadaku, sementara penisku tertancap
dalam-dalam di liang senggamanya yang menjepit keras.
Setelah
beberapa detik tubuh kita menegang, penisku menumpahkan muatannya dan sesaat
kemudian kita berdua terkulai lemas tetapi dengan kepuasan yang sangat hebat.
Kemudian karena penisku masih tegang, kugerakkan lagi keluar masuk liang
kemaluan Tiara dengan pelan dan lembut dan akhirnya kutarik keluar setelah
melemas.
Kita
berdua saling berciuman dan berpelukan, saling mengelus-elus tubuh yang
berkeringat ini. Setelah itu aku membantunya membersihkan badan, menyabuni
tubuh yang putih mulus itu dan membilasnya dengan air hangat. Kemudian setelah
mengeringkan badan, kami berdua tidur dengan tubuh telanjang
Post a Comment