Home
>
Cerita 18+
>
Cerita Dewasa
>
Cerita Hot
>
Cerita Lendir
>
Cerita Panas
>
Cerita Seks
>
Mami Angkat Yang Tidak Tahan Dengan Ku Part 2
Mami Angkat Yang Tidak Tahan Dengan Ku Part 2
Mami Yang Gak Tahan Dengan Ku Part 2 |
BeritaUmum - Beberapa saat
kemudian, tanganku kupindahkan ke vaginanya dan klitoris Mami kugosok-gosok
dengan jariku. Hal ini membuat kocokan tangan Mami di batang kemaluanku semakin
cepat, membuat nafasku semakin tidak teratur dan nafas Mami kembali
terengah-engah. Setelah beberapa menit berciuman dan nafas kami berdua sudah
tidak beraturan lagi, secara perlahan Mami menghentikan kocokan di penisku, dan
menghentikan ciumannya serta terus berbisik di dekat telingaku.
“ILaang, Mamiii sudaaah… nggak.. tahaaan Laang.. toloong..
punyanya Laang.. dimasukin.. ke Mamii.., Waaan. Ayoo.., Laang..!”
Mami Yang Gak Tahan Dengan Ku Part 2
Mendengar
kata-kata Mami ini, nafsuku semakin menjadi-jadi, tapi perasaanku juga semakin
bingung, karena sempat terpikir Mami kan istrinya Papaku dan Mami walau bukan
Mama kandungku, tapi sekarang kan telah menjadi Mamaku. Aku berusaha melawan
kebingungan ini, dan tersentak dari lamunanku ketika mendengar Mami kembali
agak berbisik dengan suara yang sedikit menghiba.
“ILaang.. ayoo.. Sayaaang.. tolongiin.. Mamii.. Waaan..!”
Dan seperti tanpa berpikir, aku menjawab sekenaku, “Maam.. boo..leeh.. Maam..?” tanyaku, dan kulanjutkan pertanyaanku karena masih ragu, “Nggak..apa-paa. Maam..?”
“Ii.. yaa.. Sayaang.., boleeh.. boleh.., Laang.” jawab Mami sambil mencium bibirku.
“ILaang.. ayoo.. Sayaaang.. tolongiin.. Mamii.. Waaan..!”
Dan seperti tanpa berpikir, aku menjawab sekenaku, “Maam.. boo..leeh.. Maam..?” tanyaku, dan kulanjutkan pertanyaanku karena masih ragu, “Nggak..apa-paa. Maam..?”
“Ii.. yaa.. Sayaang.., boleeh.. boleh.., Laang.” jawab Mami sambil mencium bibirku.
“Siniii..
Sayaang..!” kata Mami sambil menarik badanku.
“Coba posisikan badanmu di atas Mami,” lanjutnya.
Aku segera bangun dan kunaiki badan Mami pelan-pelan. Dan setelah aku berada di atas badan Mami, kurasakan Mami membuka kedua kakinya lebar-lebar.
“Sinii.. Waaan, Mami bantu..,” kata Mami sambil memegang batang kemaluanku dan dibimbingnya ke arah vagina Mami.
Aku hanya menurut saja apa yang dikatakan Mami, maklum aku masih terlalu buta, dan ini akan menjadi pengalaman pertamaku.
“Coba posisikan badanmu di atas Mami,” lanjutnya.
Aku segera bangun dan kunaiki badan Mami pelan-pelan. Dan setelah aku berada di atas badan Mami, kurasakan Mami membuka kedua kakinya lebar-lebar.
“Sinii.. Waaan, Mami bantu..,” kata Mami sambil memegang batang kemaluanku dan dibimbingnya ke arah vagina Mami.
Aku hanya menurut saja apa yang dikatakan Mami, maklum aku masih terlalu buta, dan ini akan menjadi pengalaman pertamaku.
“Sudaah,
Laang, sekarang tekan pantatmu pelan-pelan..!” perintah Mami dan kuikuti
permintaan itu dengan menekan pantatku pelan-pelan.
Tapi baru saja sedikit aku menekan pantatku, penisku terasa seperti tertahan di vagina Mami, dan mendadak tangan Mami menahan gerakan turun pantatku dan berbisik sambil sedikit meringis.
“Aduuh.. Waaan, tahaan duluuu.. saa.. kiit… Laang.”
Kuhentikan tekanan pantatku dan kuangkat sedikit ketika mendengar keluhan Mami.
Tapi baru saja sedikit aku menekan pantatku, penisku terasa seperti tertahan di vagina Mami, dan mendadak tangan Mami menahan gerakan turun pantatku dan berbisik sambil sedikit meringis.
“Aduuh.. Waaan, tahaan duluuu.. saa.. kiit… Laang.”
Kuhentikan tekanan pantatku dan kuangkat sedikit ketika mendengar keluhan Mami.
“Iwaaan..
pelan-pelan yaa Sayaang. Sudah lama Mami nggak begini.. dengan Papamu, apalagi…
punyamu… itu besaar sekali, lebih besar dari punya Papamu..,” kata Mami lemah
tapi membuatku menjadi sangat bangga karena punyaku dikatakan Mami masih lebih
besar dari punya Papa.
“Sekarang.. gimana Maaam..?” tanyaku tidak sabar ingin segera memasukkan penisku ke dalam liang senggama Mami.
“Laang..,” kata Mami lagi, “Coba naik turunkan pantatmu pelan-pelan, dan nanti kalau pantatmu Mami tahan, berarti kamu harus tarik pantatmu ke atas, dan waktu pantatmu nggak Mami tahan, kamu boleh tekan lagi. Beberapa kali.. sampai nanti kamu bisa rasakan sendiri kalau punyamu sudah masuk ke dalam punya Mami, bisaa.. kan Laang..?” kata Mami sambil mencium bibirku.
“I.. yaaa Maam, Gilang coba sekarang.. yaa.” jawabku.
“Sekarang.. gimana Maaam..?” tanyaku tidak sabar ingin segera memasukkan penisku ke dalam liang senggama Mami.
“Laang..,” kata Mami lagi, “Coba naik turunkan pantatmu pelan-pelan, dan nanti kalau pantatmu Mami tahan, berarti kamu harus tarik pantatmu ke atas, dan waktu pantatmu nggak Mami tahan, kamu boleh tekan lagi. Beberapa kali.. sampai nanti kamu bisa rasakan sendiri kalau punyamu sudah masuk ke dalam punya Mami, bisaa.. kan Laang..?” kata Mami sambil mencium bibirku.
“I.. yaaa Maam, Gilang coba sekarang.. yaa.” jawabku.
Lalu
kuikuti pelajaran yang diberikan Mami. Tapi ketika pantatku kutekan, sering
kulihat wajah Mami sedikit meringis seperti menahan rasa sakit. Setelah
beberapa kali kunaik-turunkan pantatku pelan-pelan, suatu saat pantatku malah
ditekan agak keras oleh kedua tangan Mami dan terasa batang kemaluanku seperti
terjeblos ke dalam lubang.
“Bleess..” dan kudengar Mami agak berteriak, “Aaacchh.., ILaang..,” sambil seperti menahan nafasnya.
Karena kaget dengan teriakan Mami, kutahan gerakanku dan kudiamkan sebentar sambil menunggu reaksi lebih lanjut dari Mami yang saat ini sedang memejamkan matanya.
“Bleess..” dan kudengar Mami agak berteriak, “Aaacchh.., ILaang..,” sambil seperti menahan nafasnya.
Karena kaget dengan teriakan Mami, kutahan gerakanku dan kudiamkan sebentar sambil menunggu reaksi lebih lanjut dari Mami yang saat ini sedang memejamkan matanya.
Tapi
baru saja aku mau berpikir apa yang akan Mami lakukan atau katakan, terasa
batang kemaluanku seperti tersedot-sedot dan dipijat-pijat. Sedotan dan pijatan
di penisku ini terasa sangat kuat sekali, dan terasa sangat enak. Karena rasa
sedotan dan pijatan di batang kemaluanku terasa begitu nikmat, secara tidak
sadar aku kembali menekan penisku masuk.
“Bleess..!” dan kembali kudengar Mami sedikit berteriak, “Laang.., aarrchh.. saakiiit,” sambil kedua tangan Mami sedikit mendorong pantatku.
Terpaksa kuhentikan tekanan penisku, tapi kurasa penisku sudah masuk semuanya ke dalam liang senggama Mami sambil menunggu reaksi Mami.
“Bleess..!” dan kembali kudengar Mami sedikit berteriak, “Laang.., aarrchh.. saakiiit,” sambil kedua tangan Mami sedikit mendorong pantatku.
Terpaksa kuhentikan tekanan penisku, tapi kurasa penisku sudah masuk semuanya ke dalam liang senggama Mami sambil menunggu reaksi Mami.
Tidak
lama kemudian, tangan Mami menekan pantatku dan kurasakan kembali sedotan-sedotan
dan pijatan-pijatan yang sangat kuat di batang kemaluanku. Karena rasa enak
ini, secara tidak sadar aku mulai menaik-turunkan pantatku pelan-pelan sehingga
penisku naik turun di dalam lubang vagina Mami, dan Mami pun mulai menggerakkan
pantatnya naik turun mengikuti irama pergerakan penisku yang naik turun. Mami
mulai mengeluarkan desahan-desahan.
“Waaan…
teeruuss… Sayaaang.. aachhh.. enaaak.. Laang.. aduuuh.. enaak… Laang.”
Kurasakan batang kemaluanku begitu hangat di dalam vagina Mami yang sangat basah, sehingga setiap kali tedengar bunyi, “Ccrreeet.. creett..”
Hal ini membuatku semakin mempercepat gerakan penisku naik turun.
Tidak sadar terucap, “Maaam… Iwaaan.. jugaa.. enaaak.. Maaam, ayoo Maam..!” sambil kedua tanganku mencengkeram kepala dan rambut Mami.
Kurasakan batang kemaluanku begitu hangat di dalam vagina Mami yang sangat basah, sehingga setiap kali tedengar bunyi, “Ccrreeet.. creett..”
Hal ini membuatku semakin mempercepat gerakan penisku naik turun.
Tidak sadar terucap, “Maaam… Iwaaan.. jugaa.. enaaak.. Maaam, ayoo Maam..!” sambil kedua tanganku mencengkeram kepala dan rambut Mami.
Beberapa
menit kemudian, kurasakan gerakan badan dan pantat Mami semakin liar dan
semakin cepat, serta kedua tangannya mencengkeram kuat di punggungku. Tiba-tiba
kedua kaki Mami dilingkarkan kuat-kuat di atas pantatku dan memeluk badanku
kuat-kuat sambil berteriak cukup kuat.
“Waaan, Mamiii… nggaak.. kuaaat.. mauu.. keluaar.. aacrrhhh.. aacrhhh..” dan terus terdiam dengan matanya tertutup dan nafasnya memburu terengah-engah.
Melihat Mami terdiam dengan nafasnya yang terengah-engah itu, aku merasa kasihan dan segera kuhentikan gerakan penisku naik-turun, tapi dengan posisi batang kemaluanku masih terbenam semua di dalam liang senggama Mami.
“Waaan, Mamiii… nggaak.. kuaaat.. mauu.. keluaar.. aacrrhhh.. aacrhhh..” dan terus terdiam dengan matanya tertutup dan nafasnya memburu terengah-engah.
Melihat Mami terdiam dengan nafasnya yang terengah-engah itu, aku merasa kasihan dan segera kuhentikan gerakan penisku naik-turun, tapi dengan posisi batang kemaluanku masih terbenam semua di dalam liang senggama Mami.
Setelah
nafas Mami mulai agak teratur. Mami membuka matanya dan segera mencium bibirku
sambil berkata lirih.., “ILaang, terima kasiih yaaa.. Sayaang.., ILaang
pintaar.. dan.. bisa muasin Mami.”
Kembali bibirku diciumnya, dan segera kujawab.., “Maaam.., Gilang nggak tahu.. Maam, tapi Gilang sayaang.. Mami dan Gilang… mauuu Mami senang.”
Kembali bibirku diciumnya, dan segera kujawab.., “Maaam.., Gilang nggak tahu.. Maam, tapi Gilang sayaang.. Mami dan Gilang… mauuu Mami senang.”
Setelah
kami diam sejenak dengan posisi masih seperti tadi, lalu kuberanikan bertanya
ke Mami.
“Maam, jadi sekarang sudah selesai..? Kalau begitu.. Gilang.. cabut.. ya.. Maaam..?”
“Jaangaan.. Waaan,” jawab Mami sambil mengencangkan pelukannya, “Sebentar lagi kita lanjutkan seperti tadi… sampai Gilang… mencapai klimaks,” sambung Mami.
“Klimaks gimana Maam..?” tanyaku tidak mengerti.
“Aduuh.. Iwaaan,” jawab Mami sambil memencet hidungku, “Nanti Gilang pasti tahu sendiri deh. Nanti Gilang terasa seperti mau kencing, lalu Gilang coba tahan selama mungkin, lalu lepaskan kalau sudah tidak kuat, dan dari punyamu akan keluar air mani yang menyemprot,” lanjut Mami.
Aku hanya menjawab singkat, “Iyaaa.. Maaam, Gilang.. mengerti.”
“Maam, jadi sekarang sudah selesai..? Kalau begitu.. Gilang.. cabut.. ya.. Maaam..?”
“Jaangaan.. Waaan,” jawab Mami sambil mengencangkan pelukannya, “Sebentar lagi kita lanjutkan seperti tadi… sampai Gilang… mencapai klimaks,” sambung Mami.
“Klimaks gimana Maam..?” tanyaku tidak mengerti.
“Aduuh.. Iwaaan,” jawab Mami sambil memencet hidungku, “Nanti Gilang pasti tahu sendiri deh. Nanti Gilang terasa seperti mau kencing, lalu Gilang coba tahan selama mungkin, lalu lepaskan kalau sudah tidak kuat, dan dari punyamu akan keluar air mani yang menyemprot,” lanjut Mami.
Aku hanya menjawab singkat, “Iyaaa.. Maaam, Gilang.. mengerti.”
Setelah
kami diam sesaat, Mami lalu berkata, “Waaan, toloong cabut punyamu duluu Laang,
Mami mau mengelap punya Mami supaya agak kering, biar kita sama-sama enak
nantinya.
“Bener juga kata Mami,” kataku dalam hati, “Tadi memek Mami terasa sangat basah sekali.”
Lalu pelan-pelan batang kemaluanku kucabut keluar dari vagina Mami, dan kuambil handuk kecil yang ada di tempat tidur sambil kukatakan, “Maam, biar Gilang saja yang ngelap.. boleeeh Maam..?”
“Terserah kamuuu.. deh Waaan,” jawab Mami pendek sambil membuka kedua kakinya lebar-lebar.
Aku merangkak mendekati vagina Mami, dan setelah dekat dengan kemaluan Mami, lalu kukatakan, “Gilang bersihkan sekarang yaaa.. Maaam..?”
Kudengar Mami hanya menjawab pendek, “Yaaa, boleeh Sayaang.”
“Bener juga kata Mami,” kataku dalam hati, “Tadi memek Mami terasa sangat basah sekali.”
Lalu pelan-pelan batang kemaluanku kucabut keluar dari vagina Mami, dan kuambil handuk kecil yang ada di tempat tidur sambil kukatakan, “Maam, biar Gilang saja yang ngelap.. boleeeh Maam..?”
“Terserah kamuuu.. deh Waaan,” jawab Mami pendek sambil membuka kedua kakinya lebar-lebar.
Aku merangkak mendekati vagina Mami, dan setelah dekat dengan kemaluan Mami, lalu kukatakan, “Gilang bersihkan sekarang yaaa.. Maaam..?”
Kudengar Mami hanya menjawab pendek, “Yaaa, boleeh Sayaang.”
Lalu
kupegang dan kubuka bibir kemaluan Mami, dan kutundukkan kepalaku ke vaginanya.
Lalu kusedot-sedot klitoris Mami agak kuat dan pantat Mami tergelinjang keras,
mungkin karena kaget.
“ILaang.., kamu nakaaal.. yaaa.”
Hisapan dan jilatan kembali kulakukan di semua bagian kemaluan Mami, dan membuat Mami menggerak-gerakkan terus pantatnya. Kedua tangannya kembali menekan kepalaku. Beberapa saat kemudian, terasa kepalaku seperti ditarik Mami.
“ILaang.., sudaaah.. Sayaang…, Mami nggak tahaaan. Sini.. yaang..!”
“ILaang.., kamu nakaaal.. yaaa.”
Hisapan dan jilatan kembali kulakukan di semua bagian kemaluan Mami, dan membuat Mami menggerak-gerakkan terus pantatnya. Kedua tangannya kembali menekan kepalaku. Beberapa saat kemudian, terasa kepalaku seperti ditarik Mami.
“ILaang.., sudaaah.. Sayaang…, Mami nggak tahaaan. Sini.. yaang..!”
Lalu
kuikuti tarikan tangan Mami. Tanpa disuruh, aku langsung naik di atas badan
Mami dan setelah itu kudengar Mami seperti berbisik di telngaku.
“ILaang, masukiiin.. punyamu.. Sayang. Mami sudah nggak tahaaan.. Yaang..!”
Tanpa membuang-buang waktu, kuangkat kedua kaki Mami dan kutaruh di atas bahuku sambil ingin mempraktekkan seperti apa yang kulihat di film tadi. Sambil kupegang batang kemaluanku, kuarahkan ke vagina Mami yang bibirnya terbuka lebar. Lalu kutusukkan pelan-pelan, sedangkan Mami dengan menutup matanya seperti pasrah saja dengan apa yang kuperbuat.
“ILaang, masukiiin.. punyamu.. Sayang. Mami sudah nggak tahaaan.. Yaang..!”
Tanpa membuang-buang waktu, kuangkat kedua kaki Mami dan kutaruh di atas bahuku sambil ingin mempraktekkan seperti apa yang kulihat di film tadi. Sambil kupegang batang kemaluanku, kuarahkan ke vagina Mami yang bibirnya terbuka lebar. Lalu kutusukkan pelan-pelan, sedangkan Mami dengan menutup matanya seperti pasrah saja dengan apa yang kuperbuat.
Karena
vagina Mami masih tetap basah dan apalagi baru kujilat dan kuhisap-hisap,
membuat kemaluan Mami semakin basah, sehingga sodokan penisku dapat dengan
mudah memasuki lubang kemaluan Mami.
Untuk meyakinkan apakah penisku sudah masuk vagina Mami apa belum, sambil tetap kutusukkan penisku, aku bertanya, “Maaam, sudaah.. maasuuk..?”
Kudengar Mami menjawab, “Iii.. yaaaa… Saayaang, teeruuskan.. yang dalaam..!”
Karena kurasa sudah benar dan Mami memintaku untuk lebih dalam, lalu kehentakkan batang kemaluanku agak kuat masuk ke dalam vagina Mami.
Untuk meyakinkan apakah penisku sudah masuk vagina Mami apa belum, sambil tetap kutusukkan penisku, aku bertanya, “Maaam, sudaah.. maasuuk..?”
Kudengar Mami menjawab, “Iii.. yaaaa… Saayaang, teeruuskan.. yang dalaam..!”
Karena kurasa sudah benar dan Mami memintaku untuk lebih dalam, lalu kehentakkan batang kemaluanku agak kuat masuk ke dalam vagina Mami.
Mulai
kuayunkan penisku keluar masuk liang senggama Mami dengan cepat, sehingga badan
Mami bergoyang semua sesuai dengan ayunanku, serta kedua buah dada Mami juga
bergoyang-goyang keras, sedangkan dari mulut Mami kudengar desisan.
“Sshh.. shh.. Laang.. teruuss.. Yaang.. shh.. aduuh.. enaak Waaan, teruus.. yang dalaaam… Yaang..!”
Karena tidak tahan mendengar ocehan-ocehan Mami, sehingga hal itu membuat nafsuku semakin meningkat.
“Sshh.. shh.. Laang.. teruuss.. Yaang.. shh.. aduuh.. enaak Waaan, teruus.. yang dalaaam… Yaang..!”
Karena tidak tahan mendengar ocehan-ocehan Mami, sehingga hal itu membuat nafsuku semakin meningkat.
Sambil
mempercepat ayunan penisku keluar masuk vagina Mami, secara tidak sadar keluar
dari mulutku, “Maaam, sshhh… Maaam, Iwaaan.. juuga.. sschh.. enaak…”
Karena rasa enak yang tidak dapat kuungkapkan disini, makin kupercepat gerakan batang kemaluanku keluar masuk liang senggama Mami. Apalagi sesekali terasa penisku seperti tersedot-sedot atau terhisap oleh kemaluan Mami.
Lalu secara refleks tercetus dari mulutku, “Maaam.., sepertinya ILaang.. sudah kepingin.. seperti yang.. Mamiiii.. bilang tadiii.. dicabuut.. yaa.. Maaam..?”
Sedangkan Mami, mungkin setelah mendengar kata-kataku barusan, lalu juga mempercepat semua gerakan badannya, dan juga melepas kedua kakinya dari bahuku serta memelukku kuat-kuat sambil berkata tersendat-sendat.
Karena rasa enak yang tidak dapat kuungkapkan disini, makin kupercepat gerakan batang kemaluanku keluar masuk liang senggama Mami. Apalagi sesekali terasa penisku seperti tersedot-sedot atau terhisap oleh kemaluan Mami.
Lalu secara refleks tercetus dari mulutku, “Maaam.., sepertinya ILaang.. sudah kepingin.. seperti yang.. Mamiiii.. bilang tadiii.. dicabuut.. yaa.. Maaam..?”
Sedangkan Mami, mungkin setelah mendengar kata-kataku barusan, lalu juga mempercepat semua gerakan badannya, dan juga melepas kedua kakinya dari bahuku serta memelukku kuat-kuat sambil berkata tersendat-sendat.
“ILaang,
jangaan.. Yaang.., jangan..! Biakan.., Mamiii.. jugaa. sudah mau keluaar
Yaang..! Ayooo.. kitaaa.. samaa.. samaa Yaang..!”
Aku sudah kehilangan kesadaran karena keenakan dan apalagi mendengar kata-kata Mami yang cukup merangsang ini.
Lalu, “Maam..!” teriakku agak panjang sambil kepala dan rambut Mami kuremas dan kujambak kuat-kuat.
Bersamaan dengan teriakanku, Mami pun tiba-tiba berteriak cukup keras sambil kedua kakinya dilingkarkan kuat-kuat ke pantatku dan rambutku di remas-remasnya.
Aku sudah kehilangan kesadaran karena keenakan dan apalagi mendengar kata-kata Mami yang cukup merangsang ini.
Lalu, “Maam..!” teriakku agak panjang sambil kepala dan rambut Mami kuremas dan kujambak kuat-kuat.
Bersamaan dengan teriakanku, Mami pun tiba-tiba berteriak cukup keras sambil kedua kakinya dilingkarkan kuat-kuat ke pantatku dan rambutku di remas-remasnya.
Aku
dengan nafas terengah-engah, tertelungkup lemas di atas badan Mami. Dan Mami
pun kulihat lemah lunglai dengan nafas terengah-engah sambil menutup kedua
matanya, berusaha menenangkan diri dengan mengatur nafasnya. Setelah nafasku
agak teratur, kucium bibir Mami lalu kubisikkan di telinga Mami.
“Maam.., terimaaa kasih Maam, ILaang.. sayaang Mamii,” kataku sambil kembali kucium bibir Mami, sedangkan Mami tetap masih memejamkan matanya dan nafasnya sudah kembali teratur.
Ia menjawab, “ILaang.., Mami puaas Sayang. Terima kasiih Laang,” katanya sambil memiringkan badannya sehingga posisi kami sekarang menjadi tiduran saling berhadapan dan penisku yang terasa masih tegang itu masih tetap berada dalam liang senggama Mami.
“Maam.., terimaaa kasih Maam, ILaang.. sayaang Mamii,” kataku sambil kembali kucium bibir Mami, sedangkan Mami tetap masih memejamkan matanya dan nafasnya sudah kembali teratur.
Ia menjawab, “ILaang.., Mami puaas Sayang. Terima kasiih Laang,” katanya sambil memiringkan badannya sehingga posisi kami sekarang menjadi tiduran saling berhadapan dan penisku yang terasa masih tegang itu masih tetap berada dalam liang senggama Mami.
Beberapa
saat kemudian sambil saling memandang dan berpelukan, kutanyakan pada Mami,
“Maam.., punya Gilang boleh Gilang cabut..?”
Mami sambil memencet hidungku menjawab, “Jangan dulu Sayang. Biarin dulu di dalam punya Mami. Mami masih kepingin merasakan punyamu yang besar itu.”
“Coba deh Laang. Coba Gilang kocok keluar masuk punya Gilang, biar Mami bisa merasakan enaknya punyamu,” katanya lagi sambil salah satu kaki Mami diangkatnya dan diletakkan di atas pinggulku.
Mami sambil memencet hidungku menjawab, “Jangan dulu Sayang. Biarin dulu di dalam punya Mami. Mami masih kepingin merasakan punyamu yang besar itu.”
“Coba deh Laang. Coba Gilang kocok keluar masuk punya Gilang, biar Mami bisa merasakan enaknya punyamu,” katanya lagi sambil salah satu kaki Mami diangkatnya dan diletakkan di atas pinggulku.
Tanpa
menunggu kata-kata Mami lainnya, lalu kumulai memaju-mundurkan pelan-pelan
batang kejantananku ke dalam vagina Mami. Mami kulihat memejamkan matanya
seperti sedang menikmati gesekan-gesekan penisku yang keluar masuk lubang kemaluannya.
Tapi setelah beberapa saat, kurasakan dalam posisi miring ini sepertinya
masuknya kemaluanku ke dalam vagina Mami terasa kurang dalam. Lalu, secara
perlahan kudorong bahu Mami sehingga telentang. Dan bersamaan dengan
doronganku, kunaiki tubuh Mami, sehingga batang kemaluanku yang ada di dalam
vagina Mami tidak sampai terlepas. Mami sepertinya mengerti kemauanku, dan
sepertinya malah membantuku dengan memeluk badanku rapat-rapat serta membuka
kakinya lebar-lebar.
Lalu
kuayun penisku perlahan-lahan keluar masuk kemaluan Mami. Karena Mami masih
diam saja, dan tetap masih menutup kedua matanya, lalu kutanyakan sambil
berbisik di dekat telinganya.
“Maaam.., gimana Maam, enaaaak apa nggak punya ILaang..?
Kulihat Mami membuka matanya, lalu mencium bibirku serta terus berbisik.
“Wan.., teruuskan… Saayaang, Mami menikmatinya Wan,
Setelah Mami selesai menjawab pertanyaanku, kurasakan Mami mulai mengerakkan dan memutar pantatnya perlahan-lahan.
“Maaam.., gimana Maam, enaaaak apa nggak punya ILaang..?
Kulihat Mami membuka matanya, lalu mencium bibirku serta terus berbisik.
“Wan.., teruuskan… Saayaang, Mami menikmatinya Wan,
Setelah Mami selesai menjawab pertanyaanku, kurasakan Mami mulai mengerakkan dan memutar pantatnya perlahan-lahan.
Karena
Mami mulai menggerakkan pantat atau pinggulnya lagi, kuputuskan untuk
menghentikan gerakan kemaluanku keluar-masuk dengan posisi penisku sudah masuk
semua ke dalam liang senggama Mami. Ingin merasakan enaknya gerakan Mami, tapi
mungkin karena merasakan, aku sekarang diam, Mami ikut berhenti juga dan
membuka matanya lalu memandangku sayu seperti bertanya.
“Kenapa diam.. Wan..?”
Agar Mami tidak bertanya lebih lanjut, lalu kukatakan di telinga Mami, “Maam.., Gilang diam karena kepingin merasakan sedotan dan pijatan seperti tadi Maam.”
Mami hanya tersenyum dan dipegangnya kepalaku, lalu diciumnya pipiku sambil berbisik, “Laang.., kamu mulai nakal.. yaa..? Niih.. Mami.. kasih.. apa yang ILaang minta..!” lanjut Mami sambil memeluk badanku.
“Kenapa diam.. Wan..?”
Agar Mami tidak bertanya lebih lanjut, lalu kukatakan di telinga Mami, “Maam.., Gilang diam karena kepingin merasakan sedotan dan pijatan seperti tadi Maam.”
Mami hanya tersenyum dan dipegangnya kepalaku, lalu diciumnya pipiku sambil berbisik, “Laang.., kamu mulai nakal.. yaa..? Niih.. Mami.. kasih.. apa yang ILaang minta..!” lanjut Mami sambil memeluk badanku.
Tidak
lama kemudian, terasa batang kemaluanku seperti disedot-sedot dan
dipijat-pijat, mulai dari lemah, makin kuat dan kuat, sehingga secara tidak
sadar aku berbisik agak keras.
“Maam.., enaak.. enaak.. Maam… Aduh enaak.. aahh.. enaak.. Maam,”
Karena sedotan dan pijatan di batang kemaluanku terasa semakin kuat, secara tidak sadar kumulai lagi mengocok penisku keluar masuk vagina Mami. Mula-mula pelan, lalu kupercepat.
Karena enaknya, aku langsung bilang, “Maam.., enaak Maam.. ILaang… mau lagi Maam. Ayoo Maam..!”
Mungkin karena melihatku mulai bernafsu lagi, Mami langsung mulai menggerakkan pinggulnya lagi yang makin lama makin cepat.
“Maam.., enaak.. enaak.. Maam… Aduh enaak.. aahh.. enaak.. Maam,”
Karena sedotan dan pijatan di batang kemaluanku terasa semakin kuat, secara tidak sadar kumulai lagi mengocok penisku keluar masuk vagina Mami. Mula-mula pelan, lalu kupercepat.
Karena enaknya, aku langsung bilang, “Maam.., enaak Maam.. ILaang… mau lagi Maam. Ayoo Maam..!”
Mungkin karena melihatku mulai bernafsu lagi, Mami langsung mulai menggerakkan pinggulnya lagi yang makin lama makin cepat.
Selang
beberapa lama, aku merasakan kalau air maniku sudah mau keluar, tapi kucoba
menahannya selama mungkin.
Tiba-tiba, “Mami.., Maaam.., ILaang sudaah mau keluar..”
Mendengar bisikanku ini, kurasakan gerakan pinggul Mami semakin cepat dan pelukan tangannya di badanku juga semakin keras.
“Laang.., Mami juga sudah dekat Laang… Ayoo Laang.. sama-sama..!”
Belum sampai Mami menyelesaikan kata-katanya, aku berteriak agak keras, “Mamii.. ILaang keluar.. ahh..,” sambil kubenamkan seluruh batang kemaluanku kuat-kuat ke dalam vagina Mami.
Bersamaan dengan teriakanku itu, kudengar Mami pun berteriak cukup kuat, “ILaang.., Maamii keluaar.. jugaa.. Ayo Wan, cepaat.. archh..!”
Dengan nafas tersengal-sengal, kutelungkupkan badanku yang lemas itu di atas badan Mami, dan Mami juga dengan nafasnya yang terengah-engah, tergeletak seperti tidak bertenaga dengan kedua tangannya terkapar di samping badannya.
Tiba-tiba, “Mami.., Maaam.., ILaang sudaah mau keluar..”
Mendengar bisikanku ini, kurasakan gerakan pinggul Mami semakin cepat dan pelukan tangannya di badanku juga semakin keras.
“Laang.., Mami juga sudah dekat Laang… Ayoo Laang.. sama-sama..!”
Belum sampai Mami menyelesaikan kata-katanya, aku berteriak agak keras, “Mamii.. ILaang keluar.. ahh..,” sambil kubenamkan seluruh batang kemaluanku kuat-kuat ke dalam vagina Mami.
Bersamaan dengan teriakanku itu, kudengar Mami pun berteriak cukup kuat, “ILaang.., Maamii keluaar.. jugaa.. Ayo Wan, cepaat.. archh..!”
Dengan nafas tersengal-sengal, kutelungkupkan badanku yang lemas itu di atas badan Mami, dan Mami juga dengan nafasnya yang terengah-engah, tergeletak seperti tidak bertenaga dengan kedua tangannya terkapar di samping badannya.
Setelah
nafasku sedikit teratur, kucabut batang kemaluanku dari dalam liang senggama
Mami. Kujatuhkan badanku tiduran di samping Mami, dan terdengar Mami berbisik,
“Terima.. kasiih.. yaaa.. Sayang..!”
Dan setelah berhenti sejenak, sambil mencium pipiku, Mami berkata lagi, “Laang.., ini hanya kita berdua ya yang tahu, Papamu atau adikmu jangan sampai tahu ya Wan.”
Supaya hati Mami tenang, lalu kujawab, “Maam, Gilang akan jaga itu.., terima kasiih ya Maam,” sambil kucium pipi Mami.
Aku terus bangun dan mandi bersama Mami di kamar mandi Mami.
Dan setelah berhenti sejenak, sambil mencium pipiku, Mami berkata lagi, “Laang.., ini hanya kita berdua ya yang tahu, Papamu atau adikmu jangan sampai tahu ya Wan.”
Supaya hati Mami tenang, lalu kujawab, “Maam, Gilang akan jaga itu.., terima kasiih ya Maam,” sambil kucium pipi Mami.
Aku terus bangun dan mandi bersama Mami di kamar mandi Mami.
Post a Comment