Menjadi Haus Seks Setelah Malam Pertama Dengan Istri
DominoQQ - Dalam
kehidupan keluargaku, pelajaran seks sangat ditabukan. Sehingga saya tidak
pernah mendapatkan pelajaran seks yang baik dan benar. Yang saya tahu hanyalah
dari mata pelajaran biologi di sekolah yang menyebutkan adanya perbedaan alat
kelamin antara pria dan wanita.
Karena
kami hanya berdua, pria, anak orang tua. Saya baru mengetahui bagaimana bentuk
luarnya kemaluan seorang wanita setelah ada balita sepupuku sewaktu saya di
kelas 5 SD dan saya di minta untuk memomongnya. Saat akan mengganti celananya
saya berusaha melihat sejelas mungkin.
Setelah
saya bekerja, saya mempunyai teman wanita, namun tidak sekota denganku.
Walaupun saya sudah meminta kesediaannya menjadi pendamping hidupku dan
ternyata dia bersedia demikian juga dengan kedua orang tua kami, bila ada
kesempatan untuk bertemu hanya satu kali saya berkesempatan untuk mencium
keningnya dan satu kali mencium pipinya.
Menjadi Haus Seks Setelah Malam Pertama Dengan Istri
Saya
sudah berusaha membawanya berduaan saja ke taman rekreasi dan kolam renang,
tetapi untuk menjamah daerah sensitifnya saja saya sudah dag…, dig…, dug.
Paling jauh kami hanya berdempetan dan saling pegang tangan padahal sekeliling
kami banyak yang lebih dari itu.
Sampai
pada saat pernikahan, saya lebih dag…, dig…, dug lagi. Bisakah terjadi
persetubuhan pada malam pertama nanti? Karena sampai pada hari H-nya, belum
pernah kami membicarakan untuk masalah itu. Bolak-balik saya membaca arsip ceritadewasaindonesia(dot)com
untuk mencari jalan keluarnya, untuk cerita yang mirip tidak ada tetapi saya
mendapat gambaran untuk membuat masing-masing relaks dan mengikuti dorongan
hati.
Karena
upacara adat kami sampai sore dan pada malam pertama kami harus kembali ke
rumah orang tuaku dimana keluarga dari pihakku baru pulang keesokan harinya,
kami sangat risih untuk memasuki kamar pengantin kami. Kami berdua tetap duduk
di ruang tengah bercakap-cakap dengan keluarga.
Sekitar
jam 21.00 WIB Ibuku dan diikuti oleh Ibu-ibu yang lain menyuruh menantunya
untuk istirahat saja ke kamar. Hampir tengah malam saya pun memasuki kamar
pengantin kami dengan perasaan entah bagaimana, sukar untuk diungkapkan.
Saat
saya merebahkan badan, istriku seperti ketakutan bergerak ke tepi ranjang yang
lain. Dengan jantung dag…, dig…, dug, saya beranikan diri untuk memeluknya dari
belakang. Setelah sekian lama kami benar-benar relaks dan mengajaknya
berbincang-bincang. Tetapi tetap dengan nada ketakutan istriku minta jangan
diganggu dan mau tidur. “Memang siapa yang mau ganggu kamu…”, jawabku sambil
tetap memeluknya tambah erat dan mulai mengusap tangannya.
“Pa…(kami
sudah komitmen bila sudah menikah akan memanggil dengan Papa-Mama)…, jangan
ganggu dong, Mama mau tidur dulu…, sudah capek”, sambil membalikkan badan. Saya
bukannya berhenti malah mengambil kesempatan itu untuk mengulum bibirnya.
Awalnya
istriku kaget, tetapi karena saya tidak melepaskan bibirnya yang terdengar
hanya ugh…, ugh…, ugh saja. Setelah agak lama istriku membalas dengan
memain-mainkan lidahnya, dan kami saling bertukar memasukkan lidah. Saya makin
berani untuk mengusap punggung dan pantatnya.
Karena
kami makin relaks, saya beranikan untuk menggapai bukit kembarnya. Istriku
tersentak tetapi makin memagut bibirku, maka saya meloloskan baju dan BH-nya.
Gantian saya kulum bukit kembarnya dengan gemas.
Tangan
sayapun makin bergerilya ke pangkal pahanya, akhirnya kami sama-sama berbugil
ria di cuaca yang cukup dingin. Dengan deg…, deg…, plas saya coba arahkan
penisku memasuki liang senggamanya, dibantu oleh istri ku akhirnya masuklah
penisku dengan lengkap. “Uphh… “, istriku mengulum bibirku agar suaranya tidak
terdengar keluar kamar.
Di
cuaca yang makin dingin itu kami makin kepanasan, makin bersemangat untuk
menuntaskan impian. “Ughh…”, terpancarlah cairan dari penisku memenuhi liang
kenikmatannya. Saya tidak merasa adanya dorongan cairan orgasme dari istriku..
Hal
ini tetap saya rasakan sampai saat ini, tidak ada dorongan cairan orgasme dari
istri walaupun mengaku sudah orgasme. Walaupun saya tidak mengeluarkan sperma,
liang kewanitaan istriku hanya becek saja dan sering kami keringkan dengan lap
untuk menambah terasanya gesekan penisku dengan liang kewanitaannya.
Masa
kehamilan istriku kami makin sering bersetubuh, bahkan saya sudah selesai
berpakain untuk bekerja masih dipaksa untuk “bermain” lagi (istilah kami untuk
bersetubuh). Sekali waktu kami sedang berbincang-bincang di peraduan, istriku
bercerita pernah membaca buku Enny Arrow dan minta dibelikan yang ada gambar
bersetubuhnya. Saya beritahu ada yang lebih dari itu..
“Ihh..
Papa, masa ada yang begini…”, bisiknya.
“Kan Mama yang minta…”, jawabku sambil memeluknya dari belakang dan langsung merangsang gairahnya dengan usapan-usapan di dadanya.
“Ushh…, baca dulu…”, katanya sambil melepaskan tanganku dari dadanya.
“Kan bisa sambil baca…”, gantian pangkal pahanya yang menjadi sasaran tanganku.
“Kan Mama yang minta…”, jawabku sambil memeluknya dari belakang dan langsung merangsang gairahnya dengan usapan-usapan di dadanya.
“Ushh…, baca dulu…”, katanya sambil melepaskan tanganku dari dadanya.
“Kan bisa sambil baca…”, gantian pangkal pahanya yang menjadi sasaran tanganku.
Akhirnya
selesai membaca seluruh konten dari ceritadewasaindonesia(dot)com kami
mempraktekkannya dan gaya-gaya yang baru di situs ini selalu kami usahakan untuk
mempraktekkannya.
Post a Comment