Bercinta Dengan Mama Temanku Yang Sangat Menggoda Nafsu

Bercinta Dengan Mama Temanku Yang Sangat Menggoda Nafsu




DominoQQ - yang kualami kurang lebih 2 tahun yang lalu. Saya adalah seorang siswa SMU swasta di sebuah kota X, nama saya adalah Andy dan saya saat ini berumur 18 tahun. Saya mempunyai suatu kebiasaan untuk melakukan onani, yah mungkin satu kali untuk satu hari.
Saya mempunyai seorang teman, bisa dikatakan dia merupakan teman saya yang terbaik, karena hampir setiap hari kami selalu bersama. Saya memang sering main ke rumahnya dan tentu saja, saya sering berjumpa dengan mamanya. Dapat dikatakan mamanya saat ini kira-kira berusia 36 tahun, tetapi tubuhnya terlihat bagaikan seorang gadis yang berusia 20 tahunan. Yah montok dan padat sekali dan saya memanggil mamanya Tante Fani. Tentu saja saya sering melakukan onani dengan menghayalkan mama kawanku ini.
Suatu hari, kami bersama teman-teman sekolah lainnya akan melaksanakan pesta barbeque dan tempat kami berkumpul merupakan rumah dari kawanku ini. Karena masih menunggu teman kami yang belum hadir, maka saya bermain di rumah kawanku ini dengan permainan dadu dengan yang lainnya. Mungkin karena kebetulan saya melempar dadunya terlalu kuat, maka dadu itu jatuh ke arah kamar mama temanku. Lalu dengan malas dan ogah-ogahan, saya bangkit untuk mengambil dadunya. Tetapi saat akan mengambil dadunya, saya melihat suatu pemandangan yang membuat saya sangat terangsang. Saya melihat Tante Fani hanya memakai celana dalamnya saja, langsung saja kemaluan saya terbangun dan saya segera berjalan keluar sambil berusaha menenangkan diri. Sambil bermain dadu kembali, saya menghayalkan bentuk tubuh Tante Fani yang membuatku sangat terangsang. Tetapi sesaat kemudian, Tante Fani keluar dari kamarnya. Dengan serempak, kami memanggilnya dengan panggilan Tante, tetapi saya tidak berani untuk menatapnya, yah mungkin karena saya malu dan agak sedikit takut mengingat kejadian tadi.
Karena temanku sudah memanggil, maka kami menyudahi permainan dadu kami dan kami mulai bergerak ke luar rumah. Sesaat sampai di luar rumah, saya melihat Tante Fani sedang berdiri sambil memandang ke arahku, lalu dia menyuruhku untuk menemaninya ke rumahnya yang lain untuk sekedar mengambil barang bekas. Dengan gugup saya menjawab dengan jawaban “Ya”, lalu Tante Fani mengambil kunci rumahnya dan kami pun berangkat. Sambil mengikutinya dari belakang, saya memperhatikan goyangan pinggulnya dan tentu saja saat ini saya sudah sangat ingin melakukan masturbasi, tetapi karena belum memiliki kesempatan, maka saya diam saja sambil menghayalkan sedang bersetubuh dengan Tante Fani.
Sesampainya di rumah tersebut, saya melihat rumah tersebut sudah lama tidak dihuni, mungkin saja karena Tante Fani baru saja pindah ke rumah baru. Kemudian kami pun masuk ke dalam. Dengan hati-hati saya memperhatikan sekeliling rumah tersebut. Memang agak berdebu tetapi masih terlihat kalau rumah tersebut rapi.
Sesampainya di ruang tengah rumah tersebut, Tante Fani bertanya kepadaku, “Apa yang kamu lihat waktu kamu mengambil dadu yang terjatuh itu tadi..?”
Dengan terkejut saya menjawab, “Saya tidak melihat apa-apa, Tante…”
Lalu Tante Fani berkata, “Kamu jangan bohong, nanti saya laporkan bahwa kamu berbuat yang tidak senonoh pada Tante..”
Dengan terbata-bata, saya menjawab bahwa saya melihat Tante sedang ganti baju, tetapi saya tidak melihatnya dengan jelas.
Lalu Tante Fani bertanya lagi, “Apakah kamu ingin melihatnya sekali lagi..?”
Seperti mendapat durian runtuh, maka saya menjawab, “Kalo Tante Fani mengijinkan, saya mau Tante.”
Sesaat Tante Fani diam, lalu dia menyuruh saya untuk mendekat. Dengan hati-hati, maka saya mendekat padanya, lalu Tante Fani menarik tangan saya dan mencium bibir saya. Tentu saja saya balas dengan ciuman kembali, sedangkan kedua tangan saya diam saja karena sesungguhnya saya dalam keadaan yang sangat tegang.
Berbeda dengan tangan Tante Fani, tangannya mulai memegang kejantanan saya dan satunya lagi mulai meremas pantat saya. Kemudian Tante Fani mulai membuka resluiting celana saya dan mulai mengocok kemaluan saya. Saya merasakan kenikmatan karena tangan Tante Fani sangat lembut dan sangat berpengalaman. Karena terbawa perasaan nikmatnya, mata saya mulai tertutup dan mulai menikmati permainan Tante Fani. Belum berlangsung lama permainan kami, Tante Fani menghentikan permainannya, tentu saja hal ini membuat saya keheranan.
Lalu saya mulai berani menatapnya dan saya bertanya kepadanya, “Tante, bolehkah saya memegang payudara Tante..?”
Sambil sedikit tersenyum, Tante Fani berkata, “Terserah kamu sayang…”
Lalu tangan saya mulai meraba payudara Tante, tetapi saya merabanya dari luar saja karena masih tertutup oleh baju dah BH-nya.
Karena merasa kurang puas, maka saya bertanya lagi, “Tante, bolekah saya membuka baju tante..?”
Dengan sedikit kesal, Tante Fani menjawab, “Kamu boleh melakukan semua yang ingin kamu lakukan, tubuh saya sekarang ini adalah milikmu sepenuhnya.”
Dengan terbata-bata saya menjawab, “Terima kasih Tante…”
Lalu Tante Fani berkata lagi, “Panggil saya Fani saja, tidak usah lagi sebutkan Tantenya.”
Lalu saya menjawab, “Ya, Tante.., eh, maksud saya Fani.”
Permainan terus berlanjut, saya mulai membuka kancing baju Tante Fani. Terlihatlah dua bukit kembar yang indah sekali, mungkin ukurannya sekitar 36A. Lalu saya mulai meremas dan mencium payudara Tante Fani dan Tante Fani mulai merasakan kenikmatan dan mengeluarkan suara desahan.
“Uuhhh… ahhh..,”
Saya mulai membuka ikatan BH-nya dan menyemburlah payudaranya. Dengan liar bibir saya mulai menghisap payudara yang di sebelah kanan, sedangkan tangan saya meremas dengan keras payudaranya yang di sebelah kiri. Saya terus menghisap puting payudara Tante Fani kurang lebih 5 menit lamanya. Kemudian saya melepaskannya dan saya melihat putingnya sudah berwarna kemerah-merahan agak hitam.
Kemudian Tante Fani mulai turun dan berjongkok di hadapan kemaluan saya. Dengan cepat dia menurunkan celana jeans saya sekaligus dengan celana dalam saya, lalu dia pun membuka mulutnya dan memasukkan kemaluan saya ke mulutnya. Hal ini membuat saya terkejut, kemudian Tante Fani mulai menghisap kemaluan saya dan memainkannya di dalam mulutnya yang membuat saya lupa diri. Tangan saya mulai menjambak rambut Tante Fani dan kaki saya mulai menjinjit karena saya merasakan kenikmatan yang hebat. Kurang lebih 10 menit kemudian, saya merasakan ada yang mendesak keluar seperti saat saya sedang melakukan masturbasi dan saya mulai mengerang, “Aduh, Fani… saya sampai nih, uh… uhhh… uuuhhh…” Dan Tante Fani mulai mempercepat permainannya dan akhirnya saya mengeluarkan cairan sperma saya di dalam mulutnya Tante Fani. Saya merasakan Tante Fani menghisap habis seluruh sperma saya dan menelannya. Dalam sisa-sisa kenikmatan, saya melihat Tante Fani bangkit dan mencium bibir saya, yang tentu saja saya balas dengan ciuman yang hangat dan liar.
Hanya dalam hitungan beberapa detik, Tante Fani menekan kepala saya dan saya pun mengerti apa yang diinginkan Tante Fani. Saya mulai berjongkok dan Tante Fani berganti posisi dengan tubuhnya bersandar pada dinding rumah. Dengan perlahan saya menurunkan celanan Tante, lalu saya melihat CD warna biru langitnya Tante Fani dengan segunduk daging yang menonjol di antara kakinya, selain itu saya juga melihat CD-nya mulai basah oleh cairan kemaluannya. Tante Fani berkata kepada saya, “Andy, cepat donk.., Tante sudah nggak tahan nih…” Dengan tenang saya menjawab, “Iya Fani..,” dan saya mulai memeloroti CD-nya. Saya melihat rambut kemaluan Tante Fani yang sungguh subur tetapi terawat dengan rapih.
Sejujurnya, saya sungguh tidak menyangka keindahan alat kelamin waFani ini berbeda dengan yang pernah saya lihat di film-film blue bahkan sangat berbeda. Dengan perlahan-lahan, saya mulai menyapu kemaluan Tante Fani dengan lidah saya. Sesudah rambut kemaluannya basah oleh air liur saya, saya mulai memasukkan lidah saya di antara kemaluannya dan saya menemukan sebuah bijian kecil. Dengan lidah saya, saya mulai menjilati biji tersebut, hal ini membuat Tante Fani mengerang keenakan.
“Andy.., terus.., Tante merasa nikmat sekali, ah… ah… uhhh…” desahnya.
Karena merasakan Tante Fani yang mulai terangsang, maka saya mempercepat jilatan saya pada bijian tersebut kurang lebih 6 menit Tante Fani menjerit sambil memegang dan menjambak rambut saya.
“Uhhh… Tante sampai nihhh… ayo terus Ndyyy… ah… ehmmm… nikmat sekali.”
Lalu saya melepaskan permainan lidah saya dan saya melanjutkan dengan tangan saya yang mulai mengosok dan mengocok kemaluan Tante Fani karena saya merasa jijik untuk menghisap air kemaluan waFani tetapi dengan cepat Tante menarik kepalaku dan mengarahkannya kembali ke kemaluannya. Karena ingin memuaskan Tante Fani, maka saya mulai memainkan lidah saya di kemaluan Tante Fani.
Akhirnya Tante mengejang dan berteriak, “Ahh… ahhh… auuu… ehmmm… saya sampai, terus Ndyyy… uhh… ahhh… aahhh…”
Saya merasakan ada cairan yang keluar dari kemaluan Tante, maka saya menghisap seluruh cairan tersebut sampai kering dan kemudian saya menelannya.
Karena melihat Tante Fani sedang merasakan sisa-sisa kenikmatannya maka saya bangkit dan mencium bibirnya, sedangkan tangan saya meremas payudaranya.
Lalu Tante Fani membuka matanya dan tersenyum nakal sambil berkata, “Andy, kamu kurang ajar sekali, bahkan dengan mama kawan baikmu pun kamu berani berbuat begitu.”
Dengan terkejut saya berkata, “Tapi Tante, saya tidak bermaksud begitu, khan tante yang…” Belum selesai saya berkata Tante Fani memotongnya dan berkata, “Saya tahu kamu tidak bermaksud begitu tapi kamu sudah melakukannya jadi ya.., nggak apa-apa deh… tante suka dengan permainan kamu. Lain kali kamu harus melakukannya dengan Tante lagi, kalo tidak.. Tante akan laporkan kamu sama yang lainnya!”
Lalu saya tersenyum dan berkata, “Tante nakal sekali, saya sampai terkejut, tapi Tante jangan khawatir, lain kali saya akan melayani Tante lagi, saya janji Fani.”
“Kamu harus ingat janji kamu yach… sekarang kita harus berpakaian kembali, lalu kamu kembali ke teman kamu… khan kamu mau barbeque khan..?” kata Tante Fani kemudian yang sempat membuatku terkejut seperti sadar kembali kalau kami sudah meninggalkan acara pesta.
Dengan cepat saya mulai membetulkan pakaian saya dan merapikan rambut saya sambil bertanya kepada Tante Fani, “Tante.., kita sudah pergi berapa lama sih..? Kalo ketahuan gimana, Tante..?”
Dengan tenang Tante menjawab, “Kamu jangan khawatir, Tante akan mengaturnya supaya aman.”
Lalu kami pun kembali ke rumah Tante Fani yang baru meskipun dalan hatiku masih ada sedikit keraguan. Sesampainya disana, Tante berkata bahwa kami membongkar seluruh rumah untuk mencari kunci lemarinya sehingga memerlukan waktu setengah jam. Sambil bernafas lega, saya menoleh ke arah Tante Fani dan melihatnya tertawa, sungguh mengoda sekali.
Beginilah awal kisahku dengan Tante Fani yang merupakan mama dari kawan baikku. Di pesta barbeque bersama temanku, saya merasa sangat tidak tenang bahkan terasa ada yang ingin dikeluarkan. Akhirnya saya pun melakukan masturbasi di kamar mandi, tentu saja sambil menghayalkan Tante Fani. Dalam hati saya tentu saja sangat ingin untuk melakukannya dengan Tante Fani, tetapi yah…
Hari ini sudah lewat 2 minggu sejak kejadian di malam pesta barbeque itu. Saya sendiri sudah tidak sabar dan frekuensi onani saya malah semakin meningkat, bahkan bisa tiga kali dalam satu hari. Tetapi siang harinya, ketika baru pulang dari sekolah, sesampai di rumah dan duduk di kursi sambil melepas sepatu, saya menggerutu, “Aduh, hari ini kok panas sekali…”Tetapi tiba-tiba saya mendengar pembantu saya berteriak, “Mas Andy ada telpon tuh..!”
Lalu sambil malas-malasan saya bangkit dan mengambil telepon sambil menjawab, “Halo..?”
“Ini Andy yach..?” tanya orang lawan bicara saya.
Saya jawab, “Iya, disana siapa yach..?”
“Kamu udah lupa yach ama saya..?” dengan logat memancing.
Karena merasa dipermainkan, saya mulai emosi dan menjawab, “Disana siapa sich kalo nggak mo bilang lagi saya tutup teleponnya nih..!”
“Kok marah sich..? Nanti tante laporkan kamu lho dan nggak tante kasih kamu kenikmatan lagi.” kata lawan bicara saya lagi.
Mendengar kata-katanya yang terakhir tadi, saya jadi teringat dengan kejadian beberapa hari yang lalu dan saya langsung menjawab lagi, “Oh, ini Tante Fani yach..? Sori Tante gua lagi nggak mood nih… Tante sich main-main aja…”
Lalu Tante Fani berkata “Nggak mood yach..? Jadi sama Tante juga nggak mood donk..? Tadinya
Tante mo ajak kamu ke rumah Tante nih, abisnya lagi sepi nih.., tapi nggak jadi deh..”
Dengan cepat saya memotong, “Bentar dulu Tante, kalo Tante sich gua jadi mood lagi nih, emang teman saya (maksudnya anak Tante Fani yang menjadi teman baik saya) nggak ada di rumah yach..?”
“Kamu tenang aja deh… pokoknya dari sekarang (saat itu jam 12:30) sampe nanti sore jam 5 kita aman deh.., jadi datang nggak..?” tanya Tante Fani.
Tentu saja saya menjawab, “Jadi donk Tante.., bentar lagi saya ke sana Tante, Tante tunggu yach..!”
Setelah itu, saya segera menutup teleponnya seperti tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Kemudian saya segera berlari ke kamar dan ganti baju, terus segera keluar rumah menuju rumah Tante Fani, karena dari rumahku ke rumah Tante Fani memerlukan waktu sekitar 15 menit jalan kaki. Karena ingin cepat tiba disana, maka saya naik angkot (angkutan umum perkotaan) saja.
Sesampainya di rumah Tante Fani, saya segera memutar ke belakang karena lewat pintu samping rumah Tante Fani lebih aman dan sepi. Kemudian dengan perlahan saya mengetuk pintu dan terdengar Tante Fani menjawab.
“Iya, bentar…” lalu Tante Fani membuka pintu dan mempersilakan saya masuk.
Di depan saya, Tante Fani berpakaian kaos oblong dan celana pendek putih. Berpenampilan seperti itu tentu saja sama dengan menampakkan BH dan CD-nya yang berwarna hitam secara sengaja kepada saya. Dalam pikiran saya mungkin Tante Fani sengaja membuat saya terangsang, tetapi saya berusaha tetap tenang, yah.. stay cool deh pokoknya.
Setelah itu, Tante Fani menyuruh saya mengikutinya dan saya pun berjalan. Tetapi begitu melihat pinggulnya yang bergoyang, saya tidak tahan lagi, segera saya menarik Tante Fani dan menciumnya. Tante Fani pun segera membalas ciumanku dan tangan saya segera bergerak untuk membuka bajunya.
Bersamaan dengan itu, Tante Fani berkata, “Jangan di sini donk sayang..!”
“Dimana Tante..?” tanya saya.
“Di kamar Tante aja…” kata Tante Fani.
Lalu saya pun segera menarik tangan Tante Fani dan berkata, “Jadi, tunggu apa lagi Tante..?”
Setelah sampai di kamar Tante Fani, saya segera merebahkannya. Di mata saya, Tante Fani tampak sangat anggun dan mengairahkan. Dengan tidak membuang waktu lagi, saya segera menciumnya dan ciuman saya di balas Tante Fani dengan hangat. Sementara itu tangan saya segera bergerak aktif untuk meremas buah dada Tante Fani. Tiba-tiba Tante Fani mendorongku dan dengan terkejut saya bangkit, tetapi kemudian Tante Fani segera menarikku dan naik di atas tubuhku sehingga posisi saya sekarang adalah Tante Fani di atas tubuh saya. Saya segera mambuka baju Tante Fani sehingga tampaklah buah dadanya yang masih dibungkus oleh BH hitamnya. Saat itu Tante Fani menunduk sehingga sekarang buah dadanya tampak di depan mataku dengan sangat jelas.
Untuk menghemat waktu dan karena memang saya juga sudah sangat terangsang, maka saya segera melumat payudara Tante Fani dan melepas BH hitamnya.
“Aduh enak sekali, ahhh… uh… sttt…” desahnya yang menandakan Tante Fani sudah terangsang.
Karena sudah terangsang maka Tante Fani segera melepas baju dan celana saya, sehingga saya hanya tinggal memakai CD saja. Kemudian saya berguling ke samping sehingga posisi saya sekarang di atas Tante Fani, lalu saya segera merangkak turun dan melepas celananya sehingga tampaklah pemandangan di depan wajah saya sebuah surga kenikmatan yang masih terbungkus oleh kain hitam. Tanpa menunggu aba-aba darinya, saya langsung melepaskan CD-nya Tante Fani dan tampaklah kemaluan Tante Fani yang terawat dengan rapih. Sungguh sangat indah dan berbeda dengan yang pertama kali saya lihat dulu.
Dengan perlahan saya menjilati permukaan vaginanya dan Tante Fani pun segera mengerang.
“Aduh, nikmat sekali… sungguh… geli tapi… ahhh… uhhh… terus Andy…”
Segera saya menaikkan permainan saya sehingga tidak lama kemudian Tante Fani pun menjerit.
“Aduh saya sampai Ndyyy… segera keluar… ahhh…”
Lalu saya segera menghisap bijian di kemaluan Tante Fani sehingga saat cairan kemaluan Tante Fani keluar, segera saya hisap habis dan menelannya.
Dalam sisa kenikmatannya, Tante Fani berkata, “Andy… biarkan Tante Fani istirahat yach..? Nanti Tante Fani baru melanjutkannya kembali.”
Saya segera menjawab, “Iya Tante…”
Setelah beristirahat 15 menit, Tante Fani mulai bangkit dan segera melepas CD saya. Tampaklah kemaluan saya yang masih dalam posisi setengah tiang. Tante Fani segera memasukkannya ke dalam mulutnya dan menjilatinya. Di dalam mulut Tante Fani, kemaluanku segera mengeras hingga dalam posisi yang siap tempur. Tante Fani sungguh sangat berpengalaman dalam menjilati kejantanan pria yang dengan cara menghisap dan kadang-kadang mengigitnya dengan perlahan. Hal ini membuatku sangat terangsang. Karena sudah tidak tahan lagi, maka saya segera menarik tubuh Tante Fani ke atas dan dan membalikkannya.
“Tante Fani, saya sudah tidak tahan lagi, sekarang saya masukkan yach Tante..?” tanya saya yang sudah merasa sangat terangsang.
Tante Fani menjawab, “Terserah kamu Ndyy.., tapi hati-hati yach soalnya punya tante udah lama nih nggak digunakan..”
Dengan pelan dan hati-hati saya mengarahkan kepala kemaluan saya ke dalam lubang kemaluan
Tante. Kepala kemaluan saya mulai menyentuh bibir kemaluan Tante Fani, lalu saya menekannya sehingga kepala kemaluan saya sudah terbenam ke dalamnya.
Tante Fani segera menjerit, “Aduh… sakit sekali… pelan-pelan Ndy…”Tetapi saya sudah tidak perduli lagi, saya segera melanjutkan aksi saya dengan menekan kemaluaan saya lebih dalam lagi dan kepala kemaluan saya juga mulai terasa perih karena ini adalah pertama kali saya melakukan hubungan intim. Saya tetap menekan batang kemaluan saya sehingga tidak lama kemudian, seluruh kemaluan saya sudah terbenam dalam kemaluan Tante Fani.
Tante Fani lalu mengerang, “Aduh sakit sekali… biarkan tetap di dalam Andy, aduh… ahhh… ehmmm… uh…”
Setelah terdiam hampir 5 menit, saya segera mengoyang pinggul saya dengan naik turun secara berirama dan Tante Fani pun mengimbanginya dengan goyangan pinggulnya yang membuat saya merasa sangat keenakan.
Tante Fani tiba-tiba mengerang secara tidak jelas, “Aduh… sakit sekali, tapi enak sekali, terus Andy…”
Saya sudah tidak memperdulikan Tante Fani dan hanya terus memacu kemaluan saya untuk mencapai kenikmatan.
Tidak lama kemudian, setelah 8 menit, saya mendengar Tante Fani menjerit kembali, “Aduh… saya sampai Ndyyy… akan segera keluar nih…”
Saya menjawabnya, “Sebentar lagi Fani, sebentar lagi… saya juga hampir sampai nih…”
Tidak lama, Tante Fani tiba-tiba mengejang dan saya merasakan ada cairan hangat di dalam kemaluan Tante Fani dan Tante Fani mengerang lagi, “Aduh… ahhh… aku sampai Andy… nikmat sekali…”
Tidak sampai disitu, selang beberapa detik, saya merasa juga ada yang mendesak keluar dari kemaluan saya dan akan segera meledak.
Rupanya saya juga telah mencapai kenikmatan dunia dan saya menjerit, “Saya sampai Tante eh… ahhh… nikmat sekali”
Lalu saya segera jatuh dan berbaring di samping tubuh Tante Fani sambil merasakan sisa kenikmatan yang telah kami capai berdua.
Setelah beristirahat, kami melakukannya lagi 3 kali dalam tempo yang cepat. Tante Fani dan saya sama-sama mencapai puncak kenikmatan 3 kali.
Setelah mandi dan pikiran kami sudah tidak terpengaruh nafsu lagi, Tante Fani berkata padaku,
“Tante Fani minta maaf Andy… tadi Tante Fani telah merenggut keperjakaan kamu… sungguh Tante Fani minta maaf..”
Tetapi saya segera berkata, “Tidak apa-apa Tante, saya rela kok menyerahkannya pada Tante, sungguh saya sangat menyukai permainan tadi. Tapi Tante Fani harus janji kalo Tante Fani lain kali harus memberikan kenikmatan yang sama lagi kepadaku..!”
Sambil tersenyum, Tante Fani berkata, “Iya… Tante sangat senang dengan permainan tadi, Tante janji, Tante bersedia melayani kamu lagi, tapi kamu juga harus membuat Tante merasa keenakan seperti tadi..” dan saya mengiyakannya.
Hubungan kami hampir berlangsung selama 2 tahun, tetapi kami melakukannya dengan caracara yang tradisional. Saya maupun Tante Fani tidak menyukai gaya-gaya yang terlalu berani seperti gaya anjing maupun yang lainnya. Hubungan kami sekarang meskipun belum diputuskan berakhir, tetapi kami hampir tidak pernah berjumpa lagi, karena saya sudah melanjutkan kuliah di luar kota yang tentu saja dengan anaknya Tante Fani. Hubungan saya dengan Tante Fani sampai sekarang tetap menjadi rahasia kecil kami. Jikalau saya liburan dan pulang ke kampung halaman saya, Tante Fani selalu meminta bagiannya dan saya pun dengan senang hati melayaninya.



2 comments:

  1. Situs game online terbaik di indonesia.

    Rasakan sensasi permainan 100% Player Vs Player dengan minimal Deposit / Withdraw sebesar Rp.25.000.

    Bonus luar biasa yang kami hadirkan berupa :

    * Bonus Referral 20%

    * Bonus Double Cashback 0.5%

    AcePoker99 juga menyediakan 8 Games dalam 1 User ID:
    - Poker Online
    - Domino QQ
    - Bandar Q
    - Bandar Poker
    - Capsa Susun
    - Adu Q
    - Sakong Online
    - Bandar66

    Dibantu dengan 5 bank local aktif untuk mempermudah transaksi :
    BCA, BNI (24JAM), BRI(24JAM), MANDIRI (24JAM), DANAMON (24JAM)

    Ayo !! Buruan gabung bersama kami dan rasakan sensasi bermain bersama kami !

    Link >> www. Acepoker99 .net
    Link Alternatif >> www. Acepkr99 .com & www. Acepkr99 .net

    BBM : D8986EBB
    WECHAT : AcePkr
    WHATSAPP : +855-87-698-009

    ReplyDelete
  2. BVGaming : Daftar 10 Besar situs online judi Terpercaya - 10 Daftar Situs Slot Online Terpercaya Dengan Game Judi Online dan Terlengkap Beserta Live Casino Online, Sabung Ayam Online, Bola Online, dan Poker Online Di BVGaming. Banyak bonus menarik akan anda dapatkan. Daftar sekarang juga.

    Menerima Juga Deposit Via Pulsa, LinkAja, Dana, Sakuku, OVO dan GO-Pay

    Pendaftaran / Deposit / Withdraw bisa melalui Whatsapp Pendaftaran / Deposit / Withdraw bisa melalui Whatsapp +62 812 9739 2623

    ReplyDelete

Powered by Blogger.